Minggu, 03 April 2016

KAJIAN LEKSIKON BAHASA LINGKUNGAN PADA NAMA DIRI MASYARAKAT SUMBAWA



KAJIAN LEKSIKON BAHASA LINGKUNGAN
PADA NAMA DIRI MASYARAKAT SUMBAWA

Nurlelah dan Iin Fitriyani
Karyasiswa Program Magister Pendidikan Bahasa Indonesia
Universitas Mataram


Abstrak

Masalah yang dikaji dalam makalah ini dilatarbelakangi oleh adanya leksikon kebahasaan di lingkungan Sumbawa yang saat ini sudah mulai tergusur, pudar dan bahkan hampir punah. Memang kemampuan untuk beradaptasi dengan perubahan diperlukan, namun sisi lain, seperti potensi lingkungan, sumber daya bahasa lokal yang mencirikan identitas masyarakat Sumbawa juga penting dipertahankan bahkan harus dilestarikan keberadaannya. Kenyataan hidup bahasa lokal yang demikian ini, merupakan nilai-nilai budaya yang sekaligus juga menggambarkan hubungan manusia dengan lingkungannya. Berdasarkan permasalahan di atas, rumusan masalah dalam makalah ini adalah bagaimanakah leksikon bahasa lingkungan nama diri pada masyarakat Sumbawa? Metode yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Sumber dan bahan penelitian dilakukan dengan cara studi literatur, wawancara dengan tokoh adat dan masyarakat Sumbawa. Temuan yang diperoleh dalam makalah ini adalah adanya perangkat leksikon yang menunjukkan adanya hubungan simbolik nama diri antara masyarakat dengan lingkungannya.

Kata Kunci: Leksikon, Bahasa Lingkungan, Nama Diri, Masyarakat Sumbawa


I.         PENDAHULUAN
Sebagaimana diketahui bahasa menjadi pembentuk utama dalam lahirnya kebudayaan, bahasa mempunyai peranan penting misalnya, bahasa daerah. Bahasa daerah menjadi identitas suatu daerah tertentu, sebut saja bahasa Sumbawa. Bahasa Sumbawa menjadi identitas daerah Sumbawa.  Masyarakat Sumbawa mempunyai kebiasaan yang tidak lazim. Kebiasaan yang tidak lazim ini salah satunya berupa pemberian nama diri. Pemberian nama diri pada masyarakat Sumbawa khususnya di desa Pungkit, Kecamatan Lopok, Kabupaten Sumbawa Besar banyak diambil dari nama-nama tumbuhan dan hewan oleh orang-orang terdahulu. Nama-nama tersebut seperti lene, ‘semangka’, lasung, ‘buah nangka yang masih kecil’, dan bote,’monyet’.
Penutur bahasa Sumbawa beranggapan bahwa alam telah menyiapkan segalanya, tidak perlu susah-susah mencari nama bagus, cukup nama yang telah dikenal agar mudah diingat yang ada di lingkungan tempat tinggal serta nama tersebut dianggap sesuai untuk anak-anaknya. Namun, seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi di era sekarang ini, kebiasaan-kebiasaan tersebut telah mulai ditinggalkan. Masyarakat Sumbawa sekarang ini, telah dipengaruhi oleh media informasi seperti televisi, surat kabar, internet, dan lain sebagainya.
Media informasi memberi pengaruh yang begitu pesat di era sekarang ini. Hal ini membuat pemakai nama diri tidak bertahan menggunakan nama-nama yang ada di lingkungannya. Pemakai beranggapan bahwa nama-nama yang diambil dari nama tumbuh-tumbuhan atau bahkan hewan sudah sangat kuno dan seolah-olah hal tersebut tidak berlaku lagi saat ini. Di samping itu, pemakai merasa malu menggunakan nama-nama tersebut karena nama-nama tersebut dianggap lucu, sehingga akan menjadi bahan ejekan teman-teman yang lain. Meskipun demikian, ada juga sebagian pemakai yang merasa bangga menggunakan nama-nama tersebut. Dengan demikian, untuk menguak keberadaan penamaan nama diri pada masyarakat Sumbawa, peneliti menggunakan pendekatan ekolinguistik. Sebagaimana diketahui, kajian ekolinguistik merupakan kajian tentang bahasa lingkungan atau lingkungan bahasa yang mengalami pergeseran keberadaan suatu bahasa yang digunakan oleh masyarakat dalam suatu bahasa tertentu dan di daerah tertentu.

II.      KONSEP DAN TEORI BERGAYUT
Dalam penelitian ini terdapat beberapa istilah yang dimaksudkan sebagai dasar rujukan empiris tentang konsep yang dikaji, sehingga apabila ditemukan di lapangan dapat dijadikan gambaran yang tepat tentang konsep tersebut sehingga konsep dapat diamati dan diukur. Ada beberapa konsep yang berkaitan dengan penelitian ini di antaranya: ekolinguistik, leksikon,dan nama diri.
Berkaitan dengan pembahasan makalah ini, ekolinguistik diartikan sebagai interaksi antara bahasa dan lingkungannya lewat penutur bahasa tersebut Gumperz (1962) dalam Mirsa (2015). Selaras dengan itu, Mbete (2007) menyatakan linguistik area atau linguistik kawasan dapat menjadi bagian dari ekolinguistik dengan ruang kaji yang khusus berkaitan dengan keanekaragaman bahasa, dialek, dan saling mempengaruhi antardialek dan antarbahasa. Di dalam saling memengaruhi, komponen atau subsistem yang lebih kuat memengaruhi dan menguasai yang lemah, mendominasi dan menyusupi secara alamiah.
Pada tahun 1970, Haugen (dalam Fill dan Muhlhausler, 2001: 57) of menyatakan ekologi “ecology of language may be defined as the study of interaction between any given  language and its environment”. Ekologi bahasa dalam petikan di atas dapat didefinisikan sebagai sebuah studi tentang interaksi atau hubungan timbal balik antara bahasa tertentu dan lingkungannya. Ada tiga hal yang dijelaskan oleh Haugen (1972) dalam Mirsa (2015) tentang ekolinguistik yakni (1) bahasa hanya ada dalam pikiran penuturnya, dan akan berfungsi pada saat penuturnya berhubungan secara alami antara penutur satu dengan lainnya; (2) bagian dari lingkungan bahasa selanjutnya adalah lingkungan psikologis, yaitu interaksi bahasa tersebut dengan bahasa lain dalam pikiran penutur yang dwi/multibahasawan; (3) lingkungan sosiologis, yakni interaksi bahasa dengan masyarakat dalam fungsinya sebagai alat komunikasi.
Ekologi bahasa dalam arti saling memengaruhi antarbahasa memang bekerja melalui kognisi, otak, hati (sikap positif, negatif, tingkat kesetiaan, dan politik) yang secara nyata terwujud dalam pola interaksi verbal (tuturan dan tulisan) dalam komunikasi antarpenutur. Ke arah itu pula kajian ekolinguistik, bahkan juga ekolinguistik kritis, diarahkan, difokuskan, dan dikembangkan. Dalam konteks ini, perubahan-perubahan lingkungan ragawi guyub tutur berdampak pada perubahan bahasa Liebert (2001) dalam Mbete (2007) atau perubahan bahasa juga merepresentasikan perubahan ekologi. (Haugen (1970) dalam Mbete (2007) memang membuka ruang kaji linguistik dalam payung ekologi bahasa.
Selain ekolinguistik, dalam linguistik dikenal istilah leksikon. Leksikon adalah koleksi leksem pada suatu bahasa. Istilah ini berasal dari bahasa Yunani “lexikos” yang kurang lebih bermakna perihal kata. Kajian terhadap leksikon mencakup apa yang dimaksud dengan kata, strukturisasi kosakata, penggunaan dan penyimpangan kata, pembelajaran kata, secara dan evolusi kata (etimologi), hubungan antarkata, serta proses pembentukan kata pada suatu bahasa. Menurut Chaer (2007: 5-6) istilah leksikon berasal dari kata Yunani Kuno lexikon ini sekerabat dengan kata leksem, leksikografi, leksikograf, leksikal, dan sebagainya. Lebih lanjut, Chaer menyebutkan leksikon adalah istilah, daftar kata, sebutan untuk sesuatu yang memiliki perilaku semantik, sintaksis, morfologi, dan fonologisnya. Kajian leksikon mencakup kajian tentang kata, kosakata, pemakaian kata, dan makna kata.
Leksikon yang dimaksud dalam penelitian ini adalah leksikon yang mengacu pada leksikon penamaan nama diri yang diambil dari lingkungan. Sebagaimana dalam filsafat, nama diri (bahasa Latin: nomen proprium/nomina propria, bahasa Perancis: nom proper, bahasa Inggris: proper name atau proper noun) adalah sebuah nama yang menunjukkan hakiki suatu hal yang diperbincangkan, namun tidak memberitahu lebih lanjut mengenai apa itu. Salah satu tantangan filosofi modern adalah bagaimana cara mendeskripsikan nama yang sebenarnya, dan menjelaskan artinya.
Ihwal kajian ini, nama diri adalah sebuah nama yang memberikan identitas kepada hal/objek tersebut. Nama diri adalah sebuah pemberian nama pada suatu objek yang mengandung arti. Nama diri yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu penamaan nama diri yang diambil di lingkungan (ekologi) masyarakat Sumbawa yang memiliki makna (bahasa) bagi masyarakat Sumbawa.  

III.   METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Dalam pengumpulan data, metode yang digunakan adalah metode observasi dan wawancara. Observasi yang dilakukan untuk mengetahui kondisi keberadaan leksikon lingkungan yang dipakai untuk nama diri pada masyarakat Sumbawa. Kemudian dilanjutkan dengan mewawancarai informan untuk mendapatkan data yang sesuai dengan keinginan peneliti yaitu data tentang leksikon lingkungan yang dipakai untuk nama diri. Metode penganalisisan dilakukan dengan mengkomparasi data (membandingkan data yang satu dengan data yang lain), verifikasi, dan penyajian data. Selanjutnya, data disajikan dengan pemaparan kata untuk memberikan gambaran yang jelas tentang objek yang diteliti dan permasalahan yang dibahas.

IV.   DATA DAN PEMBAHASAN
Data dalam penelitian ini, dapat dijadikan sebagai objek yang akan dibahas dan diawali dengan keberadaan sumber data di lapangan. Tentunya hanya akan mengidentifikasi leksikon lingkungan yang dipakai untuk penamaan nama diri masyarakat Sumbawa. Adapun esensi yang ingin dibahas terkait leksikon lingkungan yang dipakai untuk penamaan nama diri sebagaimana dideskripsikan dalam tabel berikut.
1.      Nama Diri yang Bermakna Kenangan
No.
Nama
Arti
Kategori
Makna
1.
Bage
Asam   
Tumbuhan
Kelahirannya pada musim panen asam.
2.
Baso
Jagung 
Tumbuhan
Kelahirannya pada musim jagung.
3.
Jeraming
Jerami
Tumbuhan
Lahir saat musim panen (di atas jerami).
4.
Lasar 
Lantai pada rumah panggung yang terbuat dari anyaman bambu
Gedung/bangunan
Lahir di atas lantai pada rumah panggung yang terbuat dari anyaman bambu.
5.
Losong
Alat musik tradisional yang terbuat dari batang padi
Tumbuhan
Anak yang lahir pada musim panen padi.
6.
Miri
Kemiri
Tumbuhan
Anak yang lahir di daerah pegunungan bertepatan dengan musim kemiri.
7.
Nyamung
Jambu
Tumbuhan
Dilahirkan pada musim jambu.
8.
Rebo
Hari rabu
Hari
Dilahirkan pada hari rabu.
9.
Pisak
Hitam
Warna
Dilahirkan secara pisik berkulit hitam.

Selain nama diri yang bermakna kenangan, dalam masyarakat Sumbawa ditemukan pula nama diri yang bermakna pengharapan figuratif seperti yang terlihat pada tabel berikut ini.
2.      Nama Diri Bermakna Pengharapan Figuratif
No.
Nama
Arti
Kategori
Makna
1.
Alang 
Rumah khusus sebagai tempat menampung hasil pertanian serta barang lainnya
Gedung/bangunan
Semoga menjadi tulang punggung keluarga.
2.
Ampat 
Kipas untuk menyalakan api
Peralatan rumah tangga
Semoga menjadi orang yang dapat menggerakkan orang lain di tengah-tengah masyarakat.
3.
Aning
Lebah
Hewan
Diharapkan apapun yang dilakukan si anak berguna atau bermanfaat bagi orang lain.
4.
Baka
Bakul
Peralatan rumah tangga
Semoga menjadi orang yang memiliki hati yang baik dan terbuka untuk orang lain.
5.
Baloq
buaya
Hewan `
Semoga menjadi pribadi yang tangguh dan mampu beradaptasi dalam setiap ruang kehidupan.
6.
Betok
Sejenis ikan mujair
Hewan
Semoga menjadi pribadi yang kuat dalam menjalani kehidupan.
7.
Bokar 
Maja  
Tumbuhan
Semoga menjadi pribadi yang lembut namun tetap memiliki pendirian yang kuat.
8.
Beko
Merah mudah
Warna
Semoga menjadi anak (wanita) lemah lembut dan berbudi pekerti.
9.
Bote
Monyet 
Hewan
Semoga menjadi anak yang gesit dan pintar membaca peluang.
10.
Bong
Tempat air
Peralatan rumah tangga
Semoga menjadi penyejuk bagi keluarga.
11.
Eta
Pohon sirih
Tumbuhan
semoga si anak menjadi orang yang berguna dan bermanfaat bagi keluarga dan masyarakat.
12.
Kedit
Burung kecil 
Hewan
Semoga menjadi orang yang cerdas, tangkas, dan lincah.
13.
Kete
Wajan yang terbuat tanah liat
Peralatan rumah tangga
Semoga menjadi anak yang bermanfaat untuk orang lain.
14.
Lanang 
Kacang panjang
Tumbuhan
Semoga menjadi anak yang selalu mengalirkan manfaat untuk sesama.
15.
Lasung
Buah nangka yang masih kecil
Tumbuhan
Semoga tidak menjadi anak yang tidak mampu menyelesaikan pekerjaannya.
16.
Mayung
Rusa
Hewan
Semoga menjadi anak yang cerdas.
17.
Mira
Merah
Warna
Semoga menjadi seseorang yang pemberani.
18.
Pade
Padi
Tumbuhan
Semoga menjadi pribadi yang tidak sombong selaras dengan filosofi padi semakin berisi, semakin merunduk.
19.
Pio
Burung
Hewan
Semoga menjadi anak yang kreatif.
20.
Rantok
Lesung
Peralatan rumah tangga
Semoga menjadi anak yang tidak ketinggal informasi.
21.
Rebong
Tunas bambu
Tumbuhan
Semoga menjadi anak yang membawa harapan baru untuk masyarakat.
22.
Ruku
Tumbuhan seperti kemangi 
Tumbuhan
Semoga menjadi anak yang berkepribadian khas dan luhur.
23.
Sidu
Sendok
Peralatan rumah tangga
Semoga menjadi pribadi yang praktis.
24.
Sudik
Sutil
Peralatan rumah tangga
semoga menjadi orang yang bisa menjadi pemimpin untuk orang lain
25.
Terong 
Terung
Tumbuhan
Semoga tidak menjadi anak yang tidak seperti terong (baik diluar dalam kata-kata tapi berhati jelek)
26.
Timung
Timbung  
Makanan
Semoga menjadi pribadi yang membawa keberkatan untuk orang lain
27.
Turung
Gayung yang terbuat dari batok kelapa
Peralatan rumah tangga
 Semoga menjadi anak yang bisa mengayomi orang lain.

Selain nama diri yang bermakna kenangan dan pengharapan figuratif dalam masyarakat Sumbawa ditemukan pula nama diri yang bermakna pengharapan situasional seperti yang terlihat pada tabel berikut ini.
3.  Nama Diri yang Bermakna Pengharapan Situasional
No.
Nama
Arti
Kategori
Makna
1.
Bolang 
Buang 
Verba
Keadaan keluarga mungkin sedang dipengaruhi hal-hal buruk,diharapkan dengan kelahiran anak mampu menjadi orang yang membuang sifat-sifat buruk.
2.
Bosang
Keranjang yang terbuat dari anyaman bambu atau pandan
Perairan dan kelautan
Keadaan mungkin masih serba kekurangan dan Semoga dengan kelahiran si anak membawa rejeki.
3.
Kokar 
Kali
Perairan dan kelautan
Keadaan mungkin sedang terhimpit masalah, Semoga dalam hidupnya senang dan bahagia.
4.
Komak
Kara (buah)
Tumbuhan
Keadaan mungkin sedang berselisih dengan keluarga atau orang-orang di sekeliling dan semoga menjadi anak yang selalu menjalin silahturrahim dan bermanfaat untuk orang lain.

Dengan demikian, berdasarkan data di atas, makna nama diri dapat dikategorikan dalam beberapa bagian yaitu sebagai berikut.
a.       Kategori Hewan
Bagian nama-nama yang termasuk kategori hewan mengandung makna pengharapan figuratif karena kemungkinan bahwa keadaan keluarga tidak seperti yang dimaksudkan oleh namanya, tetapi orang tuanya menginginkan anaknya seperti makna nama yang diberikan, di masa mendatang. Misalnya, nama aning ‘lebah’ diberikan kepada anaknya supaya Si anak menjadi orang yang berguna dan bermanfaat untuk orang lain dalam setiap tindakannya. Selain itu, nama balo ‘buaya’ diberikan kepada anak laki-laki supaya menjadi pribadi yang tangguh dan mampu beradaptasi dalam setiap ruang kehidupan. Ada juga nama betok ‘sejenis ikan mujair’ diberikan kepada Si anak supaya menjadi pribadi yang kuat dalam menjalani kehidupan. Nama bote ‘monyet’ diberikan kepada anak supaya menjadi pribadi yang gesit dan pintar membaca peluang. Adapun nama lain, kedit ‘burung kecil’ diberikan kepada anak supaya menjadi orang yang cerdas, tangkas, dan lincah. Nama lain, mayung ‘kijang’ diberikan kepada anak supaya menjadi orang yang cerdas. Nama pio ‘burung’ diberikan kepada anak supaya menjadi anak yang kreatif.
b.      Kategori Tumbuhan
Nama-nama yang termasuk dalam kategori tumbuh-tumbuhan sebagian bermakna pengharapan situasional, pengharapan figuratif, dan kenangan. Nama-nama yang mengandung pengharapan situasional diberikan kepada anak kemungkinan bahwa orang tua Si anak dalam keadaan tidak seperti makna nama yang diberikan pada saat Si anak dilahirkan. Sehingga diberi nama tersebut, agar Si anak menjadi orang yang diharapkan seperti makna nama yang diberikan. Misalnya, nama komak ‘kara (buah)’ diberikan kepada anak kemungkinan keadaan orang tua saat itu sedang berselisih dengan keluarga lain. Sehingga diberi nama komak supaya menjadi anak seperti makna buah komak yaitu anak tersebut diharapkan menjadi anak yang selalu menjalin silaturahim dan bermanfaat bagi orang lain.
Nama-nama yang mengandung pengharapan figuratif  berisi keinginan orang tua, agar anaknya menjadi seperti makna namanya. Misalnya,  nama bokar ‘maja’ diberikan kepada anak supaya menjadi orang atau pribadi  yang lembut namun tetap mempunyai pendirian yang kuat. Seperti buah maja yang dalamnya lunak/lembut dan kulit terluarnya keras/kuat. Selain itu, nama lasung ‘buah nangka yang masih kecil’ orang tua terinspirasi memberikan nama untuk anaknya supaya anaknya tidak menjadi orang yang tidak mampu menyelesaikan pekerjaannya, seperti buah nangka yang masih kecil ada yang tidak bisa tumbuh menjadi buah nangka yang besar. Adapun nama lain, pade ‘padi’ diberikan kepada anak supaya menjadi anak yang pintar dan tidak sombong, seperti filosofi padi semakin berisi semakin menunduk. Nama rebong ‘tunas bambu’ diberikan kepada anak supaya menjadi pembawa harapan baru untuk keluarga dan masyarakat. Nama ruku ‘tumbuhan sejenis kemangi’ diberikan kepada anak supaya menjadi orang yang berkepribadian khas dan luhur.
Nama-nama yang mengandung makna kenangan, berisi kejadian atau peristiwa yang terjadi ketika anak dilahirkan sehingga orang tua memberikan nama sesuai kejadian tersebut, agar selalu terkenang dan tergambar lewat nama Si anak. Misalnya, nama baso ‘jagung’ diberikan kepada anak supaya mengingatkan masa kelahiran Si anak pada musim panen jagung. Begitu pula dengan nama jeraming ‘jerami’ diberikan kepada anak untuk mengingat bahwa saat kelahiran Si anak terlahir di atas jerami pada musim panen padi. Nama lain, miri ‘Kemiri’ diberikan kepada anak supaya menjadi penanda bahwa anak tersebut berasal dari daerah pegunungan dan dilahirkan pada musim kemiri. 
c.       Kategori Perairan dan Kelautan
Nama-nama mengandung makna pengharapan situasional sama dengan kategori sebelumnya, kemungkinan orang tua memberi nama tersebut karena keadaan keluarga tidak seperti nama yang diberikan. Sehingga diberikan nama tersebut dengan harapan si anak menjadi seperti filosofi nama yang diberikan, sesuai harapan orang tua. Misalnya, nama bosang ‘keranjang yang terbuat dari anyaman bambu atau pandan’ diberikan kepada Si anak agar menjadi apa yang diharapkan orang tua, kemungkinan keadaan orang tua saat anak dilahirkan masih serba kekurangan dan semoga dengan kelahiran Si anak membawa rejeki. Adapun nama lain, kokar ‘kali’ diberikan kepada Si anak kemungkinan keadaan orang tua sedang terhimpit masalah, sehingga diharapkan dengan kelahiran Si anak membawa berkah, dalam hidupnya senang dan bahagia. Selain itu, ada juga nama yang mengandung makna pengharapan figuratif. Misalnya, nama ramang ‘jala’ diberikan kepada Si anak supaya menjadi anak yang pekerja keras.
d.      Kategori Gedung atau Bangunan
Nama-nama dalam kategori gedung atau bangunan mengandung makna nama pengharapan figuratif dan kenangan yang cenderung terselip harapan orang tua untuk anaknya dan sebagai pengingat atau pengenang kenangan, atau peristiwa-peristiwa yang ada saat anak dilahirkan. Misalnya, nama alang ‘rumah khusus sebagai tempat menampung hasil pertanian serta barang lainnya, diberikan pada Si anak agar menjadi seperti filosofi nama tersebut. Orang tua berkeinginan semoga anak menjadi tulang punggung keluarga. Selain itu, nama lasar ‘lantai pada rumah panggung yang terbuat dari anyaman bambu’ diberikan pada Si anak karena mengandung makna kenangan, bahwa kelahiran Si anak di atas lantai pada rumah panggung yang terbuat dari anyaman bambu.
e.       Kategori Peralatan Rumah Tangga
Nama-nama yang berkategori peralatan rumah tangga mengandung makna pengharapan figuratif misalnya, nama ampat ‘kipas untuk menyalakan api’ diberikan kepada anak supaya menjadi anak yang dapat menggerakkan orang lain di tengah-tengah masyarakat. Begitu pula dengan nama baka ‘bakul’ diberikan pada anak supaya menjadi orang yang memiliki hati yang baik dan terbuka untuk orang lain. Selain itu, nama bong ‘tempat penampungan air yang terbuat dari tanah liat’ diberikan kepada Si anak supaya menjadi penyejuk bagi keluarga. Adapun nama lain, kete ‘wajan yang terbuat dari tanah liat’ diberikan kepada Si anak semoga menjadi anak yang bermanfaat untuk orang lain. Nama lain, rantok ‘lesung’ diberikan kepada Si anak supaya menjadi anak yang tidak ketinggalan jaman (informasi). Nama sidu ‘sendok’ diberikan kepada Si anak supaya menjadi pribadi yang praktis. Nama sudik ‘sutil’ diberikan kepada anak supaya menjadi orang yang bisa menjadi pemimpin bagi orang lain. Nama turung ‘gayung yang terbuat dari batok kelapa’ diberikan kepada anak supaya menjadi anak yang bisa mengayomi keluarga.
f.       Kategori Warna
Beberapa nama berkategori warna mengandung makna pengharapan figuratif dan kenangan misalnya nama beko ‘merah mudah’ diberikan kepada anak supaya menjadi orang yang lemah lembut dan berbudi pekerti, nama ini dikhususkan untuk anak perempuan. Selain itu, nama mira ‘merah’ diberikan kepada Si anak supaya menjadi seseorang yang pemberani. Nama pisak ‘hitam’ diberikan kepada Si anak serta ingin menggambarkan bahwa pada saat  anak tersebut lahir kulitnya berwarna hitam.
g.      Kategori Hari
Nama yang berkategori hari mengandung makna kenangan. Misalnya, nama rebo ‘rabu’ diberikan kepada Si anak untuk mengingat bahwa anak tersebut dilahirkan pada hari rabu.
h.      Kategori Makanan
Nama-nama yang termasuk dalam kategori makanan mengandung makna pengharapan figuratif, menjadi keinginan orang tua yang terselip dalam makna nama yang diberikan. Misalnya, nama poteng ‘tape’ diberikan pada anak semoga menjadi pribadi yang sederhana dan berilmu. Selain itu, nama timung ‘timbung’ diberikan kepada Si anak semoga menjadi pribadi yang membawa keberkatan untuk orang lain.
i.        Kategori Verba
Nama yang termasuk dalam kategori verba mengandung makna pengharapan situasional kemungkinan orang tua memberi nama tersebut untuk mengubah keadaan keluarga. Misalnya, nama bolang ‘buang’ diberikan kepada Si anak supaya menjadi pribadi yang mampu membuang sifat-sifat buruk atau hal-hal buruk.

V.      SIMPULAN
Berdasarkan pembahasan di atas, maka simpulan dalam makalah ini adalah sebagai berikut.
1.      Leksikon lingkungan yang dipakai untuk penamaan nama diri masyarakat Sumbawa yaitu nama diri yang bermakna kenangan dan nama diri yang bermakna pengharapan (pengharapan figuratif  dan pengharapan situasional).
2.      Makna nama diri dalam masyarakat Sumbawa yaitu dapat dikategorikan dalam kategori hewan, kategori tumbuhan, kategori perairan dan kelautan, kategori gedung atau bangunan, kategori peralatan rumah tangga, kategori warna, kategori hari, kategori makanan dan kategori verba.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.
Chaer, Abdul. 2007. Leksikologi & Leksikografi Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta.
Fill, Alwin dan Muhlhausler, Peter. 2001. The Ecolinguistics Reader: Language, Ecology and Environment. London and New York: Continuum.
Mahsun. 2007. Metode Penelitian Bahasa: Tahapan Strategi, Metode, dan Tekniknya. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Mbete, Aron Meko. 2005. “Selayang Pendang tentang Metode Penelitian Kualitatif”. Bahan untuk Berbagi Pengalaman dengan Para Dosen Universitas Flores dalam Lokakarya Metodologi, Kampus Uniflor, Ende. 7-8 Februari 2005.
Mbete, Aron Meko. 2007. “Ekolinguistik: Perspektif Kelinguistikan yang Prospektif”. Bahan untuk Berbagi pengalaman Kelinguistikan dalam Kuliah Umum Mahasiswa Jurusan Bahasa dan Seni, Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Semarang. 11 September 2007.
Mbete, Aron Meko. 2013. Penuntun Singkat Penulisan Proposal Penelitian Ekolinguistik. Denpasar: Vidia.
Moleong, Lexy. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Muhammad. 2014. Metode Penelitian Bahasa. Jogjakarta: Ar-ruzz Media.
Rohimah. 2014. “Penyusutan Leksikon Bidang Pertanian pada Masyarakat Tutur Bahasa Sasak di Kecamatan Aikmel Lombok dan Implikasinya dalam Pembelajaran di Sekolah Dasar (Suatu Tinjauan Ekolinguistik)”. Tesis Program Magister Pendidikan Bahasa Indonesia Universitas Mataram.
Sibarani, Robert. 2004. Antropolinguistik. Medan: Poda.
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Methods). Bandung: Alfabeta.
Sugiyono. 2015. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Umiyati, Mirsa. 2015. “Kontribusi Pendekatan Ekolinguistik Terhadap Pembelajaran Bahasa Indonesia”. (Paper pada Bahan Matrikulasi Mahasiswa Pascasarjana Pendidikan Bahasa Indonesia Universitas Mataram) Program Magister Linguistik Program Pascasarjana Universitas Warmadewa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar