KATA PENGANTAR
Alhamdulillah puji syukur kami panjatkan
atas kehadirat allah SWT yang telah memberikan kesempatan, kesehatan dan
karunianya kepada kami yang tak terhingga jumlahnya sehingga kami dapat
menyelesaikan karya tulis ini pada tepat waktunya. Makalah Matematika ini yang membahas tentang Aplkasi Turunan dalam
Matematika, cabang ilmu lain maupun dalam kehidupan sehari-hari.
Tidak lupa kami mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya
kepada Bapak Dosen yang telah memberikan arahan kepada kami untuk membuat
makalah ini, kami ucapan terimakasih.
Pepatah
mengatakan “ Tak ada gading yang tak retak” Sama halnya dengan makalah yang
kami buat ini, untuk itu kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan, walaupun
demikian kami berharap karya tulis ini dapat bermanfaat baik bagi
pembaca maupun bagi masyarakat umum.
Mataram, 1 April 2016
Penyusun
DAFTAR ISI
Kata Pengantar................................................................................................................. i
Daftar Isi ................................................................................................................... ii
BAB I Pendahuluan…………………………………………………………................ 1
I.1 Latar Belakang
Masalah................................................................................ 1
I.2 Rumusan Makalah......................................................................................... 1
I.3 Tujuan
Makalah…………………………………………………………..... 1
BAB II Pembahasan........................................................................................................ 5
2.1 Aplikasi turunan............................................................................................ 5
2.2 contoh aplikasi turunan dalam berbagai bidang.......................................... 12
BAB III Penutup........................................................................................................... 17
3.1 Kesimpulan.................................................................................................. 17
Daftar pustaka............................................................................................................... 18
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Turunan adalah salah
satu cabang ilmu matematika yang digunakan untuk menyatakan hubungan kompleks
antara satu variabel tak bebas dengan satu atau beberapa variabel bebas
lainnya. Konsep turunan sebagai bagian utama dari kalkulus dipikirkan pada saat
yang bersamaan oleh Newton dan Leibniz dari tahun 1665 sampai dengan tahun 1675
sebagai suatu alat untuk menyelesaikan berbagai masalah dalam geometri dan
mekanika. Sir Isaac Newton (1642 - 1727) , ahli matematika dan fisika bangsa
Inggris dan Gottfried Wilhelm Leibniz (1646 - 1716), ahli matematika bangsa
Jerman dikenal sebagai ilmuwan yang menemukan kembali kalkulus. Kalkulus
memberikan bantuan tak ternilai pada perkembangan beberapa cabang ilmu
pengetahuan lain. Dewasa ini kalkulus digunakan sebagai suatu alat bantu yang
utama dalam menyelesaikan berbagai permasalahan ilmu pengetahuan dan teknologi.
1.2. Rumusan Masalah
Apa saja apliksi turunan yang ada dalam ilu
matematika, cabang imu lain atau dalam kehidupan sehari-hari?
1.3. Tujuan
Dapat mengtahui dan menjelaskan beberapa Aplikasi
turunan.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Aplikasi turunan
1. Maksimum dan Minimum
Misalkan kita mengetahui fungsi f dan domain (daerah asal) S seperti
pada Gambar A. maka kita akan menentukan f memiliki nilai maksimum atau
minimum pada S. Anggap saja bahwa nilai-nilai tersebut ada dan ingin mengetahui
lebih lanjut dimana dalam S nilai-nilai itu berada. Pada akhirnya kita dapat
menentukan nilai-nilai maksimum dan minimum.
Definisi :
Andaikan S, daerah asal f , memuat titik C, kita katakana bahwa:
a. f(c) adalah nilai maksimum f pada S jika f(c)≥f(x)
untuk semua x di S
b. f(c) adalah nilai minimum f pada S jika f(c)≤f(x) untuk
semua x di S
c. f(c) adalah nilai ekstrim f pada S jika ia adalah nilai maksimum atau
minimum
Teorema A
(Teorema Eksistensi Maks-Min). Jika f kontinu
pada selang tertutup [a,b], maka f mencapai nilai maksimum dan nilai
minimum.
Terjadinya Nilai-Nilai Ekstrim :
Biasanya fungsi yang ingin kita maksimumkan atau minimumkan akan mempunyai
suatu selang I sebagai daerah asalnya. Tetapi selang ini boleh berupa
sebarang dan sembilan tipe yang dibahas 1.3. beberapa dari selang ini memuat titk-titik
ujung; beberapa tidak. Misalnya I = [a,b] memuat titik-titik ujung
dua-duanya; (a,b) hanya memuat titik ujung kiri; (a,b) tidak memuat titk ujung
satupun. Nilai-nilai ekstrim sebuah fungsi yan didefinisikan pada selang
tertutup sering kali terjadi pada titik-titik ujung. (Lihat Gambar B)
Jika c sebuah titik pada mana f’(c) = 0 disebut c titik stasioner.
Pada titik stasioner, grafik f mendatar karena garis singgung mendatar.
Nilai-nilai ekstrim terjadi pada titik-titik stasioner. (Gambar C )
Jika c adalah titik dalam dari I dimana f’ tidak ada, disebut
c titik singular. Grafik f mempunyai sudut tajam, garis singgung
vertikal. Nilai-nilai ekstrim dapat terjadi pada titik-titik singular. (Gambar
D) walaupun dalam masalah-masalah praktis sangat langka.
Teorema B
(Teorema titik kritis). Andaikan f
didefinisikan pada selang I yang memuat titik c. Jika f(c) adalah
titik ekstrim, maka c haruslah suatu titik kritis, yakni c berupa salah satu :
i. titik ujung I
ii. titik stasioner dari f (f’(c) = 0)
iii. titik singular dari f (f’ (c) tidak ada)
Mengingat teorema A dan B, untuk menghitung nilai maksimum atau nilai
minimum suatu fungsi kontinu f pada selang tertutup I .
Langkah 1 : Carilah titik-titik kritis dari f pada I
Langkah 2 : hitunglah f pada setiap titik kritis, yang terbesar adalah
nilai maksimum dan yang terkecil adalah nilai minimum.
soal :
Carilah nilai- nilai maksimum dan minimum dari f(x) = x2 + 4x
pada [-3, 1]
Penyelesaian:
Menurunkan fungsinya f’(x) = 2x + 4
Kemudian mencari titik kritis f’(x) = 0
2x + 4 = 0
X = -2
Berarti titik-titik kritis yang di dapat -3, -2, 1 maka :
f(-3) = -3
f(-2) = -4
f(1) = 5
Jadi nilai maksimum adalah 5 (dicapai pada 1) dan nilai minimum adalah -4
(dicapai pada -2)
2.Kemonotonan dan Kecekungan
Definisi :
Andaikan f terdefinisi pada selang I (terbuka, tertutup atau
tak satupun). Kita katakan bahwa :
a. f adalah naik pada I jika untuk setiap pasang bilangan x1
dan x2 dalam I, x1 < x2 → f(x1)
< f(x2)
b. f adalah turun pada I jika untuk setiap pasang bilangan x1 dan
x2 dalam I, x1 > x2 → f(x1)
> f(x2)
c. f monoton murni pada I jika ia naik pada I atau turun pada I
Teorema A
(Teorema Kemonotonan). Andaikan f kontinu
pada selang I dan dapat dideferensialkan pada setiap titik dalam dari I
a. Jika f’(x) > 0 untuk semua titik dalam x dari I, maka f
naik pada I
b. Jika f’(x) < 0 untuk semua titik dalam x dari I, maka f
turun pada I
Turunan Pertama dan Kemonotonan
Ingat kembali bahwa turunan pertama f’(x) memberi kita kemiringan
dari garis singgung f dititik x, kemudian jika f’(x) > 0,
garis singgung naik ke kanan, serupa, jika f’(x) < 0, garis singgung
jatuh ke kanan. (Gambar A)
Turunan Kedua dan Kecekungan
Sebuah fungsi mungkin
naik dan tetap mempunyai grafik yang sangat bergoyang (Gambar B), maka kita
perlu mempelajari bagaimana garis singgung berliku saat kita bergerak sepanjang
grafik dari kiri ke kanan. Jika secara tetap berlawanan arah putaran jarum jam,
kita katakan bahwa grafik cekung ke atas, jika garis singgung berliku searah
jarum jam, grafik cekung ke bawah
Definisi:
Andaikan f
terdeferensial pada selang terbuka I = (a,b). jika f’ naik pada I,
f (dan grafiknya) cekung ke atas disana; jika f’ turun
pada I, f cekung ke bawah pada I.
Teorema B
(Teorema kecekungan). Andaikan f terdeferensial
dua kali pada selang terbuka (a,b).
a. Jika f’’(x) > 0 ntuk semua x dalam (a,b) maka f cekung ke
atas pada (a,b)
b. Jika f’’(x) < 0 ntuk semua x dalam (a,b) maka f cekung ke
bawah pada (a,b)
Titik Balik
Andaikan f
kontinu di c, kita sebut (c,f(c)) suatu titik balik dari grafik f
jika f cekung ke atas pada satu sisi dan cekung ke bawah pada sisi
lainnya dari c. grafik dalam Gambar C menunjukkan sejumlah kemungkinan.
Gambar
soal :
Jika f(x) = x3 + 6x2 + 9x + 3 cari dimana f naik dan
dimana turun?
Penyelesaian:
Mencari turunan f
f’(x) = 3x2 + 12x + 9
= 3 (x2 + 4x + 3)
= 3 (x+3)(X+1)
Kita perlu menentukan (x +3) (x +1) > 0 dan (x +3)
(x + 1) < 0 terdapat titik pemisah -3 dan -1, membagi sumbu x
atas tiga selang ( -∞, -3), (-3, -1) dan (-1, ∞). Dengan memakai titik uji -4,
-2, 0 didapat f `(x) > 0 pada pertama dan akhir selang dan f
`(x) < 0 pada selang tengah.
Jadi, f naik pada (-∞, -3] dan [-1, ∞) dan turun pada [-3, -1]
Grafik
f(-3) = 3
f(-1) = -1
f(0) = 3
2. Maksimum dan Minimum Lokal
Definisi :
Andaikan S, daerah asal f, memuat titik c. kita katakan bahwa :
a. f(c) nilai maksimum lokal
f jika terdapat selang (a,b) yang memuat c sedemikian sehingga f(c)
adalah nilai maksimum f pada (a,b) ∩ S
b. f(c) nilai minimum lokal
f jika terdapat selang (a,b) yang memuat c sedemikian sehingga f(c) adalah nilai minimum f
pada (a,b) ∩ S
c. f(c) nilai ekstrim lokal f jika ia berupa nilai maksimum lokal atau
minimum lokal
Teorema titik kritis
pada dasarnya berlaku sebagaimana dinyatakan dengan nilai ekstrim diganti oleh
nilai ekstrim lokal, bukti pada dasarnya sama. Jika turunan adalah positif pada
salah satu pihak dari titik kritis dan negative pada pihak lainnya, maka kita
mempunyai ekstrim lokal.
GAMBAR MAKS.LOKAL DAN MINIM LOKAL
Teorema A
(Uji Turunan Pertama untuk Ekstrim Lokal). Andaikan f kontinu pada selang terbuka (a,b) yang memuat titik
kritis c.
a. Jika f’(x) > 0 untuk semua
x dalam (a,c) dan f’(x) < 0 untuk semua x dalam (c,b), maka f(c)
adalah nilai maksimum lokal f
b. Jika f’(x) <
0 untuk semua x dalam (a,c) dan f’(x) < 0 untuk semua x dalam (c,b),
maka f(c) adalah nilai minimum lokal f
c. Jika f’(x) bertanda sama pada
kedua pihak c, maka f(c) bukan nilai ekstrim lokal f.
Teorema B
(Uji Turunan Kedua untuk Ekstrim Lokal). Andaikan f’ dan f’’ ada pada setiap titik dalam selang
terbuka (a,b) yang memuat c, dan andaikan f’(c) = 0
a. Jika f’’(c) < 0, f(c) adalah nilai maksimum lokal f
b. Jika f’’(c) > 0, f(c) adalah nilai minimum lokal f
soal :
Cari nilai ekstrim lokal dari fungsi f(x) = x2 – 8x + 7 pada
(-∞,∞)
penyelesaian:
fungsi polinom kontinu dimana-mana dan turunannya, f’(x) = 2x – 8, ada
untuk semua x. jadi satu-satunya titik kritis untuk f adalah penyelesaian
tunggal dari f’(x) = 0 yakni x = 4 karena f’(x) = 2(x-4) < 0 untuk x<0, f
turun pada (-∞,4) dank arena 2(x – 4)>0 untuuk x>0, f naik pada [4,∞)
karena itu, f(4) = -9 adalah nilai minimum lokal f, karena 4 adalah
satu-satunya bilangan kritis, tidak terdapat nilai ekstrim lain. Ditunjukkan
oleh grafik di bawah ini.
4.Lebih Banyak Masalah Maks-Min
Masalah yang dipelajari
dalam pasal 4.1, biasanya menganggap bahwa himpunan pada mana kita ingin
memaksimumkan atau meminimumkan suatu fungsi berupa selang tertutup. Tetapi,
selang-selang yang uncul dalam praktek tidak selalu tertutup; kadang-kadang
terbuka atau bahkan setengah terbuka., setengah tetutup. Kita masih tetap
menangani masalah ini jika ita menerapkan secara benar teori yang dikembangkan
dalam pasal 4.3. Ingat dalam hati bahwa maksimum (minimum) tanpa kata sifat
tambahan berarti maksimum (minimum) global.
Langkah-langkahnya:
1) Buat sebuah gambar
untuk masalah dan berikan variabel-variabel yang sesui untuk besaran-besaran
kunci
2) Tuliskan rumus untuk
besaran Q yang harus dimaksimumkan (diminimumkan) dalam bentuk variabel-variabel
tersebut
3) Gunakan
kondisi-kondisi masalah untuk menghilangkan semua kecuali satu dari
variabel-variabel ini dan karenanya enyataka Q sebagai fungsi dari satu
variabel, misalnya x
4) Tentukan himpunan
nilai-nilai x yang mungkin, biasanya sebuah selang
5) Tentukan titik-titik
kritis (titik ujung, titik stasioner, titik singular). Paling sering,
titik-titik kritis kunci berupa titik-titik stasioner dimana dQ/dx = 0
6) Gunakan teori bab
ini untuk memutuskan titik kritis mana yang memberika maksimum atau minimum
soal :
Cari (jika mungkin) nilai maksimum dan minimum dari f(x) = x3
– 3x2+4 pada ( -∞, ∞).
Penyelesaian :
f`(x) = 3x2
– 6x = x(3x – 6)
x=0 dan x= 2
f(2) = 0
f(0) = 4
fungsi memiliki nilai maksimum 4 (pada 0) dan nilai minimum 0 (pada 2)
5. Penerapan Ekonomik
Dalam mempelajari
banyak masalah ekonomi sebenarnya kita menggunakan konsep kalkulus. Misalkan
dalam suatu perusahaan, PT ABC. Jika ABC menjual x satuan barang tahun ini, ABC
akan mampu membebankan harga, p(x) untuk setiap satuan. Kita tunjukkan bahwa p
tergantung pada x. pendapatan total yang diharapkan ABC diberikan oleh R(x) = x
p(x), banyak satuan kali harga tiap satuan.
Untuk memproduksikan
dan memasarkan x satuan, ABC akan mempunyai biaya total C(x). Ini biasanya
jumlah dari biaya tetap ditambah biaya variable. Konsep dasar untuk sebuah
perusahaan adalah total laba P(x), yakni slisih antara pendapatan dan biaya.
P(x) = R(x) – C(x) = x
p(x) – C(x)
Umumnya, sebuah perusahaan
berusaha memaksimumkan total labanya.
Pada dasarnya suatu produksi akan berupa satuan-satuan diskrit. Jadi R(x),
C(x) dan P(x) pada umumnya didefinisikan hanya untuk x= 0,1,2,3,…..dan sebagai
akibatnya, grafiknya akan terdiri dari titik-titik diskrit. Agar kita dapat
mempergunakan kalkulus, titik-titik tersebut kita hubungkan satu sama
lainsehingga membentuk kurva. Dengan demikian, R,C, dan P dapat dianggap ebagai
fungsi yang dapat dideferensialkan.
Penggunaaan Kata Marjinal
Andaikan ABC mengetahui
fungsi biayanya C(x) dan ntuk sementara direncanakan memproduksi 2000 satuan
tahun in. ABC ingin menetapan biaya tambahan tiap satuan. Jika fungsi biaya
adalah seperti pada gambar A, Direktur Utama ABC menanyakan nilai ∆C/∆X pada
saat ∆x = 1. tetapi kita mengharapkan bahwa ini akan sangat dekat terhadap
nilai Lim
Pada saat x = 2000. ini disebut biaya marjinal. Kita mengenalnya sebagai
dc/dx, turunn C terhadap x. dengan demikian, kita definisikan harga marjinal
sebagai dp/dx, pendapatan marjinal dR/dx, dan keuntungan marjinal sebagai
dP/dx.
soal :
andaikan C(x) = 6700 + 4,15x + 30x1/2 rupiah. Cari biaya
rata-rata tiap satuan dan biaya marjinal dan hitung mereka bilamana x = 4000
penyelesaian :
Biaya rata-rata :
C(x)/x = (6700 + 4,15x + 30x 1/2) /x
Biaya marjinal : dC/dx
= 4,15 + 30x -1/2
Pada X = 400 diperoleh
Biaya rata-rata = 22,4
x 400 = 8960
Biaya marjinal = 4,9 x
400 = 1960
Ini berarti bahwa rata-rata biaya tiap satuan adalah Rp. 8960 untuk
memproduksi 400satuan yang pertama,
untuk memproduksi satu satuan tambahan diatas 400 hanya memerlukan biaya Rp.
1960.
6. Limit di
Ketakhinggaan, Limit Tak Terhingga
Definisi-definisi
Cermat Limit bila x→ ± ∞
Dalam analogi dengan definisi, kita untuk limit-limit biasa, kita membuet
definii berikut.
Definisi:
(Limit bila x → ∞). Andaikan f terdefinisi pada [c,∞) untuk suatu bilangan
c. kita katakan bahwa Lim f(x) = L jika untuk masing-masing ε >0, terdapat
bilangan M y ang
x→∞
berpadanan sedemikian
sehingga
X > M → │f(x) - L│
< ε
Definisi:
(Limit bila x → -∞). Andaikan f terdefinisi pada ( -∞, c] untuk suatu
bilangan c. kita katakan bahwa Lim f(x) = L jika untuk masing-masing ε >0,
terdapat bilangan M yang
x→ -∞
berpadanan sedemikian
sehingga
X < M → │f(x) – L│
< ε
Definisi:
(Limit-limit tak- terhingga). Kita katakan bahwa Lim f(x) = ∞ jika untuk
tiap bilangan
x→c+
positif M, berpadanan
suatu δ>0 demikian sehingga
0 < x – c < δ→
f(x) > M
Hubungan Terhadap
Asimtot
Garis x = c adalah asimtot vertical dari grafik y = f(x). misalkan garis x
= 1 adalah asimtot tegak. Sama halnya garis-garis x = 2 dan x = 3 adalah
asimtot vertical. Dalam nafas yang serupa, garis y = b adalah asimtot
horizontal dari grafik y = f(x) jika
Lim f(x) = b atau Lim
f(x) = b
x→∞ x→ -∞
Garis y = 0 adalah
asimtot horizontal.
soal :
. lim 3x2 -
2x + 6 / 6x2 – 5x -9
x→ ~
lim 3x2/x2
– 2x/x2 + 6/x2 / 6x2/x3 – 5x/x2
+ 9/x2 = 3/6 = 1/2
x→ ~
7. Penggambaran Grafik
Canggih
Kalkulus menyediakan alat ampuh untuk menganalisis struktur grafik secara
baik, khususnya dalam mengenali titik-titik tempat terjadinya perubahan
cirri-ciri grafik. Kita dapat menempatka titik-titik maksimum lokal,
titik-titik minimum lokal, dan titik-titik balik. Kita dapat menentukan secara
persis dimana grafik naik atau dimana cekung ke atas.
POLINOM. Polinom derajat 1
atau 2 jelas untuk di gambar grafiknya, yang berderajat 50 hampir mustahil.
Jika derajatnya cukup ukurannya, misalka 3 sampai 6. kita dapat memakai
alat-alat dari kalkulus dengan manfaat besar.
FUNGSI RASIONAL. Fungsi rasional,
merupakan hasil bagi dua fungsi polinom, lebih rumit untuk digrafikkan
disbanding polinom. Khususnya kita dapat mengharapkan perilaku yang dramatis
dimanapun penyebut nol.
RINGKASAN METODE. Dalam menggambarkan
grafik fungsi, tidak terdapat pengganti untuk akal sehat. Tetapi, dalam banyak
hal prosedur berikut akan sangat membantu.
Langkah 1 :
Buat analisis
pendahuluan sebagai berikut :
a. Periksa daerah asal
dan daerah hasil fungsi untuk melihat apakah ada daerah di bidang yang
dikecualikan.
b. Uji kesemetrian
terhadap sumbu y dan titik asal. (apakah fungsi genap atau ganjil?)
c. Cari perpotongan
dengan sumbu-sumbu koordinat.
d. Gunakan turunan
pertama untuk mencari titik-titk kritis dan untuk mengetahui tempat-tempat
grafik naik dan turun.
e. Uji titik-titik
kritis untuk maksimum atau minimum lokal.
f. Gunakan turunan
kedua untuk mengetahui tempat-tempat grafik cekung ke atas dan cekung ke bawah
dan untuk melokasikan titik-titik balik.
g. Cari
asimtot-asimtot.
Langkah 2 :
Gambarkan beberapa
titik (termasuk semua titik kritis dan titik balik)
Langkah 3 :
Sketsakan grafik.
soal :
Sketsakan grafik f(x) =
(2x5 – 30x3)/108
penyelesaian :
karena f(-x) = -f(x), f adalah fungsi ganjil, oleh karena itu grafiknya
simetri terhadap titik asal. Dengan menetapkan f(x) = 0 berarti {2x5
– 30x3}/108 = 0 dan x3(2x2 – 30)/108 = 0
kita temukan perpotongan sumbu x adalah 0 dan 15 3,85 Kemudian kita
deferensialkan f’(x) = (10x4 – 90x2)/108 = {10x2
(x2-9)}/108
kita peroleh titik
kritis -3, 0, 3
f(-3) = 3
f(0) = 0
f(3) = 12
kemudian kita
deferensialkan kembali f”(x) = (40x3 -180x)/108 = {x(40x2-180)}/108
kita peroleh x = -2.1 x
= 2.1 x = 0
f(-2.1) = 1.8
f(2.1) = -1.8
f(0) = 0
8.Teorema Nilai
Rata-Rata
Teorema nilai rata-rata adalah bidang kalkulus – tidak begitu penting,
tetapi sering kali membantu melahirkan teorema-teorema lain yang cukup berarti.
Dalam bahasa geometri, teorema nilai rata-rata mudah dinyatakan dan dipahami.
Teorema mengatakan bahwa jika grafik sebuah fungsi kontinu mempunyai garis
singgung tak vertikal pada setiap titik antara A dan B, maka terdapat paling
sedikit satu titik C pada grafik antara A dan B sehingga garis singgung di
titik C sejajat talibusur AB. Dalam Gambar 1, hanya terdapat satu titik C yang
demikian, dan dalam Gambar 2 terdapat beberapa.
GAMBAR 1 dan 2
Teorema A
(Teorema Nilai rata-rata untuk Turunan). Jika f kontinu pada selang tertutup [a,b] dan terdeferensial pada
titik-titik dalam dari (a,b), maka terdapat paling sedikit satu bilangan c
dalam (a,b) dimana
f(b) – f(a) / b – a = f’(c)
atau secara setara,
dimana
f(b) – f(a) = f’(c) (b-a)
Teorema B
Jika F’(x) = G’(x) untuk semua –x dalam (a,b), maka terdapat konstanta C
sedemikian sehingga F(x) = G(x) + C
Untuk semua x dalam
(a,b)
soal:
Cari bilangan c yang dijamin oleh teorema Nilai rata-rata untuk f(x) = x2
– 3 pada [1,3]
penyelesaian :
f’(x) = 2x
dan {f(3) – f(1)}/ 3 –
1 = {6 – (-2)}/2 = 8/2 = 4
jadi kita harus
menyelesaikan 2C = 4 maka C = 2
jawaban tunggal adalah
C = 2
2.2 BEBERAPA CONTOH
APLIKASI TURUNAN DALAM BERBAGAI BIDANG
1. Pada bidang Tekhnik
Pada bidang Tekhnik penggunaan turunan dapat membantu programer dalam
pembuatan aplikasi dari mesin – mesin yang handal.
Contohnya : Para Enginer dalam membuat / mendisain mesin – mesin
pesawat terbang.
2. Pada bidang
Matematika
Turunan digunakan untuk pencarian dalam limit, yang bentuk soal
limitnya harus di faktorkan atau di kalikan terlebih dahulu dengan akar
sekawan. Selain itu , Aplikasi turunan juga digunakan untuk menentukan
persamaan garis singgung.
Contoh penggunaan Turunan untuk menentukan Garis singgung :
Tentukan persamaan garis singgung dari y = x3 - 2x2 -
5 pada titik (3,2).
Jawab :
Y=f(x)= x3-2x2-5
Y=f(x)=3x2-4x f ’(3) = 3(3)2 - 4(3) = 15 ;
m = 15.
Rumus pers. Garis singgung :
y-yo = m (x-xo)
, maka garis singgung fungsi diatas adalah :
Y – 2 = 15 (x – 3) atau y = 15x – 43
3.
APLIKASI TURUNAN DALAM BIDANG EKONOMI
Penerapan penggunaan turunan parsial matematika pada
kehidupan sehari-hari sangat banyak. Hampir semua bidang ada. Namun pada saat
ini saya akan menjelaskan penggunaan turunan parsial dalam bidang ekonomi.
Pada bidang ekonomi fungsi turunan dipakai untuk mencari biaya marjinal, yaitu
dengan cara menurunkannya dari persamaan biaya total. Bisa ditulis biaya
marjinal = biaya total’. Para matematikawan mengenal biaya marjinal sebagai
dc/dx, turunan C terhadap x. dengan demikian dapat didefinisikan harga marjinal
sebagai dp/dx, pendapatan marjinal sebagai dR/dX, dan keuntungan marjinal
sebagai dp/dx.
Berikut
contoh soalnya
sebuah perusahaan mempunyai biaya 3200 + 3,25x – 0,0003x2 dengan
jumlah persatuan x=1000. tentukan biaya rata-rata dan biaya marjinal?
Penyelasaian
biaya
rata-rata = C(x)/x
=
3200+3,25x-0,0003x2 / X
= 3200+3,25
(1000)-0,0003(1000)2 / 1000
= 6150 /
1000 = 6,15
Maka biaya
rata-rata persatuan yaitu 6,15 x 1000 = Rp.6150
biaya
marjinal = dc/dx
=
3,25-0,0006x
=
3,25-0.0006 (1000)
= 2,65
maka biaya
marjinalnya, 2,65 x 1000 = Rp.2650 Pada x=1000
Dari hasil di atas, dapat dikatakan bahwa dibutuhkan Rp.6150 untuk memproduksi
1000 barang pertama dan membutuhkan Rp. 2,65 untuk membuat 1 barang
setelah barang yang ke 1000, hanya dibutuhkan Rp. 2650 untuk membuat 1000
barang yang sama.
Demikian
postingan saya tentang turunan parsial. Mohon maaf bila ada kesalahan Semoga
postingan ini bermanfaat. Jika anda butuh postingan yang lain, anda bisa
meninggalkan comment dan saya akan berusaha memposting postingan yang anda
butuhkan.
ELASTISITAS
Dalam ilmu ekonomi, elastisitas adalah perbandingan perubahan proporsional dari
sebuah variabel dengan perubahan variable lainnya. Dengan kata lain,
elastisitas mengukur seberapa besar besar kepekaan atau reaksi konsumen
terhadap perubahan harga.
Penggunaan paling umum dari konsep elastisitas ini adalah untuk meramalkan apa
yang akan barang/jasa dinaikkan. Pengetahuan mengenai seberapa dampak perubahan
harga terhadap permintaan sangatlah penting. Bagi produsen, pengetahuan ini
digunakan sebagai pedoman seberapa besar ia harus mengubah harga produknya. Hal
ini sangat berkaitan dengan seberapa besar penerimaan penjualan yang akan ia
peroleh. Sebagai contoh, anggaplah biaya produksi sebuah barang meningkat
sehingga seorang produsen terpaksa menaikkan harga jual produknya. Menurut
hukum permintaan, tindakan menaikkan harga ini jelas akan menurunkan permintaan.
Jika permintaan hanya menurun dalam jumlah yang kecil, kenaikan harga akan
menutupi biaya produksi sehingga produsen masih mendapatkan keuntungan. Namun,
jika peningkatan harga ini ternyata menurunkan permintaan demikian besar, maka
bukan keuntungan yang ia peroleh. Hasil penjualannya mungkin saja tidak dapat
menutupi biaya produksinya, sehingga ia menderita kerugian. Jelas di sini bahwa
produsen harus mempertimbangkan tingkat elastisitas barang produksinya sebelum
membuat suatu keputusan. Ia harus memperkirakan seberapa besar kepekaan
konsumen atau seberapa besar konsumen akan bereaksi jika ia mengubah harga
sebesar sepuluh persen, dua puluh persen, dan seterusnya.
DEFINISI MATEMATIS
Koefesien elastisitas diukur dari persentase perubahan kuantitas barang
dibagi dengan persentase perubahan harga. Secara sederhana kalimat tersebut
dapat dirumuskan:
Atau secara umum, elastisitas “y terhadap x” adalah:
Elastisitas biasa disimbolkan sebagai ‘E’, ‘e’ atau epsilon kecil, ‘ε’.
Selain elastisitas linier tersebut ada juga elastisitas non linier
sumber
4.
Aplikasi Turunan
Parsial Dalam Bidang Fisika
Matematika merupakan ilmu dasar dari segala ilmu yang
lain,sekarng ini matematika digunakan sebagai alat penting di
berbagai bidang ilmu pengetahuan,salah satunya dalam bidang pengetahuan fisika
dengan menghubungkan fungsi suatu turunan parsial dalam bidang tersebut.
Sebelum diperjelas apa saja hubungan diatas kita harus tahu dulu definisi
dari turunan parsial itu sendiri. Turunan parsial itu adalah suatu proses
melakukan differensial dari suatu fungsi yang hanya melibatkan satu macam
variabel dari keseluruhan variabel yang berkontribusi terhadap perubahan fungsi
tersebut.
Berikut ini adalah contoh turunan parsial yang menggunakan 3 variabel. Dalam
bidang fisika saya mengambil contoh rumus jarak yang ditempuh oleh benda
yaitu: y = ½gx2+v0x+y0 dimana
y0 menyatakan jarak awal dari titik 0. Apabila rumus ini
diturunkan menjadi turunan yang pertama y’ = dy/dx maka akan menjadi y=
gx+v0, dimana v0menyatakan kecepatan awal. Rumus ini
masih bisa diturunkan menjadi turunan yang kedua yaitu d2y/dx2, menjadiy=g(konstan),
sehingga menjadi rumus percepatan, dimana jika suatu benda dijatuhkan dari
ketinggian tertentu di atas permukaan bumi.
Sehingga kita dapat
mengetahui bahwa dengan turunan parsial, kita dapat membuktikan rumus-rumus
dari turunan sebelumnya. Seperti rumus diatas dari rumus jarak,hingga dapat
rumus percepatan. Rumus-rumus itu didapat hanya dari satu rumus saja.
Dengan demikian turunan
parsial dibilang sebagai hubungan yang mengaitkan suatu fungsi dengan
turunan-turunannya melalui variabel-variabel yang dimaksud.
5. Besaran
Turunan dan Satuannya Dalam Ilmu Fisika - Fisika
Besaran Turunan adalah besaran yang terbentuk dari satu atau lebih besaran
pokok yang ada. Besaran adalah segala sesuatu yang memiliki nilai dan dapat
dinyatakan dengan angka.
Misalnya adalah luas yang merupakan hasil turunan satuan panjang dengan satuan
meter persegi atau m pangkat 2 (m^2). Luas didapat dari mengalikan panjang
dengan panjang.
Berikut ini adalah berbagai contoh besaran turunan sesuai dengan sistem
internasional / SI yang diturunkan dari sistem MKS (meter - kilogram -
sekon/second) :
-Besaran turunan energi satuannya joule dengan lambang
J
-Besaran turunan gaya satuannya newton dengan lambang N
-Besaran turunan daya satuannya watt dengan lambang W
-Besaran turunan tekanan satuannya pascal dengan lambang Pa
-Besaran turunan frekuensi satuannya Hertz dengan lambang Hz
-Besaran turunan muatan listrik satuannya coulomb dengan lambang C
-Besaran turunan beda potensial satuannya volt dengan lambang V
-Besaran turunan hambatan listrik satuannya ohm dengan lambang ohm
-Besaran turunan kapasitas kapasitor satuannya farad dengan lambang F
-Besaran turunan fluks magnet satuannya tesla dengan lambang T
-Besaran turunan induktansi satuannya henry dengan lambang H
-Besaran turunan fluks cahaya satuannya lumen dengan lambang ln
-Besaran turunan kuat penerangan satuannya lux dengan lambang lx
-Besaran turunan gaya satuannya newton dengan lambang N
-Besaran turunan daya satuannya watt dengan lambang W
-Besaran turunan tekanan satuannya pascal dengan lambang Pa
-Besaran turunan frekuensi satuannya Hertz dengan lambang Hz
-Besaran turunan muatan listrik satuannya coulomb dengan lambang C
-Besaran turunan beda potensial satuannya volt dengan lambang V
-Besaran turunan hambatan listrik satuannya ohm dengan lambang ohm
-Besaran turunan kapasitas kapasitor satuannya farad dengan lambang F
-Besaran turunan fluks magnet satuannya tesla dengan lambang T
-Besaran turunan induktansi satuannya henry dengan lambang H
-Besaran turunan fluks cahaya satuannya lumen dengan lambang ln
-Besaran turunan kuat penerangan satuannya lux dengan lambang lx
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari uraian pembahasan di atas
dapat disimpulkan aplikasi turunan:
1. Maksimum dan Minimum
2. Kemonotonan dan Kecekungan
3. Maksimum dan Minimum Lokal
4. Lebih Banyak Masalah Maks-Min
5. Penerapan Ekonomik
6. Limit di Ketakhinggaan, Limit Tak Terhingga
7. Teorema Nilai Rata-Rata
8. Penggambaran Grafik Canggih
Sedangkan apilkasi nya dalam berbagai bidang
1. Dalam bidang tehnik
2. Dalam bidang matematika
3. Dalam bidang ekonomi
4. Dalam bidang fisika
DAFTAR PUSTAKA
Purcell, Edwin J. 2003. Kalkulus jilid 1. Jakarta: Erlangga
Sari, Intan. 2009. Penggunaan turunan.
Setiawan. 2004. PDF Pengantar kalkulus. http://Depdiknas.yogyakarta.com/
(diakses
taggal 22 April 2012)
Sutrisno,agung. 2009. Matematika dasar.WWW.BELAJAR-MATEMATIKA.COM (diakses
tanggal 22 April 2012)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar