Kamis, 14 April 2016

MAKALAH PENGEMBANGAN KURIKULUM



BAB I

PENDAHULUAN



A.      Latar Belakang Masalah

Pengembangan kurikulum adalah istilah yang komprehensif, didalamnya mencakup: perencanaan, penerapan dan evaluasi. Perencanaan kurikulum adalah langkah awal membangun kurikulum ketika pekerja kurikulum membuat keputusan dan mengambil tindakan untuk menghasilkan perencanaan yang akan digunakan oleh guru dan peserta didik. Penerapan kurikulum atau biasa disebut juga implementasi kurikulum berusaha mentransfer perencanaan kurikulum ke dalam tindakan operasional. Evaluasi kurikulum merupakan tahap akhir dari pengembangan kurikulum untuk menentukan seberapa besar hasil-hasil pembelajaran, tingkat ketercapaian program-program yang telah direncanakan, dan hasil-hasil kurikulum itu pada dasarnya merupakan kaidah-kaidah atau hukum yang akan menjiwai suatu kurikulum (Rahmat, 2009).
Kurikulum merupakan inti dari bidang pendidikan dan memiliki pengaruh terhadap seluruh kegiatan pendidikan. Mengingat pentingnya kurikulum dalam pendidikan dan kehidupan manusia, maka penyusunan kurikulum tidak dapat dilakukan secara sembarangan. Penyusunan kurikulum membutuhkan landasan-landasan yang kuat, yang didasarkan pada hasil-hasil pemikiran dan penelitian yang mendalam. Penyusunan kurikulum yang tidak didasarkan pada landasan yang kuat dapat berakibat fatal terhadap kegagalan pendidikan itu sendiri. Dengan sendirinya, akan berkibat pula terhadap kegagalan proses pengembangan manusia.
Dalam pengembangan kurikulum, dapat menggunakan prinsip-prinsip yang telah berkembang dalam kehidupan sehari-hari atau justru menciptakan sendiri prinsip-prinsip baru. Oleh karena itu, dalam implementasi kurikulum di suatu lembaga pendidikan sangat mungkin terjadi penggunaan prinsip-prinsip yang berbeda dengan kurikulum yang digunakan di lembaga pendidikan lainnya, sehingga akan ditemukan banyak sekali prinsip-prinsip yang digunakan dalam pengembangan kurikulum.
Sejalan dengan permasalahan tersebut maka penulis tertarik untuk membuat makalah dengan judul “Prinsip-Prinsip Pengembangan Kurikulum”. Makalah ini mengemukakan suatu pandangan tentang bagaimana prinsip-prinsip pengembangan kurikulum yamg harus diberlakukan untuk mencapai tujuan dari pengembangan itu sendiriw

B.  Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian pengembangan kurikulum?
2. Apakah landasan pengembangan kurikulum?
3. Apakah tipe-tipe pendekatan pengembangan kurikulum?
4. Apakah prinsip-prinsip dalam pengembangan kurikulum?
5. Apakah faktor-faktor yang mempengaruhi pengembangan kurikulum?
6. Siapa yang terlibat dalam pengembangan kurikulum?
7. Tahapan pengembangan kurikulum menurut hamalik, tahapan pengembangan kurikulum ?



C. Tujuan
1. Mengetauhi pengertian pengembangan kurikulum.
2. Mengetahui landasan pengembangan kurikulum.
3. Mengetahui tipe-tipe pendekatan pengembangan kurikulum.
4. Mengetahui prinsip-prinsip dalam pengembangan kurikulum.
5. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pengembangan kurikulum
6. Mengetahui pihak-pihak yang terlibat dalam pengembangan kurikulum
7. Tahapan pengembangan kurikulum menurut hamalik, tahapan pengembangan kurikulum


  
BAB II
PEMBAHASAN


A. Pengertian Pengembangan Kurikulum
                   Kata pengembangan memiliki banyak arti, pengembangan bisa diartikan sebagai perubahan, pembaharuan, perluasan, dan sebagainya. Dalam pengertian yang lazim, pengembangan berarti menunjuk pada suatu kegiatan yang menghasilkan cara baru setelah diadakan penilaian serta penyempurnaanpenyempurnaan seperlunya. Surakhmad menjelaskan bahwa pengembangan adalah penyusunan, pelaksanaan, penilaian dan penyempurnaan.Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan yang mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara-cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.       
                   Pengembangan kurikulum adalah proses perencanaan dan penyusunan kurikulum oleh pengembang kurikulum (curriculum developer) dan kegiatan yang dilakukan agar kurikulum yang dihasilkan dapat menjadi bahan ajar dan acuan yang digunakan untuk mencapai tujuan pendidikan nasional. Pada umumnya, ahli kurikulum memandang kegiatan pengembangan kurikulum sebagai suatu proses yang kontinu, merupakan suatu siklus yang menyangkut beberapa kurikulum yaitu komponen tujuan, bahan, kegiatan dan evaluasi.
B. Landasan Pengembangan Kurikulum
                  Ada tiga landasan Filsafat berasal dari bahasa Yunani kuno,yaitu dari kata “philos” dan“sophia”. Philos artinya cinta yang mendalam, dan sophia adalah kearifan atau kebijaksanaan. Dengan demikian, filsafat secara harfiah dapat diartikan sebagai cinta yang mendalam akan kearifan. Secara populer filsafat sering diartikan sebagai pandangan hidup suatu masyarakat atau pendirian hidup bagi individu. Henderson (1959) mengemukakan “popularly philosofhy means one’s general view of life of men, of ideals, and of values, in the sense everyone has a philosophy of life”.
                  Dengan demikian, maka jelas individu atau setiap kelompok masyarakat secara filosofis akan memiliki pandangan hidup yang mungkin pengembangan kurikulum, yakni landasan filosofis,psikologis, dan landasan sosiologis-teknologis. Ketiga landasan tersebut diuraikandi bawah ini.
a.    Landasan Filosofis dalam Pengembangan Kurikulum
                 berbeda sesuai dengan nilai-nilai yang dianggapnya baik. Filsafat sebagai landasan pengembangan kurikulum menjawab pertanyaan pokok seperti: Hendak dibawa ke mana siswa yang dididik itu? Masyarakat yang bagaimana yang harus diciptakan melalui ikhtiar pendidikan? Apa hakikat pengetahuan yang harus dipelajari dan dikaji siswa? Norma-norma atau sistem nilai yang bagaimana yang harus diwariskan kepada anak didik sebagai generasi penerus? Bagaimana sebaiknya proses pendidikan itu berlangsung? Sebagai suatu landasan fundamental, filsafat memegang peranan penting dalam proses pengembangan kurikulum. Ada empat fungsi filsafat dalam proses pengembangan kurikulum. Pertama, filsafat dapat menentukan arah dan tujuan pendidikan.
                        Dengan filsafat sebagai pandangan hidup atau value system, maka dapat ditentukan mau dibawa kemana siswa yang kita didik itu. Kedua, filsafat dapat menentukan isi atau materi pelajaranyang harus diberikan sesuai Dengan tujuan yang ingin dicapai. Ketiga, filsafat dapat menentukan strategi atau cara pencapaian tujuan. Filsafat sebagai sistem nilai dapat dijadikan pedoman dalam merancang kegiatan pembelajaran. Keempat, melalui filsafat dapat ditentukan bagaimana menentukan tolok ukur keberhasilan proses pendidikan.
b.      Landasan Psiologis dalam Pengembangan Kurikulum
             merupakan pedoman bagi guru dalam mengantar anak didik sesuai dengan harapan dan tujuan pendidikan. Secara psikologis, anak didik memiliki keunikan dan perbedaan-perbedaan baik perbedaan minat, bakat, maupun potensi yang dimilikinya sesuai dengan tahapan perkembangannya. Dengan alasan itulah, kurikulum harus memperhatikan kondisi psikologi perkembangan dan psikologi belajar anak.Pemahaman tentang anak bagi seorang pengembang kurikulum sangatlah penting. Kesalahan persepsi atau kedangkalan pemahaman tentang anak, dapat menyebabkan kesalahan arah dan kesalahan praktik pendidikan.
c.       Landasan Sosiologis-Teknologis dalam Pengembangan Kurikulum
             Sekolah berfungsi untuk mempersiapkan anak didik agar mereka dapat berperan aktif di masyarakat. Oleh karena itu, kurikulum sebagai alat dan pedoman dalam proses pendidikan di sekolah harus relevan dengan kebutuhan dan tuntutan masyarakat. Dengan demikian dalam konteks ini sekolah bukan hanya berfungsi untuk mewariskan kebudayaan dan nilai-nilai suatu masyarakat, akan tetapi sekolah juga berfungsi untuk mempersiapkan anak didik dalam kehidupan masyarakat.
                        Oleh karenanya, kurikulum bukan hanya berisi berbagai nilai suatu masyarakat akan tetapi bermuatan segala sesuatu yang dibutuhkan masyarakatnya. Sehubungan dengan penentuan asas sosiologis-teknologis inilah, kita perlu mengkaji berbagai hal yang harus dipertimbangkan dalam proses menyusun dan mengembangkan suatu kurikulum sesuai dengan kebutuhan dan tututan masyarakat.

C.    Pendekatan Pengembangan Kurikulum
                  Pendekatan merupakan titik tolok atau sudut pandang seseorang terhadap suatu proses tertentu. Sehingga bila dikaitkan dengan kurikulum, pengembangan kurikulum dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang secara umum tentang proses pengembangan kurikulum. Menurut Zainal Arifin (2011) dalam bukunya Konsep dan Model Pengembangan Kurikulum, jika dilihat dari aspek perencanaannya ada beberapa pendekatan yang dapat digunakan dalam pengembangan kurikulum, antara lain sebagai berikut.
    a. Pendekatan Kompetensi (Competency Approach)
                        Kompetensi adalah jalinan terpadu yang unik antara pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai-nilai yang direfleksikan dalam pola berfikir dan pola bertindak. Pendekatan kompetensi menitikberatkan pada semua ranah, yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik. Ciri-ciri pokok pendekatan kompetensi adalah berfikir teratur dan sistematik, sasaran penilaian lebih difokuskan pada tingkat penguasaan, dan kemampuan memperbarui diri (regenerative capability).Ciri pendekatan kompetensi yang tidak kalah pentingnya adalah penjaringan dan pengelolaan informasi balikan (feedback) secara teratur untuk melakukan perbaikan secara berkesinambungan sehingga kurikulum memiliki mekanisme untuk memperbaiki diri (regenerative capability), baik tingkat lembaga maupun tingkat nasional.
    b. Pendekatan Sistem (System Approach)
                 Pendekatan sistem adalah penggunaan berbagai konsep yang serasi dari teori sistem yang umum untuk memahami teori organisasi dan praktek manajemen. Pendekatan sistem terdiri atas beberapa aspek, antara lain
a)      filsafat sistem, yaitu sebagai cara berfikir (way of thingking) tenang fenomena secara  keseluruhan,
b)      analisis sistem, yaitu metode atau teknik dalam memecahkan masalah (problem solving)   atau   pengambilan keputusan (decision making), dan
c)      manajemen sistem, yaitu aplikasi teori sistem di tengah mengelola organisasi.
  c. Pendekatan Klarifikasi Nilai (Value Clarification Approach)
                 Klarifikasi nilai adalah langkah pengambilan keputusan tentang prioritas atas keyakinan sendiri berdasarkan pertimbangan yang rasional, logis, sesuai dengan perasaannya dan perasaan orang lain serta aturan yang berlaku. Ciri pengembangan kurikulum berdasarkan pendekatan klarifikasi nilai diantaranya
a)    peran guru kurang dominan dalam pembelajaran,
b)   guru lebih sedikit memberi informasi dan lebih banyak mendengarkan penjelasan dari peserta didik.
d. Pendekatan Komprehensif (Comprehensive Approach)
                 Pendekatan ini melihat, memperhatikan, dan menganalisis kurikulum secara keseluruhan.  Semua masalah yang berkaitan dengan kurikulum diidentifikasi secara global oleh pengembang kurikuum. Pengembang kurikulum dapat menetapkan langkah pertama yang akan dilakukan dan apa yang akan dicapai sebagai sasaran dengan merumuskan filsafat pendidikan, visi-visi dan tujuan pendidikan serta sasaran yang ingin dicapai.
D.    Prinsip Pengembangan Kurikulum
                  Kurikulum merupakan rancangan pendidikan yang merangkum semua pengalaman belajar yang disediakan bagi siswa di sekolah. Dalam kurikulum terintegrasi filsafat, nilai-nilai, pengetahuan, dan perbuatan pendidikan. Kurikulum disusun oleh para ahli pendidikan/ahli kurikulum, ahli bidang ilmu, pendidik, pejabat pendidikan, pengusaha serta unsur-unsur masyarakat lainnya. Rancangan ini disusun dengan maksud memberi pedoman kepada para pelaksana pendidikan, dalam proses pembimbingan perkembangan siswa, mencapai tujuan yang dicita-citakan oleh siswa sendiri, keluarga, maupun masyarakat.
                  Kelas merupakan tempat untuk melaksanakan dan menguji kurikulum. Disana semua konsep, prinsip, nilai, pengetahuan, metode, alat, dan kemampuan guru diuji dalam bentuk perbuatan, yang akan mewujudkan bentuk kurikulum yang nyata dan hidup. Perwujudan konsep, prinsip, dan aspek-aspek kurikulum tersebut seluruhnya terletak pada guru. Oleh karena itu, gurulah pemegang kunci pelaksanaan dan keberhasilan kurikulum. Dialah sebenarnya perencana, pelaksana, penilai, dan pengembang kurikulum sesungguhnya. Suatu kurikulum diharapkan memberikan landasan, isi, dan, menjadi pedoman bagi pengembangan kemampuan siswa secara optimal sesuai dengan tuntutan dan tantangan perkembangan masyarakat.
                  Terdapat banyak prinsip pengambangan kurikulum yang mungkin digunakan dalam pengambangan kurikulum. Macam-macam prinsip ini bisa dibedakan dalam dua kategori yaitu prinsip umum dan prinsip khusus. Prinsip umum biasanya digunakan hampir dalam setiap pengembangan kurikulum dimanapun. Prinsip khusus artinya prinsip yang hanya berlaku ditempat tertentu dan situasi tertentu.
  1. Prinsip Umum
Sukmadinata (2012: 150-151) menjelaskan bahwa terdapat lima prinsip
umum pengembangan kurikulum, yaitu : prinsip relevansi, fleksibelitas,
kontinuitas, praktis atau efisiensi dan efektivitas.
a.       Prinsip Relevansi
             Prinsip relevansi artinya prinsip kesesuaian. Prinsip relevansi ada dua jenis yaitu relevansi eksternal (eksternal relevance) dan relevansi internal. (internal relevance) artinya bahwa kurikulum itu harus sesuai dengan tuntutan dan kebutuhan masyarakat, baik tuntutan dan kebutuhan masyarakat yang ada pada masa kini maupun kebutuhan yang di prediksi pada masa yang akan datang. Intinya, bahwa kurikulum itu harus bisa menyiapkan program belajar bagi anak untuk menyiapkan anak agar bisa memenuhi harapan dan situasi kebutuhan dan kondisi kehidupan masyarakat tempat dimana ia berada.
            Agar kurikulum bisa memenuhi konsep relevansi eksternal, seorang pengembang kurikulum harus memiliki pengetahuan dan wawasan tentang kehidupan masyarakat pada masa kini dan masa datang. Sedangkan relevansi eksternal (eksternal relevance) yaitu kesesuaian antar komponen kurikulum itu sendiri. Kurikulum merupakan suatu sistem yang di bangun oleh sub sistem atau komponen tujuan, isi, metode, dan evaluasi yang ditujukan untuk mencapai tujuan tertentu, belajar dan kemampuan siswa.
            Suatu kurikulum yang baik adalah yang memenuhi syarat relevansi internal, yaitu adanya koherensi dan konsistensi antar komponennya. Ketidaksesuaian antar komponen-komponen ini akan menyebabkan kurikulum tidak akan bisa mencapai tujuannya secara optimal. Implikasi dari prinsip ini yaitu seorang pengembang kurikulum harus bisa paham betul tentang jenis dan hakikat dari tujuan kurikulum, isi kurikulum, metode pembelajaran, dan sistem evaluasi.

d.      Prinsip Fleksibilitas
            Prinsip fleksibilitas artinya bahwa kurikulum itu harus lentur, tidak kaku, terutama dalam hal pelaksanaannya. Pada dasarnya kurikulum didesain untuk mencapai suatu tujuan tertentu sesuai dengan jenis dan jenjang pendidikan tertentu. Meskipun demikian dalam hal strategi yang didalamnya mencakup metode atau teknik, kurikulum harus fleksibel. Dalam kurikulum harus terdapat suatu sistem tertentu yang mampu memberikan alternatif dalam pencapaian tujuannya melalui berbagai metode atau cara-cara tertentu yag sesuai Dengan situasi dan kondisi tertentu, tempat dimana kurikulum di terapkan.
b.      Prinsip Kontinuitas
             Prinsip kontinuitas artinya kurikulum itu dikembangkan secara berkesinambungan. Kesinambungan ini meliputi sinambung antar kelas, maupun sinambung antar jenjang pendidikan. Hal ini dimaksudkan agar proses pendidikan atau belajar siswa bisa maju secara sistematis, pendidikan pada kelas atau jenjang yang lebih rendah harus menjadi dasar dan dilanjutkan pada kelas dan jenjang yang ada di atasnya.
             Dengan demikian akan terhindar dari tidak terpenuhinya kemampuan prasyarat awal siswa (prerequisite) untruk mengikuti pendidikan pada kelas atau jenjang pendidikan yang lebih tinggi, juga terhindar dari adanya pengulangan program dan aktivitas belajar yang tidak perlu (negatively over laping) yang bisa menimbulkan pemborosan waktu, tenaga, dan dana. Untuk itu, perlu adanya kerjasama diantara para pengembang kurikulum dari berbagai kelas dan jenjang pendidikan.
c.       Prinsip Praktis atau Efisiensi
             Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan prinsip praktis dan mudah diterapkan di lapangan. Kurikulum harus bisa diterapkan dalam praktek pendidikan sesuai dengan situasi dan kondisi tertentu. Oleh karena itu dalam proses pengembangan kurikulum, para pengembang kurikulum harus memahami terlebih dahulu situasi dan kondisi tempat dimana kurikulum itu akan digunakan, meskipun gambaran situasi dan kondisi situasi tempat itu tidak detail betul akan tetapi paling tidak gambaran umumnya harus diketahui. Pengetahuan akan tempat ini akan memandu pengembang kurikulum untuk mendesain kurikulum yang memenuhi prinsip praktis, memungkinkan untuk diterapkan.

d.      Prinsip Efektivitas
             Prinsip ini merujuk pada pengertian bahwa kurikulum itu selalu berorientasi pada tujuan tertentu yang ingin dicapai. Kurikulum bisa dikatakan adalah instrumen untuk mencapai tujuan. Oleh karena itu jenis dan karakteristik tujuan yang ingin dicapai harus jelas. Kejelasan tujuan akan mengarah dalam pemilihan dan penentuan isi, metode dan sistem evaluasi serta model konsep kurikulum yang akan digunakan. Disamping itu juga mengarahkan dan memudahkan dalam implementasi kurikulum.
  2. Prinsip Khusus
Ada beberapa prinsip yang lebih khusus dalam pengembangan kurikulum. Prinsip-prinsip ini berkenaan dengan penyusunan tujuan, isi, pengalaman belajar, dan penilaian.
a.       Prinsip Yang Berkenaan Dengan Tujuan Pendidikan
Tujuan pendidikan mencakup tujuan yang bersifat umum atau jangka panjang, jangka menengah, dan jangka pendek (khusus). Perumusan tujuan pendidikan bersumber pada:
1)      Ketentuan dan kebijakan pemerintah, yang dapat ditemukan dalam dokumendokumen
lembaga negara mengenai tujuan, dan stategi pembangunan termasuk di dalamnya pendidikan.
2)      Survai mengenai persepsi orang tua/ masyarakat tentang kebutuhan mereka yang dikirimkan melalui angket atau wawancara dengan mereka.
3)      Survai tentang pandangan para ahli dalam bidang-bidang tertentu, dihimpun melalui angket, wawancara, observasi, dan dari berbagai media massa.
4)      Survai tentang manpower (sumber daya manusia/ tenaga kerja).
5)      Pengalaman Negara-negara lain dalam masalah yang sama.
6)      Penelitian

E.     Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengembangan Kurikulum
Sekolah mendapatkan pengaruh dari kekuatan-kekuatan yang ada di dalamvmasyarakat, terutama dari perguruan tinggi dan masyarakat.
a.       Perguruan Tinggi
             Kurikulum minimal mendapat dua pengaruh dari Perguruan Tinggi. Pertama, dari pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang dikembangkan di perguruan tinggi umum. Kedua, dari pengembangan ilmu pendidikan dan keguruan serta menyiapkan guru-guru di Perguruan Tinggi Keguruan (Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan). Jenis pengetahuan yang dikembangkan di Perguruan Tinggi akan mempengaruhi isi pelajaran yang akan dikembangkan dalam kurikulum. Perkembangan teknologi selain menjadi isi
  kurikulum juga mendukung pengembangan alat bantu dan media pendidikan.                                             KurikulumLembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan juga mempengaruhi pengembangan kurikulum, terutama melalui penguasaan ilmu dan kemampuan keguruan dari guru-guru yang dihasilkannya. Penguasaan ilmu, baik ilmu pendidikan maupun bidang studi serta kemampuan mengajar dari guru-guru akan sangat mempengaruhi pengembangan dan implementasi kurikulum di sekolah.
b.      Masyarakat
             Sekolah merupakan bagian dari masyarakat dan mempersiapkan anak untuk kehidupan di masyarkat. Sebagai bagian dan agen dari masyarakat, sekolah sangat dipengaruhi oleh lingkungan masyarakat di mana sekolah tersebut barada. Isi kurikulum hendaknya mencerminkan kondisi dan dapat memenuhi tuntutan dan kebutuhan masyarakat di sekitarnya. Masyarakat yang ada di sekitar sekolahvmungkin merupakan masyarakat homogen atau heterogen, masyarakat kota atau desa, petani, pedagang atau pegawai, dan sebagainya.
             Sekolah harus melayani aspirasi-aspirasi yang ada di masyarakat. Salah satu kekuatan yang ada dalam masyarakat adalah dunia usaha. Perkembangan dunia usaha yang ada di masyarakat mempengaruhi pengembangan kurikulum sebab sekolah bukan hanya mempersiapkan anak untuk hidup, tetapi juga untuk bekerja dan berusaha. Jenis pekerjaan dan perusahaan yang ada di masyarakat menuntut persipannya di sekolah.
c.       Sistem Nilai
            Dalam kehidupan masyarakat terdapat sistem nilai, baik nilai moral, keagamaan, sosial, budaya maupun nilai politis. Sekolah sebagai lembaga masyarakat juga bertanggung jawab dalam pemeliharaan dan penerusan nilainilai. Sistem nilai yang akan dipelihara dan diteruskan tersebut harus terintegrasikan dalam kurikulum. Masalah utama yang dihadapi para pengembang kurikulum menghadapi nilai ini adalah, bahwa dalam masyarakat nilai itu tidak hanya satu. Masyarakat umumnya heterogen dan multifaset. Masyarakat memiliki kelompok-kelompok etnis, kelompok vokasional, kelompok intelek, kelompok sosial, spiritual dan sebagainya yang tiap kelompok sering memiliki nilai yang berbeda. Dalam masyarakat juga terdapat aspek-aspek sosial, ekonomi, politik, fisik, estetika, etika, religius, dan sebagainya. Aspek-aspek tersebut sering juga mengandung nilai-nilai yang berbeda. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan
          guru dalam mengajarkan nilai, diantaranya yaitu:
          Guru hendaknya mengetahui dan memperhatikan semua nilai yang ada dalam
                masyarakat.
            Guru hendaknya berpegang pada prinsip demokrasi, etis dan moral.
            Guru berusaha menjadikan dirinya sebagai teladan yang patut ditiru.
            Guru menghargai nilai-nilai kelompok lain.
F.     Pengembangan Kurikulum
                  Dalam mengembangkan suatu kurikulum banyak pihak yang turut berpartisipasi, yaitu administrator pendidikan, ahli pendidikan, ahli kurikulum, ahli bidang ilmu pengetahuan, guru-guru, dan orang tua murid serta tokoh-tokoh masyarakat. Dari pihak-pihak tersebut yang secara terus menerus turut terlibat dalam pengembangan kurikulum adalah : administrator, guru, dan orang tua.
1.      Peranan para administrator pendidikan
            Para administrator pendidikan ini terdiri atas: direktur bidang pendidikan, pusat pengembangan kurikulum, kepala kantor wilayah, kepala kantor kabupaten, dan kecamatan serta kepala sekolah. Peranan administrator di tingkat pusat (vdirektur dan kepala pusat) dalam pengembangan kurikulum adalah menyusun dasar-dasar hukum, menyusun kerangka dasar serta program inti kurikulum.
            Adiministrator tingkat pusat bekerja sama dengan para ahli pendidikan dan ahli bidang studi di perguruan tinggi serta meminta persetujuannya terutama dalam penyusunan kurikulum sekolah. Para kepala sekolah mempunyai wewenang dalam membuat operasionalisasi sistem pendidikan pada masing-masing sekolah. Para kepala sekolah ini sesungguhnya yang terus menerus terlibat dalam pengembangan dan implementasi kurikulum, memberikan dorongan dan bimbingan kepada guru-guru. Peranan kepala sekolah lebih banyak berkenaan dengan implementasi kurikulum di sekolahnya. Kepala sekolah juga mempunyai peranan kunci dalam menciptakan kondisi untuk pengembangan kurikulum di sekolahnya. Ia merupakan figur kunci di sekolah, kepemimpinan kepala sekolah sangat mempengaruhi suasana sekolah dan pengembangan kurikulumnya.
2.      Peranan para ahli
            Pengembangan kurikulum bukan saja didasarkan atas perubahan tuntutan kehidupan dalam masyarakat, tetapi juga perlu dilandasi oleh perkembangan konsep-konsep dalam ilmu. Oleh karena itu, pengembangan kurikulum membutuhkan bantuan pemikiran para ahli, baik ahli pendidikan, ahli kurikulum, mapun ahli bidang studi/disiplin ilmu. Pengembangan kurikulum bukan hanya sekadar memilih dan menyusun bahan pelajaran dan metode mengajar, tetapi menyangkut penentuan arah dan orientasi pendidikan, pemilihan sistem dan model kurikulum, baik model konsep, model design, model pembelajaran, model media, model pengelolaan, mapun model evaluasinya, serta berbagi perangkat dan pedoman penjabaran serta pedoman implementasi dari model-model tersebut.
            Pengembangan kurikulum juga membutuhkan partisipasi para ahli bidang studi/bidang ilmu yang mempunyai wawasan tentang pendidikan serta perkembangan tuntutan masyarakat. Sumbangan mereka dalam memilih materi bidang ilmu, yang mutakhir dan sesuai dengan perkembangan tuntutan masyarakat.
3.      Peranan guru
            Guru memegang peranan yang cukup penting baik di dalam perencanaan maupun pelaksanaan kurikulum. Dia adalah perencana, pelaksana, dan pengembang kurikulum bagi kelasnya. Peranan guru bukan hanya menilai perilaku dan prestasi belajar murid-murid di kelas, tetapi juga menilai implementasi kurikulum dalam ruang lingkup yang lebih luas. Hasil-hasil penilaian demikian akan sangat membantu pengembangan kurikulum, untuk memahami hambatan-hambatan dalam implementasi kurilum dan juga dapat membantu mencari cara untuk mengoptimalkan kegiatan guru.
            Sebagai pelaksana kurikulum maka guru pulalah yang menciptakan kegiatan belajar mengajar bagi murid-muridnya. Berkat keahlian, ketrampilan dan kemampuan seninya dalam mengajar, guru mampu menciptakan situasi belajar yang aktif yang menggairahkan yang penuh kesungguhan dan mampu mendorong kreativitas anak.

4.      Peranan orang tua murid
            Orang tua jga mempunyai peranan dalam pengembangan kurikulum. Peranan mereka dapat berkenaan dengan dua hal, pertama dalam penyusunan kurikulum dan kedua dalam pelaksanaan kurikulum. Dalam penyusunan kurikulum mungkin tidak semua orang tua dapat ikut serta, hanya terbatas kepada beberapa orang saja yang cukup waktu dan mempunyai latar belakang yang memadai. Peranan orang tua lebih besar dalam pelaksanaan kurikulum. Dalam pelaksanaan kurikulum diperlukan kerja sama yang sangat erat antara guru atau sekolah dengan para orang tua murid.
            Orang tua secara berkala menerima laporan kemajuan anak-anaknya dari sekolah berupa rapor dan sebagainya. Rapor juga merupakan suatu alat komunikasi tentang program atau kegiatan pendidikan yang dilaksanakan si sekolah. Melalui pengamatan dalam kegiatan belajar di rumah, laporan sekolah, pertisipasi dalam kegiatan sekolah, orang tua dapat turut serta dalam pengembangan kurikulum terutama dalam bentuk pelaksanaan kegiatan belajar yang sewajar-wajarnya, minat yang penuh, usaha yang sungguh-sungguh, penyelesaian tugas-tugas serta partisipasi dalam setiap kegiatan sekolah. Kegiatan-kegiatan tersebut akan memberikan umpan balik bagi penyempurnaan kurikulum.
G.    Tahapan pengembangan kurikulum menurut hamalik, tahapan pengembangan kurikulum ada7 yaitu:
  1. Tahap pertama studi kelayakan dan kebutuhan
  2. Tahap kedua penyusunan konsep awal perencanaan kurikulum
  3. Tahap ketiga pengembangan rencana untuk melaksanakan kurikulum
  4. Tahap keempat pelaksanaaan uji coba kurikulum di lapangan.
  5. Tahap kelima pelaksaan kurikulum
  6. Tahap keenam pelaksaan penilaian dan pemantauan kurikulum
  7. Tahap ketujuh pelaksanaan perbaikan dan penyesuaian.


BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
       Dengan diadakan pengembangan kurikulum maka diharapkan dapat meningkatkan suatu kualitas pendidikan yang lebih baik . pengembangan kurikulum yang terjadi merupakan proses yang berkesinambungan . Proses pengembangan kurikulum harus di lakukan dengan baik dan teliti serta mempertimbangkan faktor -faktor pendukung dan penghambatnya karena apabila perubahan kurikulum tidak mengarah kepada tujuan meningkatkan kualitasnya maka akan mengakibatkan kekacauan .
       Dengan ini pengembangan kurikulum sagat perperan penting. Pengembangan kurikulum yang ada di Indonesia, saat ini telah banyak mengalami perubahan. Banyak hal yang dipertimbangkan dalam pengembangan kurikulum di suatu negara termasuk Indonesia. Diantara landasan pengembangan kurikulum yang perlu dipertimbangkan yaitu landasan psikologi dalam pengembangan kurikulum.

B. Saran
            Saran yang ingin penulis sampaikan terkait penulisan makalah mengenai pengembangan kurikulum adalah dalam pengembangan kurikulum perlu diperhatikan hal-hal seperti: langkah-langkah, prosedur, proses dan komponen utama dari pengembangan kurikulum itu sendiri agar nantinya lebih mudah dalam mengembangkannya serta tercapainya tujuan pembelajaran yang dilaksanakan di sekolah atau tingkat satuan pendidikan.




DAFTAR PUSTAKA

Sukmadinata, N.S. 1997. Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset.
Oliva, Peter F. 1992. Developing the Curriculum. New York. HarperCollin Publishers.
Kamus Besar Bahasa Indonesia. http://pusatbahasa.kemdiknas.go.id/kbbi. Diakses 19 Oktober 2012.
Nurfitriani, Dini, dkk. 2010. Prinsip-Prinsip Pengembangan Kurikulum

Tidak ada komentar:

Posting Komentar