PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Muhammad Darwis atau lebih dikenal
dengan K.H. Ahmad Dahlan merupakan pendiri Muhammadiyah pada tanggal 8 Dzulhijah
1330 H, bertepatan pada tanggal 18 November 1912, di kampung Kauman
Yogyakarta.Pada tahun itu,K.H. Ahmad Dahlan mendirikan organisasi Muhammadiyah
untuk melakukan cita-cita dalam pembaharuan Islam di Indonesia. K.H.Ahmad
Dahlan ingin mengadakan suatu pembaharuan dalam cara berpikir dan
beramalmenurut tuntunan agama Islam.la ingin mengajak umat Islam di Indonesia
untuk kembali hidup menurut tuntunan Al-Qur’an dan Al-Hadits.
Sejak pertama didirikan, telah
ditegaskan bahwa Muhammadiyah bukan organisasiyang bergerak dibidang politik,
namun bersifat sosial dan bergerak di bidang pendidikan. Hasil pemikiran
K.H.Ahmad Dahlan yangdilakukan secara mendalam dansungguh-sungguh tersebut,
kemudian melahirkan berbagai gerakan pembaharuan yang merupakan
operasionalisasi dan pelaksanaan darihasil pemahaman dan pemikirannyaterhadap
ajaran Islam. Di Indonesia lahir beberapa organisasi atau gerakan islam, diantaranya
adalah Muhammadiyah yang lebih dari 30 tahun sebelum merdeka,dan organisasi
lainnya yang bergerak di bidang politik,social dan pendidikan.
Muhammadiayah adalah organisasi yang
berdiri bersamaan dengan kebangkitan masyarakat Islam Indonesia pada dekade
pertama yang sampai hari ini bertahandan membesar yang sulit dicari
persepadanannya. Jika dilihat dari amal usaha dan gerakan Muhammadiyah dibidang
sosial kemasyarakatan,khususnya di bidang pendidikan dan dan kesehatan, maka
Muhammadiyah merupakan organisasi sosial keagamaan yang terbesar di Indonesia.
B. Rumusan Masalah
Dari
latar belakang yang menyebutkan bahwa Muhammadiyah merupakan organisasi
terbesar di Indonesia maka sangat menarik jika kita lebih mendalami untuk mengerti
tentang bagaimana sebenarnya latar belakang berdirinya Muhammadiyah dan apa
saja yang melatarbelakangi pendiriannya, sehingga sampai saat ini masih bisa
tetap terjaga
eksistensinya sebagai organisasi sosial kemasyarakatan yang terbesar diIndonesia.
eksistensinya sebagai organisasi sosial kemasyarakatan yang terbesar diIndonesia.
C. Tujuan
Tujuan penyusun makalah ini untuk
memenuhi tugas Kemuhammadiyahan
Kelompok 3 yang diberikan oleh Dosen pembimbing mata kuliah
Kemuhammadiyahan dengan tema “Sejarah Berdirinya Muhammadiyah”. Disamping itu juga kelompok 1 ingin mengetahui tentang bagaimana muhammadiyah didirikan dan apa yang menjadi faktor yang melatarbelakangi berdirinya Muhammadiyah.
Kelompok 3 yang diberikan oleh Dosen pembimbing mata kuliah
Kemuhammadiyahan dengan tema “Sejarah Berdirinya Muhammadiyah”. Disamping itu juga kelompok 1 ingin mengetahui tentang bagaimana muhammadiyah didirikan dan apa yang menjadi faktor yang melatarbelakangi berdirinya Muhammadiyah.
BAB
II
PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
A.
Arti
Muhammadiyah
Dalam
catatan sejarah, nama Muhammadiyah yang diberikan oleh KH. Ahmad Dahlan
terhadap organisasi yang didirikannya adalah atas usul dari seorang kerabat
sekaligus teman seperjuangannya yang bernama Muhammad Sangidu, Ketib Anom
Kraton Yogyakarta dan tokoh pembaharuan yang kemudian menjadi penguhulu Kraton
Yogyakarta. Setelah melalui salat istikharah, KH. Ahmad Dahlan kemudian
memberikan nama Muhammmadiyah bagi organisasi yang akan dipimpinnya itu (Haedar
Nashir,2006:1).
Secara etimologis, Muhammadiyah berasal
dari bahasa Arab dengan kata dasar
“Muhammad”,yaitu nama seorang Nabi atau Rasul terakhir yang diutus olej Allah
ke muka bumi ini. Kemudian kata tersebut mendapatkan tambahan akhir”ya nisbah”
yang artinya menjeniskan atau mengelompokkan. Dengan demikian, Muhammadiyah
berarti kelompok, umat dan pengikut Muhammad. Dengan demikian siapapun yang
beragama islam,yang mengucapkan dua syahadat, maka dia adalah orang
Muhammadiyah, tanpa dilihat atau dibatasi oleh perbedaan organisasi, golongan,
bangsa, geografis etnis, dan sebagainya.
Sedangkan secara terminologis,
Muhammadiyah adalah organisasi dan gerakan islam, dakwah amar makruf nahi
munkar, berasas islam dan bersumber dari al-Qur’an dan as-Sunnah didirikan oleh
KH. Ahmad Dahlan pada tanggal 8 Dzulhijah 1330 H, bertepatan tanggal 18
November 1912 M di kota Yogyakarta.
B. Latar
Belakang Lahirnya Muhammadiyah
Secara global, menurut Mustafa Kamal
Pasha Dan Ahmad Adaby Darban (2009:100-106)
faktor-faktor yang menjadi latar belakang lahirnya Muhammadiyah dapat
dikelompokkan menjadi dua faktor, yaitu subjektif dan faktor obyektif.
1.Faktor
subyektif
Faktor subyektif adalah faktor yang didasarkan atas pertimbangan pribadi KH.
Ahmad Dahlan. Faktor subyektif inilah yang sangat kuat, bahkan dikatakan
sebagai faktor utama dan faktor penentu yang mendorong berdirinya Muhammadiyah.
Menurut para analis, faktor subyektif
yang paling fundamental adalah hasil kajian mendalam KH. Ahmad Dahlan terhadap
al-Qur’an. Sikap KH. Ahmad Dahlan seperti ini sesungguhnya dalam rangka
melaksanakan firman Allah sebagaimana yang tersimpul dalam surat An-Nisa ayat
82 dan surat Muhammad ayat 24, yaitu melakukan taddabur atau memperhatikan dan mencermati dengan penuh ketelitian
terhadap apa yang tersirat dalam ayat-ayat al-Qur’an. Sikap seperti ini pulalah
yang dilakukan oleh KH. Ahmad Dahlan ketika mencermati surat Ali Imran ayat 104
yang artinya: “Dan hendaklah ada di antara kamu sekalian segolongan umat yang
menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang makruf dan mencegah yang munkar,
merekalah orang-orang yang beruntung.
2. Faktor Obyektif
Faktor obyektif adalah faktor-faktor
yang menyebabkan lahirnya Muhammadiyah menurut kenyataan yang terjadi secara
empiris pada saat itu. Ada beberapa sebab yang bersifat obyektif yang
melatarbelakangi berdirinya Muhammadiyah yang dapat dikelompokkan menjadi
faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal yaitu faktor-faktor
penyebab yang muncul di tengah-tengah kehidupan masyarakat islam indonesia.
Sedangkan faktor eksternal yaitu, faktor-faktor penyebab yang ada di luar
masyarakat islam indonesia. Faktor obyektif yang bersifat internal,yaitu:
a.
Ketidak murnian amalan
islam akibat tidak dijadikannya al-Qur’an dan as-Sunnah sebagai satu-satunya
rujukan oleh sebagian besar umat islam indonesia.
Kondisi masyarakat yang masih sangat
kental dengan kebudayaan Hindu, Budha, Animisme, dan Dinamisme memunculkan
kepercayaan dan praktik ibadah yang menyimpang dari islam. Kepercayaan dan
praktik ibadah tersebut dikenal dengan istilah tahayyul, bida’ah dan Churafat
(TBC). Dala peraktik pengamalan agamanya, ummat islam masih banyak percaya
kepada benda-benda keramat, seperti keris, tombak, batu aji, azimat, hari baik
dan buruk. Mereka sering pergi kekuburan para wali dan ulama yang dianggap
keramat untuk meminta berkah.
Dalam ibadah, ummat islam saat itu
melaukan ritual keagamaan yang telah tercampur dengan budaya luar. Dalam ibadah
mahdlah , mereka menambah dan
mengurangi ajaran islam yang sebenarnya. Saat ada yang meninggal dunia,
diadakan upacara hari ketiga, ketujuhh, kesembilan, keseribu dan seterusnya.
Agar keinginan manusia cepat tercapai, ummat islam mencari wasilah (perantara)
yang menghubungkan mereka dengan tuhan, padahal wasilah telah meninggal dunia.
b. Lembaga
pendidikan yang dimiliki ummat islam belum mampu menyiapkan generasi yang siap
mengembanmisi selaku “ khalifah Allah di atas bumi”.
KH. Ahmad Dahlan mengetahui bahwa
pendidikan di indonesia terpecah menjadi dua yaitu pendidikan pesantren yang
hanya mengajarkan ajaran-ajaran agama dan pendidikan barat yang sekuler.
Kondisi menjadi pemisah antara golongan yang mendapat pendidikan agama dengan
golongan yang mendapatkan pendidikan sekuler.
Dualisme sistem pendidikan diatas
membuat perihatin KH. Ahmad Dahlan oleh karna itu cita-cita pendidikan Ahmad
Dahlan ialah melahirkan manusia yang berpandangan luas dan memiliki pengetahuan
umum, sekaligus yang bersedia untuk kemajuan masyarakatnya. Cita-cita ini
dilakukan dengan mendirikan lembaga pendidikan dengan kurikulum yang menggabungkan
antara imtak dan iptek.
Sedangkan
paktor obyek yang bersipat eksternal, itu :
a) Pengaruh
ide dan gerakan pembaruan islam ditimur tengah.
b) Semakin
meningkatnya gerakan keristenisasi ditengah-tengah masyarakat indonesia.
c) Penetrasi
bangsa-bangsa eropa,terutama bangsa belanda ke indonesia.
C.
Pokok-pokok
pemikiran KH. Ahmad Dahlan
Pokok-pokok pemikiran yang tertuang
dalam buku ini dirujuk dan dikutip langsung dari tulisan M. Yusron asrafi (2005:47-126), kecuali bagian-bagian
yang diberikan referensi lain. Dalam bukunya tersebut, yusron asrafi memotret
pemikiran KH. Ahmad Dahlan dalam Tiga aspek, yaitu aspek keagamaan,
kemasyarakatan, dan kenegaraan.
1.
Pemikiran dalam bidang
keagamaan
a)
Sumber Hukum
Disamping dua sumber pokok, Al-qur’an
dan Al-hadist sebagai sumber hukum, dia juga menggunakan kitab-kitab dari ahlus
sunnah wal jamaah dalam bidang aqidah dan dari imam syafi’i dalam ilmu fiqih.
Meskipun demikian, dalam peraktiknya jika muncul suatu masalah, maka ia akan
mencari sumbernya dari Al-qur’an dan Al-hadist ditambah dengan hasil kajian
dari kitab-kitab yang telah di baca. Dengan metode pengambilan hukum atau pemberian
tafsir seperti itu, ada tuduhan bahwa dia dan Muhammadiah mengajarkan ajaran
yang keluar dari mazhab.
b) Bidang
Teologi
Dalam bidang teologi KH. Ahmad Dahlan
tidak mendapat perhatian yang besar. Menurut KH. Mas Mansur, dalam masalah ini
dia kembali pada pendapatan ulama salaf dan dia tidak suka berfikir yang
mendalam tentang hal itu. Menurutnya, masalah ketuhanan menimbulkan perbedaan
pendapat dan tidak berakibat peraktis untuk beramal. Itulah mangkanya dia
mengartikan orang beragama sebagai orang yang melahirkan amal. Orang beragama
harus menyerahkan harta dan dirinya kepada Allah sebagai bukti keimanannya.
Jadi iman harus disertai dengan amal dan semuanya hanya tertuju kepada Allah
c) Persatuan
ulama
Dalam masalah persatuan ulama untuk mencari kebenaran dan kebaikan
islam, dia mengadakan musyawarah tentang kiblat. Pimpinan-pimpinan Gerakan
Islam dan Muhammadiyah bekerjasama mengadakan kongres islam di Garut dan
kemudian di Cirebon. Atas dasar itulah ia mengadakan perkumpulan ulama
Muhammadiyah yang bernama”Musyawaratul Ulama”. Pada mulanya perkumpulan itu
hanya menjadi tempat peertemuan ulama Muhammadiyah untuk membicarakan
hukum-hukum islam. Tetapi setelah lama di seluruh jiwa untuk membicarakan
bagaimana usaha-usaha agar islam di indonesia menjadi kuat.
d) Pemurnian
Agama
Beberapa bid’ah dan
khurafat yang di berantas oleh KH.Ahmad dahlan, yaitu:
1)
Upacara selamatan pada
waktu ibu mengandung tujuh bulan upacara selamatan pada waktu kelahiran
(puputan).
2)
Upacara selamatan
kematian, baik selamatan hari ke-3, ke-7, ke-100, satu tahun dan hari ke 1000.
3)
Permintaan keselamatan
dan kesuksesan pada kuburan-kuburan para wali atau orang yang dianggap suci .
4)
Ziarah kubur yang
ditentukan setiap bulan sya’ban atau di sebut bulan ruwah yang berarti roh.
5)
Bacaan-bacaan tahlil
untuk di kirim kepada orang yang meninggal.
Selawatan ( membaca sholawat dengan memakai terbang).
6)
Takhayul lailatul qadar
yang di jalankan dengan mengelilingi beteng karaton dan pohon beringin
Yogyakarta.
7)
Kepercayaan kepada
jimat-jimat.
2.
bidang kemasyarakatan
Dorongan mati sebagai amal KH.Dahlan
menyatakan:” kita manusia hidup di dunia hanya sekali, untuk bertaruh: sesudah
mati, akan mendapatkan kebahagiaankah atau kesangsaraankah (KRH.Hadjid,2008:7).
KH.Ahmad dahlan menyatkan bahwa
mati adalah bahaya yang besar, tetapi lupa kepada mati adalah bahaya yang lebih
besar lagi.Oleh karena itu manusia harus bersiap-siap menghadapi kemtian dengan
menyelesaikan urusan-urusannya dengan allah dan dengan sesama manusia.
Pemikiran tentang dorongan mati nampaknya mendapatkan tempat yang istimewa.Dia
memberi penafsiran yang positif terhadap dorongan mati, dalam arti: agar
selamat dari siksa neraka, manusia harus berbuat sesuatu yaitu harus beramal.
Dorongan mati yang ada padanya menjadi dorongan bagi terciptanya karya amal.
Adapun bekal perjuangan yang diberikan
oleh KH.Ahmad Dahlan adalah
a) Dengan
keiklasan hati menunaikan tugasnya sebagai wanita islam sesuai dengan bakat dan
kecakapannya, tidak enghendaki sanjung puji dan tidak mundur selangkah karena
dicela
b) Penuh
keinsyafan bahwa beramal iu harus berilmu.
c) Jangan
mengadakan alasan yang tidak dianggap syah oleh tuhan hanya untuk menghinari
sesuatu tugas yang di serahkan kepadanya.
d) Membulatkan
tekad untuk membela kesucian agama islam.
e) Menjaga
persaudaraan dan kesatuan kawan sekerja dan seperjuangan.
f) Pemikiran
dalam bidang kenegaraan
Dua dekade pertama abad kedua puluh
adalah suatu babak baru dalam sejarah bangsa indonesia. Zaman itu terkenal
sebagai zaman kebangkitan nasional. Setiap gerakan kebangkitan adalah menuju
kepada kemajuan. Arah kemajuan mengarah ke segala bidang, baik bidang politik,
sosial maupun ekonomi. Ada yang berlandasan jasmaniah daan adapula yang
berlandasan rohaniah , agama. Sekalipun bidangnya berbeda-beda, namun sebagai
gerakan kemajuan , ia memiliki suatu sifat yang sama, yaitu ingin membebaskan
atau minimal meringankan bangsa dan tanah air dari belenggu-belenggu jasmaniah
dan rohaniah, yang di dalam zaman sebelum nya meningkat seluruh kehidupan
bangsa indonesia.
Zaman itu meliputi Budi utomo
berdiri. Organisasi itu didirikan oleh kalangan pemuda- pemuda intelek yang
bangsawan. Kemudian sarekat dagangan islam juga berdiri, yang kemudian berganti
nama menjadi sarekat islam. Sesuai dengan namanya yang pertama maka sarekat
islam banyak terdiri dari kaum pedagang. Di samping itu juga berdiri juga
organisasi muahammadiahyang bergerak dalam lapangan pendidikan sosial.
Pendirinya adalah KH. Ahmad Dahlan.
KH.
Ahmad Dahlan bukanlah tokoh politik. Dia lebih bergerak dalam lapangan dakwah,
pendidikan dan gerakan amal sosial. Meskipun begitu dia juga memasuki
perkumpulan bahkan menjadi pengurus budi utomo yang diakui sebagai gerakan
kebangkitan nasional yang pertama di indonesia. Dalam sarekat islam, dia duduk
sebagai penasehat. Sarekat islam adalah pergerakan nasional dan inti
impearialis pertama yang kuat dan banyak berpengaruh di indonesia.
D.
Bentuk
Dan Lambang Muhammadiyah
Bentuk dan lambang muhammadiyah
diciptakan oleh KH.Siraad Dahlan, putera pertama KH.Ahmad Dahlan yang mewarisi
intelektulitas dalam bidang ilmu , falak, keulamaan dan darah seninya( M.
Sukrianto AR, 2015). Lambang muhammadiah terdiri dari 12 sinar matahari yang
putih bersih yang memancarkan sinar ke arah segala penjuru bumi. Di tengah-tengah
matahari terdapat lukisan dengan hurup arab yang berbunyi “Muhammadiyah” pada
dua lingkaran yang mengelilingi Tulisan hurup arab “Muhammadiah” tersebut,
terhadap tulisan yang di ambil dari dari dua kalimat syahadat yaitu syahadat
tauhid pada lingkaran atas dengan tulisan arab asyhadu alla ilaha illallallah
(saya bersaksi bahwasanya tidak ada tuhan kecuali allah); dan syahadat rasul
pada lingkkaran bagian bawah dengan tulisan :wa asyhadu anna muhammad
rasulullah ( dan aku bersaksi bahwa muhammad adalah utusan allah). seluruh
gambar matahari dengan atribut bewarna putih dan terletak di atas warna dasar
hijau daun. Untuk leih jelasnya berikut gambar muhammadiah:
Adapun maksud lambang muhammadiah
tersebut adalah: gambar matahari dan 12 sinar yang putih. Secara teoritis,
matahari merupakan titik pusat dalam tata surya dan merupakn sumber kekuatan
semua mahluk hidup yang ada di bumi. Matahari juga merupakan titik sentral
semua planet,matahari mengeluarkan sinar panas yang sangat berguna bagi
kehidupan biologis semua mahluk hidup di muka bumi. Tanpa sinar matahari semua
mahluk hidup akan mati.
Dengan menggambarkan dirinya
seperti matahari, muhammadiyah berkeinginan menjadi wadah, organisasi yang
dalam setiap langkah dan gerakannya dalam kehidupan di harapkan sepertihalnya
matahari yang dapat menjadi sumber pencerahan bagi kekuatan seperitual dan
rohani bagi yang mau mnerima pancaran sinarnya berupa ajaran agama islam yang
bersumber dari Al-Qur’an dan As-Sunnah Al-Maqbulah.
Tulisan muhammadiah di tengah
menunjukkan bahwa organisasi ini ingin mengikuti nabi muhammad SAW. Adapun
tulisan dua kalimah syahadat melambangkan ingin menegakkan kalimah-kalimah
allah yang bersendikan tauhid.
Sedangkan
dua belas sinar matahari yang memancar ke seluruh penjuru bumi diibarakan
sebagai tekad dan semangat warga muhammadiyah dalam memperjauangkan islam di
tengah masyarakat bangsa indonesia. Semangat pantang mundur dan pantang
menyerah seperti yang tercermin dalamekad kuat kaum hawari ( sahabat nabi isa)
yang berjumlah 12 orang ,sepertiyang di jelaskan oleh allah dalam surah
as-sha:14 yang artinya wahai orang-orang yang beriman, jadilah kalian penolong-penolong (agama)
allah, seperti ucapan isa putra maryam kepada kaum hawary:’diapa yang bersedia
menolongku (menegakkan agama allah), lalu segolongan bani israil beriman dan
segolongan (yang lain) kafir; maka kami beri kekutan kepada orang-orang yang
beriman terhadap musuh musuh mereka, maka jadilah mereka orang-orang yang
menang.
Adapun warna putih pada seeluruh gambar
matahari adalah warna yang di sukai oleh rasulullah, melambangkan kesucian ,
keikhlasan dan tanpa pamrih. Dengan warna putih tersebut muhammadiah diharapkan
hanya keridaan allah SWT.
Sedangkan warna hijau yang menjadi
warna dasar adalah warna yang selalu di tawarkan oleh allah kepada orang
beriman dan beramal salih, seperti dalam QS :55,76,76,21 dan 18:31. Warna hijau
melambangkan kedamaian kesejukan ,kesegaran, ketentraman dan kesejahteraan.
Dengan warna hijau trsebut , muhammdiah di harapkan berjuang di tengah-tengah
masyarakat dalam rangka mewujudkan ajaran agama islam yang penuh kedamaian ,
keselamatan dan kesejahteraan bagi umat manusia.
E.
Maksud
Dan Tujuan Muhammadiyah
Sejak awal berdirinya hingga sekarang, Muhammadiyahtelaj merumuskan maksud
dan tujuannya dengan redaksi yang berbeda-beda. Menurut haidar nasir (2008:1),
jika dilacak pada rumusan anggaran dasar (statuten) Muhammadiyah sejak berdiri tahun 1912 hingga muktamar ke
45 tahun 2005, Muhammadiyah telah menyusun dan melakukan perubahan anggaran
dasar (AD) sebanyak 15 kali yaitu pada berturut-turut pada tahun 1912, 1914,
1921,1934,1941,1943,1946,1950 ( dua kali), 1959, 1966, 1968, 1985, 2000, dan
2005.
Perubahan AD/ART tersebut berimplikasi
pada perubahan pormulasi maksud dan tujuan Muhammadiyah. Menurut hemat penulis,
sejak awal berdirinya (tahun 1912) seperti berikut (teks nya dikutip dari
tulisan Mh. Decaldan seperti ditulis oleh Haidar nasir, 2008:1)
1. Tahun 1912 saat berdirinya dirumuskan: maka
perhimpunan itu dimaksudnya.
a) Meyebarluaskan
pengajaran igama kangjeng nabi Muhammad SAW kepada penduduk bumi putra didalam
residensi Yogyakarta, dan
b) Memajukan
hal igama kepada anggota-anggotanya
2. Tahun
1914 dan 1921 dirumuskan: maksud persarikatan ini yaitu:
a) Memajukan
dan menggebirakan pengajaran dan pelajran igama islam di hindia nederland dan
b) Memajukan
dan menggembirakan kehidupan ( cara hidup) sepanjang kemauan igama islam kepada
lid-lid-nya.
3. Tahun
1934: hajat persarikatan itu:
a) Memajukan
dan menggembirakan pengajaran dan pelajaran agama islam di hindia nederland,
dan
b) Memajukan
dan menggembirakan kehidupan (cara hidup) sepanjang kemauan agama islam kepada
lid-lid-nya (segala sekutunya)
4. Tahun
1941: hajat persarikatan
a) Memajukan
dan menggembirakan pengajaran dan pelajaran agama islam di indonesia, dan
b) Memajukan
dan menggembirakan cara hidup sepanjang kemauan agama islam kepada lid-lid-nya
(segala sekutunya).
5. Tahun
1943 dirumuskan: sesuae denngan kepercayaan untuk mendirikan kemakmuran bersama
seluruh asia raya, dibawah pimpinan da’i nippon, dan memang diperintahkan oleh
Allah, maka perkumpulan ini:
a) Hendak
menyiarkan agama islam, serta melatihkan hidup yang selaras dengan tuntunannya.
b) Hendak
melakukan pekerjaan kebaikan-kebaikan umum
c) Hendak
memajukan pengetahuan dan kepandaian serta budi pekerti yang baik kepada
annggota-anggotanya; kesemuanya itu ditunjukan untuk berjasa mendidik
masyarakat ramai.
6. Tahun
1946 dan 1950 (dua kali perubahan AD/ART) dirumuskan: maksud dan tujuan
persarikatan ini akan menegakkan dan menjunjung tinggi agama islam, sehingga
dapat mewujutkan masyarakat islam yang sebenar-benarnya.
7. Tahun
1959, 1966,1968, dirumuskan: maksud dan tujuan persarikatan ialah menegakkan
dan menjunjung tinggi agama islam sehingga dapat terwujud masyarakat islam yang
sebenar-benarnya 1985 dirumuskan: maksud dan tujuan persarikatan ialah
menegakkan dan menjunjung tinggi agama islam sehingga terujut masyarakat utama,
adil, dan makmur.
Terkait
arti dan rumusan terahir maksud dan tujuan Muhammadiyah, mustapa kamal
pasha dan Ahmad adabi telah menjelaskan
sebagiannya sebagai berikut (2009:1012):
BAB III
PENUTUP
PENUTUP
A. Kesimpulan
Muhammad Darwis atau lebih dikenal
dengan K.H. Ahmad Dahlan menuntut ilmu di kota suci Makkah, dan hasil dari
pendidikannya itu kemudian beliau membentuk sebuah wadah perubahan untuk
kembali kepada Al Qur’an dan As Sunnah Rasullullah sesuai dengan arti
Muhammadiyah yaitu pengikut Nabi Muhammad SAW. Dari terbentuknya Muhammadiyah
di kampung Kauman Yogyakarta pada tanggal 8 Dzulhijah 1330 H yang bertepatan
pada 18 November 1912 M dan tersebar luas hampir seluruh Indonesia sehingga menjadi
organisasi besar sampai dengan sekarang tidak lepas dari buah pikiran K.H.
Ahmad Dahlan.
B. Saran dan Kritik
Dalam penyusunan makalah yang berjudul
“Latar belakang berdirinya Muhammadiyah “, kami dari kelompok 3 menyadari bahwa
masih banyak kesalahan sehingga belum sempurnanya makalah kami. Maka kami harap
kritik dan saran yang membangun dari Dosen pembimbing dan saudara-saudari khususnya
kelas C semester I Prodi Administrasi
Bisnis.
DAFTAR PUSTAKA
Haedar
Nashir, KH. Ittah Muhammadiyah, menengok
kembali kelahiran Muhammadiyah,kontirbutor dalam Muhammadiyah
online,Selasa, 12 Desember
2006.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar