TERMOREGULASI
A.
Pengertian
Suhu tubuh hampir seluruhnya diatur oleh mekanisme persarafan, dan hampir
semua mekanisme ini terjadi melalui pusat pengaturan suhu yang terletak pada
hipotalamus. Mekanisme pengaturan suhu tubuh di
hipotalamus disebut termostat hipotalamus. Sedangkan pada dengan alat tubuh yang belum sempurna berfungsi seperti bayi matur memiliki masalah
dalam pengaturan suhu tubuh
Pengatur
panas atau temperatur regulasi terpelihara karena adanya keseimbangan antara
panas yang hilang melalui lingkungan, dan produksi panas. Kedua proses ini
aktifitasnya diatur oleh susunan saraf pusat yaitu hipotalamus.
Dengan
prinsip adanya keseimbangan panas tersebut bayi akan berusaha menstabilkan suhu
tubuhnya terhadap faktor-faktor penyebab hilangnya panas karena lingkungan.
Pada saat kelahiran, bayi mengalami perubahan dari lingkungan intra uterin yang
hangat ke lingkungan ekstra uterin yang relatif lebih dingin. Hal tersebut
menyebabkan penurunan suhu tubuh 2-3ºC, terutama hilangnya panas karena
evaporasi atau penguapan cairan ketuban pada kulit bayi yang tidak segera
dikeringkan. Pada BBLR mengalami kesulitan mempertahankan suhu tubuh yang disebabkan
oleh penguapan yang bertambah akibat dari kurangnya jaringan lemak di bawah
kulit. Kondisi tersebut akan memacu tubuh menjadi dingin yang akan menyebabkan
respon metabolisme dan produksi panas. (ilmu kebidanan, 2002)
Pengaturan
panas pada bayi berhubungan dengan metabolisme dan penggunaan oksigen. Dalam
lingkungan tertentu pada batas suhu maksimal, penggunaan oksigen dan
metabolisme minimal, karena itu suhu tubuh
harus dipertahankan untuk keseimbangan panas. Lingkungan bayi baru lahir
harus dipertahankan pada suhu yang tidak menyebabkan peningkatan laju metabolik
yang terlalu besar untuk mempertahankan suhu tubuh bayi tersebut. Bayi yang
prematur dapat menghamburkan oksigen dan kalori yang sangat berharga hanya
untuk melaksanakan fungsi ini.
Jika suhu
lingkungan turun dibawah suhu yang rendah, bayi akan merespon dengan
meningkatkan oksigen dan memperbesar metabolisme sehingga akan meningkatkan
produksi panas. Bila bayi berada ditempat terbuka dengan lingkungan yang dingin
dapat menyebabkan habisnya cadangan glikogen dan menyebabkan asidosis.
1. Produksi panas atau Thermogenesis
Ditempat
yang terbuka dan lingkungan yang dingin bayi baru memerlukan penambahan panas. Bayi
mempunyai mekanisme fisiologi untuk meningkatkan produksi panas dipengaruhi
oleh karena : Meningkatnya Metabolisme Rate, Aktifitas otot dan Thermogenesis
Kimiawi :
a.
Basal Metabolisme Rate
Basal metabolisme rate adalah jumlah energi yang digunakan tubuh selama
istirahat mutlak dan keadaan sadar. Pada bayi baru lahir, gerakan tubuh,
menggigil merupakan mekanisme penting untuk memproduksi panas. Gerakan
menggigil terjadi ketika reseptor kulit menurun pada suhu lingkungan yang
dingin, dan kondisi tersebut akan diteruskan kesusunan saraf pusat yang akan
menstimuli sistem saraf simpatis untuk menggunakan cadangan lemak coklat, yang
merupakan sumber panas yang utama untuk mengatasi stres dingin.
Pelepasan norephineprin oleh
kelenjar adrenal dan saraf lokal berakhir pada lemak coklat yang menyebabkan
trigliserid dapat dimetabolisme menjadi gliserol dan fatty acid (asam lemak).
Oksidasi asam lemak ini meningkatkan produksi panas. Jika suplai lemak coklat
habis maka respon metabolisme terhadap keadaan dingin akan berkurang.
Oksidasi asam lemak pada bayi tergantung dari tersedianya oksigen,
glukosa, Adenosin Tri Phospat (ATP) dan kemampuan bayi untuk mengubah menjadi
panas.Kemampuan bayi untuk menghasilkan panas dapat berubah pada keadaan
patologis seperti hipoksia, asidosis, dan hipoglikemi.
b.
Aktifitas otot
Menggigil adalah bentuk dari aktifitas otot yang disebabkan karena suhu
yang dingin. Produksi panas terjadi melalui peningkatan metabolisme rate dan
aktifitas otot. Jika bayi tidak menggigil berarti metabolisme rate pada bayi
sudah cukup.
c.
Thermogenesis Kimiawi
Disebabkan karena pelepasan norephineprin dan ephineprin oleh rangsang
saraf simpatis.
d.
Aliran Darah
ke Kulit
Kecepatan aliran darah yang tinggi menyebabkan konduksi panas yang
disalurkan dari inti tubuh ke kulit sangat efisien. Efek aliran darah kulit
pada konduksi panas dari inti tubuh permukaan kulit menggambarkan peningkatan
konduksi panas hampir delapan kali lipat. Oleh karena itu “Kulit merupakan
sistem pengatur radiator panas yang efektif “, dan aliran darah ke kulit adalah
mekanisme penyebaran panas yang paling efektif dari inti tubuh ke kulit. Dengan
meletakan bayi telungkup didada ibu akan terjadi kontak kulit langsung ibu dan
bayi sehingga bayi akan memperoleh kehangatan karena ibu merupakan sumber panas
yang baik bagi bayi.
B. Etiologi
1.
Hilangnya Panas dari
Tubuh Bayi
Hilangnya panas pada bayi merupakan keadaan yang
merugikan, karena itu suhu tubuh normal pada bayi harus dipelihara. Menurut
buku Maternal and Neonatal Nursing, 1994, hilangnya panas pada bayi baru lahir
melalui empat cara yaitu :
a.
Radiasi
Radiasi yaitu : transfer panas dari bayi kepermukaan yang lebih dingin,
dan obyek yang tidak berhubungan langsung dengan bayi. Hal tersebut dapat
diartikan, panas tubuh bayi memancar ke lingkungan sekitar bayi yang lebih
dingin.
Contoh : udara dingin pada dinding luar dan jendeladan penyekat tempat
tidur bayi yang dingin
b.
Evaporasi
Evaporasi yaitu : hilangnya panas ketika air dari kulit bayi menguap. Kondisi
tersebut disebabkan karena adanya cairan ketuban yang membasahi kulit bayi
menguap.
Contoh : Bayi lahir tidak langsung dikeringkan dari cairan ketuban, Selimut
atau popok basah bersentuhan dengan kulit bayi.
c.
Konduksi
Konduksi yaitu : transfer panas yang terjadi ketika bayi kontak langsung
dengan permukaan obyek yang dingin. Pernyataan tersebut dapat dijelaskan bahwa
pindahnya panas tubuh bayi karena kulit
bayi langsung kontak dengan permukaan yang lebih dingin.
Contoh : Tangan perawat yang dingin, tempat tidur, selimut, stetoskop
yang dingin
d.
Konveksi
Konveksi yaitu : Hilangnya panas pada bayi yang terjadi karena aliran
udara yang dingin menyentuk kulit bayi. Hal tersebut terjadi karena aliran
udara sekliling bayi yang dingin.
Contoh : Bayi diletakan didekat pintu atau jendela yang terbuka, aliran
udara dari pipa AC.
Bayi baru
lahir mudah sekali terkena hipotermi. Hal ini disebabkan oleh karena :
a. Pusat pengaturan suhu tubuh pada bayi belum
berfungsi dengan sempurna
b. Permukaan tubuh bayi relatif lebih luas
c. Tubuh bayi terlalu kecil untuk memproduksi
dan menyimpan panas
d.
Bayi belum mampu mengatur posisi tubuh dan pakaiannya
agar tidak kedinginan
e.
Lemak subcutan sedikit dan Epidermis tipis
f.
Pembuluh darah mudah dipengaruhi suhu lingkungan
g.
Kelenturan tubuh bayi menurun
h.
Jaringan adiposa sedikit
2.
Pnyebab peningkatan suhu tubuh.
Hipertermi
dapat disebabkan gangguan otak atau akibat bahan toksik yang mempengaruhi pusat
pengaturan suhu . zat yang dapat menyebabkan efek perangsangan terhadap pusat
pengaturan suhu sehingga menyebabkan demam disebut pirogen . zat pirogen ini
dapat berupa protein , pecahan protein , dan zat lain . terutama toksin
polisakarida , yang dilepas oleh bakteri toksik / pirogen yang dihasilkan dari
degenerasi jaringan tubuh dapat menyebabkan demam selama keadaan sakit .
C. Klasifikasi
1.
Penilaian Hipotermi
Bayi Baru Lahir
a.
Gejala Hipotermi Bayi Baru Lahir
§
Bayi tidak mau minum atau menetek
§
Bayi tampak lesu atau mengantuk saja
§
Tubuh bayi teraba dingin
§
Dalam keadaan berat, denyut jantung bayi menurun dan kulit tubuh bayi mengeras(Skleremia)
b.
Tanda-Tanda Hipotermi Sedang (Stress Dingin)
§
Aktifitas berkurang, letargis
§
Tangisan lemah
§
Kulit berwarna tidak rata
§
Kemampuan menghiisap lemah
§
Kaki teraba dingin
c.
Tanda-Tanda Hipotermi Berat (Cedera Dingin)
§
Sama dengan hipotermi sedang
§
Bibir dan kuku kebiruan
§
Pernafasan lambat
§
Pernafasan tidak teratur
§
Bunyi jantung lambat
§
Selanjutnya mungkin timbul hipoglikemi dan asidosis metabolik
d.
Tanda-Tanda Stadium Lanjut Hipotermi
§
Muka, ujung kaki dan tangan berwarna
merah terang
§
Bagian tubuh lainnya pucat
§
Kulit memgeras dan timbul kemerahan pada punggung, kaki dan tangan
(Sklerema).
2.
Fase – fase terjadinya hipertermi
a.
Fase I : awal
§
Peningkatan denyut jantung .
§
Peningkatan laju dan kedalaman
pernapasan .
§
Menggigil akibat tegangan dan
kontraksi obat .
§
Kulit pucat dan dingin karena
vasokonstriksi .
§
Merasakan sensasi dingin .
§
Dasar kuku mengalami sianosis karena
vasokonstriksi .
§
Rambut kulit berdiri .
§
Pengeluaran keringat berlebih .
§
Peningkatan suhu tubuh .
b.
Fase II : proses demam
§
Proses menggigil lenyap .
§
Kulit terasa hangat / panas .
§
Merasa tidak panas / dingin .
§
Peningkatan nadi & laju
pernapasan .
§
Peningkatan rasa haus .
§
Dehidrasi ringan sampai berat .
§
Mengantuk , delirium / kejang akibat
iritasi sel saraf .
§
Lesi mulut herpetik .
§
Kehilangan nafsu makan .
§
Kelemahan , keletihan dan nyeri
ringan pada otot akibat katabolisme protein .
c.
Fase III : pemulihan
§
Kulit tampak merah dan hangat .
§
Berkeringat .
§
Menggigil ringan .
§
Kemungkinan mengalami dehidrasi .
D. Patofisiologi
Respon Bayi terhadap
Hipotermi
Pada saat
suhu kulit mulai turun, thermoreseptor menyebarkan impuls kesusunan saraf
pusat, distimuli sistem saraf simpatis, norephineprin dilepaskan oleh kelenjar
adrenal dan saraf setempat yang berakhir dengan lemak coklat dimetabolisme
untuk memproduksi panas.
Hiperthermi
Masuknya kuman/penyakit
Pengeluaran endotoksin
Merangsang hipotalamus
Proses inflamasi
Respon tubuh
hiperthermi
E. Pengkajian
keperawatan
Pengkajian
Adalah pengkajian dasar proses
keperawatan yang bertujuan untuk mengumpulkan tentang penderita agar dapat
mengidentifikasi kebutuhan serta masalahnya .
1.
Riwayat
Keperawatan
a.
Adanya
riwayat kejang demam pada pasien dan keluarga
b.
Adanya
riwayat infeksi seperti saluran pernafasan atis, OMA, pneumonia,
gastroenteriks, Faringiks, brontrope, umoria, morbilivarisela dan campak.
c.
Adanya
riwayat peningkatan suhu tubuh
d.
Adanya
riwayat trauma kepala
2.
Pengkajian
fisik
a.
Adanya
peningkatan : suhu tubuh, nadi, dan pernafasan, kulit teraba hangat
b.
Ditemukan
adanya anoreksia, mual, muntah dan penurunan berat badan
c.
Adanya
kelemahan dan keletihan
d.
Adanya
kejang
e.
Pada
pemeriksaan laboratorium darah ditemukan adanya peningkatan kalium, jumlah
cairan cerebrospiral meningkat dan berwarna kuning
3.
Riwayat
Psikososial atau Perkembangan
a.
Tingkat
perkembangan anak terganggu
b.
Adanya
kekerasan penggunaan obat – obatan seperti obat penurun panas
c.
Pengalaman
tantang perawatan sesudah/ sebelum mengenai anaknya pada waktu sakit.
4.
Pengetahuan
keluarga
a.
Tingkatkan
pengetahuan keluarga yang kurang
b.
Keluarga
kurang mengetahui tanda dan gejala kejang demam
c.
Ketidakmampuan
keluarga dalam mengontrol suhu tubuh
d.
Keterbatasan
menerima keadaan penyakitnya
F. Diagnosa
Keperawatan
Hipertermia
b.d. penyakit/ trauma
G. Rencana
tindakan keperawatan
Diagnosa
Keperawatan : Hipertermia b.d. penyakit/ trauma.
NOC
: Thermoregulation
Kriteria
hasil:
a.
Suhu tubuh dalam rentang normal b. Nadi dan RR dalam rentang norma
Skala : 1. Tidak pernah menunjukkan
2. Jarang menunjukkan
3. Kadang menunjukkan
4. Sering menunjukkan
5. Selalu menunjukkan
NIC : Fever Treatment
a.
Monitor
suhu sesering mungkin.
b.
Monitor
tekanan darah, nadi, dan RR.
c.
Monitor
intake dan output.
d.
Berikan
antipiretik.
e.
Kolaborasi
pemberian cairan intravena.
H. Evaluasi
Hipertermia
b.d. penyakit/ trauma.
Kriteria
hasil:
a.
Suhu
tubuh dalam rentang normal.
b.
Nadi
dan RR dalam rentang normal
Daftar
Pustaka.
Hidayat, aziz
alimul.
2006. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak.
Jakarta : Salemba.
Ngastiyah.
2005. Perawatan Anak Sakit, ed
2. Jakarta: EGC.
Sataf Pengajar Ilmu Kesehatan
Anak FKUI. 2000. Buku Kuliah Dua Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta : Percetakan Info Medika Jakarta
Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo.
(2002). Ilmu Kebidanan, jakarta : JNPKKR-POGI.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar