Sabtu, 23 April 2016

EKONOMI SUMBER DAYA ALAM POLA PEMANFAATAN LIMBAH PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWIT DALAM UPAYA MENGHINDARI PENCEMARAN LINGKUNGAN



BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Dalam beberapa tahun terakhir bisnis dan investasi pengembangan perkebunan kelapa sawit di Indonesia telah terjadi Booming. Permintaan atas minyak nabati dan penyediaan untuk biofuel telah mendorong peningkatan permintaan minyak nabati yang bersumber dari Crude palm Oil (CPO). Hal ini disebabkan tanaman kelapa sawit memiliki sekitar 7 ton/hektar. Indonesia memiliki potensi pengembangan perkebunan kelapa sawit yang sangat besar karena memiliki cadangan lahan yang cukup luas, ketersediaan tenaga kerja dan kesesuaian agroklimat.
Luas perkebunan kelapa sawit Indonesia 2007 sekitar 6,8 juta hektar (Ditjen Perkebunan, 2008 dalam Hariyadi, 2009) yang terdiri dari sekitar 60 % diusahakan oleh perkebunan besar dan sisanya sekitar 40 % diusahakan oleh perkebunan rakyat (Soetrisno, 2008). Luas perkebunan kelapa sawit diprediksi akan meningkat menjadi 10 juta hektar pada 5 tahun mendatang. Mengingat pengembangan kelapa sawit tidak hanya dikembangkan diwilayah Indonesia bagian barat saja, tetapi telah menjangkau wilayah Indonesia bagian timur.
Perkembangan luas kebun kelapa sawit di Indonesia dewasa, ini cukup pesat, seiring dengan tingginya, permintaan dunia, akan minyak (CPO). Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (2006) menunjukan bahwa, Indonesia menghasilkan minyak sawit (CPO) 18,8 juta ton. Dari angka tersebut perkiraan limbah pabrik sawit yang dihasilkan dalam setahun berupa, tandan kosong 540 juta ton, serat perasan buah 11,2 juta ton, Lumpur sawit atau solid decanter 7,6 juta ton (2juta ton bahan kering), solid membran 40 juta ton (4 juta ton bahan kering), bungidi inti sawit 8,6 juta ton dan cangkang 7,6 juta ton. Jumlah ini akan terus meningkat dengan bertambahnya jumlah produksi minyak sawit.
Pengembangan perkebunan kelapa sawit memiliki dampak negative. Dampak positif yang ditimbulkan antara lain adalah meningkatkan pendapatan masyarakat, meningkatkan penerimaan devisa Negara, memperluas lapangan pekerjaan, meningkatkan produktivitas dan daya saing, serta memenuhi kebutuhan konsumsi dan bahan baku industri dalam negeri. Selain dampak positif ternyata juga memberikan nampak negative. Secara ekologis system monokultur pada perkebunan kelapa sawit telah merubah ekosistem hutan, hilangnya keanekaragaman hayati dan ekosistem hutan hujan tropis, serta plasma nutfah, sejumlah spesies tumbuhan dan hewan.
Peningkatan luas kebun kelapa sawit yang diiringi dengan peningkatan jumlah produksi, mengakibatkan bertambahnya jumlah atau kapasitas industri pengelolaan minyak sawit. Hal ini juga akan menimbulkan masalah, karena jumlah limbah yang dihasilkan akan bertambah pula, yang apabila tidak dikelola dan dimanfaatkan dengan baik akan pencemaran lingkungan.
Limbah industri kelapa sawit terdiri dari limbah cair, padat dan gas. Sementara limbah industri kelapa sawit mengakibatkan dampak ekologi berupa mencemari lingkungan karena akan menguarangi biota dan mikroorganisme perairan dan dapat menyebabkan keracunan, produksi melepaskan gas metan (CH4) dan CO2 yang menaikan emisi penyebab efek rumah kaca yang sangat berbahaya dan limbah gasnya meningkat nya kadar CO2 dan mengakibatkan polusi udara. Sedangkan produk industri kelapa sawit memberikan manfaat yang positif sebagai bahan bioenergi yang lebih ramah lingkungan karena diproduksi dari bahan organic dan dapat diperbaharui.
1.2. Permasalahan
        a. Proses perusakan lingkungan tetap terus berjalan dan kerugian yang ditimbulkan harus        ditanggung oleh banyak pihak, tetapi solusi yang tepat belum saja ditemukan.
b. Masih adanya kesenjangan yang tetap terpelihara antara masyarakat, industri, pemerintah dan penegak hukum, walaupun sudah ada Undang-undang Lingkungan Hidup sebagai perangkat hukum
1.3. Tujuan
                   Secara umum tujuan dari penulisan makalah ini untuk memahami tentang limbah industri kelapa sawit. Sedangkan secara khusus penulisan ini bertujuan :

a.       Mengidentifikasi sumber, jenis,dampak dari pada limbah industri kelapa sawit
b.      Mengidentifikasi pengendalian limbah industri kelapa sawit.

 

BAB II
PEMBAHASAN
A.    KAJIAN TEORI
1.      Konsep Pengelolaan Limbah Industri Kelapa Sawit
Limbah adalah kotoran atau buangan yang merupakan komponen penyebab pencemaran yang terdiri dari zat atau bahan yang tidak mempunyai kegunaan lagi bagi masyarakat (Agustina, dkk, 2009). Dalam pengelolaan industri kelapa sawit juga dihasilkan limbah baik yang dihasilkan oleh perkebunan kelapa sawit maupun yang dihasilkan oleh industri pengolahan kelapa sawit. Untuk menghindari masalah lingkungan yang diakibatkan oleh limbah industri kelapa sawit, maka diperlukan konsep pembangunan yang berkelanjutan. Hal ini didukung oleh sikap untuk menciptakan produk yang harus berorientasi lingkungan dan harus dibuat dengan proses yang ramah lingkungan (green consumerism) dan menempatkan lingkungan sebagai non tariff barrier. Oleh karena itu pendekatan yang banyak diterapkan adalah konsep produk bersih (cleaner production). Konsep ini dilakukan dengan strategi pengelolaan lingkungan yang bersifat preventif, terpadu, dan diterapkan secara terus menerus pada setiap kegiatan mulai dari hulu hingga hilir yang terkait dengan proses produksi, produk, dan jasa untuk meningkatkan efesiensi pemakaian sumberdaya alam, mencegah terjadinya pencemaran lingkungan dan dan mengurangi terbentuknya limbah pada sumbernya, sehingga dapat meminimalisasi resiko terhadap kesehatan dan keselamatan manusia serta kerusakan lingkungan. Kata kunci yang diperlukan dalam pengelolaan adalah menimalkan limbah, analisis daur hidup, teknologi ramah lingkungan.
2.      pengertian kualitas dan kualitatif
        Menurut Wikipedia, kualitas adalah tingkat baik buruknya atau taraf atau derajat sesuatu. istilah lebih sering digunakan pada bidang bisnis, teknis dan lain sebagainya. ukuran dari sebuah kualitas ialah di saat ukuran tersebut dinilai baik atau buruknya sesuatu.
            kuantitas merupakan banyaknya atau jumlah. berbeda halnya dengan kualitas yang dimiliki standar ukuran dengan baik atau buruk.

3.      Baku Mutu Lingkungan Hidup
Limbah dapat menimbulkan dampak negatif apabila jumlah atau konsentrasinya di lingkungan telah melebihi baku mutu. Salah satu upaya untuk menanggulangi pencemaran lingkungan adalah dengan membuat baku mutu lingkungan. Berdasarkan UU RI No. 23 tahun 1997 tentang pengelolaan lingkungan hidup, baku mutu lingkungan didefinisikan sebagai ukuran batas atau kadar mahluk hidup, zat, energi, atau komponen yang ada atau harus ada dan atau unsur pencemar yang ditenggang keberadaannya dalam suatu sumber daya tertentu sebagai unsur lingkungan hidup. Dengan kata lain, baku mutu lingkungan adalah ambang batas/batas kadar maksimum suatu zat atau komponen yang diperbolehkan berada di lingkungan agar tidak menimbulkan dampak negatif.
           Baku mutu lingkungan mencakup baku mutu air laut, baku mutu air pada sumber  air , baku mutu udara emisi, baku mutu limbah padat, dan baku mutu limbah cair. Baku mutu limbah cair adalah batas yang diperbolehkan bagi zat atau bahan pencemar untuk dibuang dari sumber pencemaran ke badan air sehingga tidak melewati baku mutu air.

B.     METODOLOGI
          Pengolahan kelapa sawit merupakan salah satu faktor yang menentukan keberhasilan usaha perkebunan kelapa sawit. Hasil utama yang dapat diperoleh adalah minyak sawit, inti sawit, sabut, cangkang dan tandan kosong. Pabrik kelapa sawit (PKS) dalam konteks industri kelapa sawit di Indonesia dipahami sebagai unit ekstraksi crude palm oil (CPO) dan inti sawit dari tandan buah segar (TBS) kelapa sawit. PKS terdiri dari unit-unit proses yang memanfaatkan kombinasi perlakuan mekanis, fisik, dan kimia. Parameter produksi seperti efisiensi ekstraksi, rendemen, dan kualitas produk sangat berperan dalam menjamin daya saing industri perkebunan kelapa sawit dibandingkan minyak nabati lainnya.
Pada prinsipnya proses pengolahan kelapa sawit adalah proses ekstraksi CPO secara mekanis dari tandan buah segar kelapa sawit yang diikuti dengan proses pemurnian. Secara keseluruhan, proses tersebut terdiri dari beberapa tahap yang berkesinambungan dan saling terkait. Adapun tahapan proses yang terjadi selama pengolahan kelapa sawit menjadi CPO adalah sebagai berikut:
1.      Perebusan (Sterilisasi)
Perebusan atau sterilisasi buah dilakukan dalam sterilizer yang berupa bejana uap bertekanan. Tujuan dari perebusan antara lain :
      a.       Mematikan enzim untuk mencegah kenaikan asam lemak bebas minyak yang dihasilkan.
      b.     Memudahkan pelepasan brondolan buah dari tandan.
      c.      Melunakkan buah untuk memudahkan proses pengepresan dan pemecahan biji.
      d.     Prakondisi untuk biji agar tidak mudah pecah selama proses pengepresan dan pemecahan biji.
      Untuk mencapai tujuan di atas diperlukan tekanan uap sebesar 2,8-3 kg/cm2 dengan lama perebusan sekitar 90 menit.

                    2.       Penebahan/Perontokan Buah
Penebahan adalah pemisahan brondolan buah dari tandan kosong kelapa sawit. Buah yang telah direbus di sterilizer diangkat dengan hoisting crane dan dituangkan ke dalam thresher melalui hooper yang berfungsi untuk menampung buah rebus. Pemipilan dilakukan dengan membanting buah dalam drum putar dengan kecepatan putaran 23-25 rpm. Buah yang terpipil akan jatuh melalui kisi-kisi dan ditampung oleh fruit elevator lalu dibawa dengan distributing conveyor untuk didistribusikan ke tiap unit-unit digester.

                    3.       Pengadukan/Pelumatan (Digester)
Di dalam digester buah diaduk dan dilumat untuk memudahkan daging buah terpisah dari biji. Digester terdiri dari tabung silinder yang berdiri tegak yang di dalamnya dipasang pisau-pisau pengaduk sebanyak enam tingkat yang diikatkan pada poros dan digerakkan oleh motor listrik. Untuk memudahkan proses pelumatan diperlukan panas 90-95oC yang diberikan dengan cara menginjeksikan uap 3 kg/cm2 secara langsung atau melalui mantel. Proses pengadukan/pelumatan berlangsung selama 30 menit. Setelah proses pengadukan selesai, kemudian dimasukkan ke dalam alat pengepresan (screw press).

          4.        Pengepresan/Pengempaan
Pengepresan berfungsi untuk memisahkan minyak kasar (crude oil) dari daging buah (pericarp). Massa yang keluar dari digester diperas dalam screw press pada tekanan 50-60 bar dengan menggunakan air pembilas screw press suhu 90-95oC sebanyak 7% TBS (nilai maksimum). Dari pengepresan tersebut akan diperoleh minyak kasar, ampas, dan biji. Biji yang bercampur serat dimasukkan ke alat cake breaker conveyor untuk dipisahkan, sedangkan minyak kasar dialirkan ke stasiun klarifikasi (pemurnian).

     5.         Pemurnian Minyak
      Minyak kasar hasil stasiun pengempaan dikirim ke stasiun ini untuk diproses lebih lanjut sehingga diperoleh minyak produksi. Proses pemisahan minyak, air, dan kotoran dilakukan dengan sistem pengendapan, sentrifugasi, dan penguapan.
      Minyak kasar yang telah diencerkan dialirkan ke vibrating screen dengan tujuan untuk memisahkan beberapa bahan asing seperti pasir, serabut, dan bahan-bahan lain yang masih mengandung minyak dan dapat dikembalikan ke digester. Saringan bergetar (vibrating screen) terdiri dari dua tingkat saringan dengan luas permukaan 2 m2 . Tingkat atas memakai saringan ukuran 20 mesh, sedangkan tingkat bawah memakai saringan 40 mesh. Minyak yang telah disaring dialirkan ke dalam crude oil tank dan dipertahankan pada suhu 90-95°C. Selanjutnya minyak kasar dipompa ke tangki pemisah (continuous clarifier tank) dengan pompa minyak kasar. Pemisahan minyak dengan sludge secara pengendapan dilakukan di dalam tangki pisah ini. Minyak yang mempunyai berat jenis kecil mengapung dan dialirkan ke dalam tangki masakan minyak (oil tank), sedangkan sludge yang mempunyai berat jenis lebih besar daripada minyak dimasukkan ke dalam ruang ketiga melalui lubang bawah. Untuk mempermudah pemisahan, suhu dipertahankan 95oC dengan sistem injeksi uap. Minyak yang telah dipisahkan ditampung dalam tangki ini untuk dipanaskan lagi sebelum diolah lebih lanjut pada sentripus minyak.
      Minyak dari oil tank kemudian dialirkan ke dalam oil purifer untuk dipisahkan dari kotoran/solid yang mengandung kadar air. Selanjutnya minyak dialirkan ke vacuum drier untuk dipisahkan dari air sampai batas standar. Kemudian melalui sarvo balance, minyak sawit dipompa ke tangki timbun (oil storage tank).


   6.         Penyimpanan
CPO yang dihasilkan disimpan dalam tangki timbun. Sebelum dialirkan ke tangki penyimpanan, minyak yang keluar dari vacuum drier perlu didinginkan sampai suhu 55oC supaya tidak terlalu lama pada suhu tinggi agar tidak terjadi penurunan kualitas minyak.

   7.         Proses Pengolahan lnti Sawit
Ampas kempa yang terdiri dari biji dan serabut dimasukkan ke dalam depericaper melalui cake brake conveyor yang dipanaskan dengan uap air. Hal ini bertujuan untuk mengurangi kandungan air sehingga press cake terurai dan memudahkan proses pemisahan. Pada depericaper terjadi proses pemisahan serat dan biji. Pemisahan terjadi akibat perbedaaan berat dan gaya isap blower. Biji tertampung pada nut silo yang dialiri dengan udara panas antara 60–80°C selama 18-24 jam agar kadar air turun dari sekitar 21% menjadi 4%.
Sebelum masuk ke dalam nut cracker, biji terlebih dahulu diproses di dalam nut grading drum untuk dipisahkan ukuran bijinya sesuai dengan fraksi yang telah ditentukan. Kemudian biji dialirkan ke nut cracker sebagai alat pemecah. Massa biji yang pecah dimasukkan ke dalam dry seperator (proses pemisahan debu dan cangkang halus) untuk dipisahkan cangkang halus dan biji utuh dengan cangkang/inti. Massa cangkang bercampur inti dialirkan ke dalam hydro cyclone untuk dipisahkan inti dengan cangkangnya. Inti dialirkan ke dalam kernel drier untuk dikeringkan sampai kadar air mencapai 7% dengan suhu 50°C, 60°C, dan 70°C dalam waktu 14-16 jam. Untuk memisahkan kotoran, inti dialirkan melalui winnowing kernel (kernel storage) sebelum dibawa ke pabrik pemrosesan berikutnya.

          
C.    Hasil Pembahasan
Adapun hasil pembahasan tersebut dari pola pemanfaatan limbah pabrik pengolahan kelapa sawit dlm upaya menghindari pencemaran lingkungan seperti yang sudah di bahas maka dapat di simpulkan bahwa
           Limbah adalah kotoran atau buangan yang merupakan komponen penyebab pencemaran yang terdiri dari zat atau bahan yang tidak mempunyai kegunaan lagi bagi masyarakat
 
Pemanfaatan Limbah Pada Kelapa Sawit
          Untuk mengurangi terjadinya masalah dari semakin banyaknya limbah padat dari indistri kelapa sawit, maka perlu dilakukan hal-hal untuk memanfaatan limbah padat kelapa sawit. Beberapa cara pemanfaatan limbah padat kelapa sawit yaitu:
1.         Tandan kosong kelapa sawit untuk pupuk organik
Tandan kosong kelapa sawit daoat dimanfaatkan sebagai sumber pupuk organik yang memiliki kandungan unsur hara yang dibutuhkan oleh tanah dan tanaman. Tandan kosong kelapa sawit mencapai 23% dari jumlah pemanfaatan limbah kelapa sawit tersebut sebagai alternatif pupuk organik juga akan memberikan manfaat lain dari sisi ekonomi.
Ada beberapa alternatif pemanfaatan tandan kosong kelapa sawit yang dapat dilakukan sebagai berikut :
             Pupuk kompos
Pupuk kompos merupakan bahan organik yang telah mengalami proses fermentasi atau dekomposisi yang dilakukan oleh micro-organisme. Pada prinsipnya pengomposan tandan kosong kelapa sawit untuk menurunkan nisbah C / N yang terkandung dalam tandan agar mendekati nisbah C / N tanah. Nisbah C / N yang mendekati nibah C / N tanah akan mudah diserap oleh tanaman.
           Pupuk kalium
Tandan kosong kelapa sawit sebagai limbah padat dapat dibakar dan akan menghasilkan abu tandan. Abu tandan tersebut ternyata memiliki kandungan 30-40%, K2O, 7% P2O5, 9% CaO, dan 3% MgO. Selain itu juga mengandung unsur hara mikro yaitu 1.200 ppm Fe, 100 ppm Mn, 400 ppm Zn, dan 100 ppm Cu. Sebagai gambaran umum bahwa pabrik yang mengolah kelapa sawit dengan kapasitas 1200 ton tandan buah sawit per hari akan menghasilkan abu tandan sebesar 10,8%/hari. Setara dengan 5,8 ton KCl; 2,2 ton kiersit; dan 0,7 ton TSP. dengan penambahan polimer tertentu pada abu tandan dapat dibuat pupuk butiran berkadar K2O 30-38% dengan pH 8 – 9.

           Bahan serat
Tandan kosong kelapa sawit juga menghasilkan serat kuat yang dapat digunakan untuk berbagai hal, diantaranya serat berkaret sebagai bahan pengisi jok mobil dan matras, polipot (pot kecil, papan ukuran kecil dan bahan pengepak industri.
2.         Tempurung buah sawit untuk arang aktif
Tempurung kelapa sawit merupakan salah satu limbah pengolahan minyak kelapa sawit yang cukup besar, yaitu mencapai 60% dari produksi minyak. Arang aktif juga dapat dimanfaatkan oleh berbagai industri. Antara lain industri minyak, karet, gula, dan farmasi.
3.         Batang dan tandan sawit untuk pulp kertas
Kebutuhan pulp kertas di Indonesia sampai saat ini masih dipenuhi dari impor. Padahal potensi untuk menghasilkan pulp di dalam negeri cukup besar. Salah satu alternatif itu adalah dengan memanfaatkan batang dan tandan kosong kelapa sawit untuk digunakan bahan pulp kertas dan papan serat.
4.         Batang kelapa sawit untuk perabot dan papan artikel
Batang kelapa sawit yang sudah tua tidak produktif lagi, dapat dimanfaatkan menjadi produk yang bernilai tinggi. Batang kelapa sawit tersebut dapat dibuat sebagai bahan perabot rumah tangga seperti mebel, furniture,atau sebagai papan partikel. Dari setiapbatang kelapa sawit dapat diperoleh kayu sebanyak 0.34 m3.



BAB III
PENUTUP
1.      Simpulan
             Perkembangan luas kebun kelapa sawit di Indonesia dewasa, ini cukup pesat, seiring dengan tingginya, permintaan dunia, akan minyak (CPO). Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (2006) menunjukan bahwa, Indonesia menghasilkan minyak sawit (CPO) 18,8 juta ton. Dari angka tersebut perkiraan limbah pabrik sawit yang dihasilkan dalam setahun berupa, tandan kosong 540 juta ton, serat perasan buah 11,2 juta ton, Lumpur sawit atau solid decanter 7,6 juta ton (2juta ton bahan kering), solid membran 40 juta ton (4 juta ton bahan kering), bungidi inti sawit 8,6 juta ton dan cangkang 7,6 juta ton. Jumlah ini akan terus meningkat dengan bertambahnya jumlah produksi minyak sawit.

2.      Saran
   Berdasarkan hasil pembehasan, maka dapat dikemukan saran-saran sebagai berikut :
diperlukan penelitian-penelitian lanjutan teknologi pengelolaan limbah baik dalam upaya menghindari pencemaran lingkungan yang dihasilkan secara maksimal dan dapat dimanfaatkan.


  
DAFTAR PUSTAKA
Agustina, Siti, dkk. 2009. Penggunaan Teknologi Membran pada Pengelolaan Air Limbah Industri Kelapa Sawit. http://uwityangyono.wordpress.com/2009/10/ 10/117/#more-117. Diakses tanggal 7 Mei 2010.
Parpen Siregar, Afrizon, Surahman Aidi, dan Syafaruddin. 2009, Pengelolaan limbah Industri kelapa sawit berwawasan Lingkungan, C:\Documents and Settings\Acer\My Documents\Downloads\JURNAL LINGKUNGAN.htm










Tidak ada komentar:

Posting Komentar