ABSTRAK
Masalah
tenaga kerja adalah masalah yang sangat kompleks dan besar.Kondisi kerja yang
baik, kualitas output yang tinggi, upah yang layak serta kualitas sumber daya manusia
adalah persoalan yang selalu muncul dalam pembahasan tentang tenaga kerja disamping masalah hubungan industrial antara pekerja dengan dunia usaha. Dapat dikatakan ketenagakerjaan diIndonesia hingga kini masih menghadapi beberapa ketidakseimbangan baik struktur alat atupun sektoral. Maka salah satu sasaran yang perlu diusahakan adalah meningkatkan daya guna tenaga kerja. Permintaan Tenagakerja yang dipengaruhi oleh nilai marjinal produk (Value of Marginal Product,
VMP), Penawaran Tenaga Kerja yang dipengaruhi oleh jam kerja yang luang dari
tenaga kerja individu serta upah, secara teoritis harus diperhatikan agar
kebijakan-kebijakan yang dilakukan mendekat itujuan yang diinginkan.
Rendahnya pendapatan nelayan di Prigi salah satunya dipengaruhi oleh faktor kondisi alam. Sehingga proses penangkapan ikan tidak berlangsung sepanjang tahun. Pada periode tertentu nelayan tidak melaut karena angin kencang, gelombang besar dan arus laut yang kuat.Kondisi seperti ini disebut dengan musim paceklik yaitu suatu musim yang dimana nelayan tidak beraktivitas sama sekali. Guna mencukupi kebutuhan hidup nelayan harus mencari pinjaman kepada pedagang atau menjual barang-barang yang dimilikinya. Pinjaman akan dibayar saat musim sudah membaik dan hasil tangkapan ikan melimpah. Konsekuensi yang harus dipenuhi adalah ketika musim ikan nelayan harus menjual hasil tangkapan dengan harga yang telah ditentukan oleh juragan atau pedagang. Dampak dari hubungan kurang baik antara nelayan dengan juragan atau pedagang ini adalah pada saat musim ikan datang nelayan tidak mendapatkan hasil yang memuaskan.Dan akibatnya,
pinjamannya sering kali tidak bisa dilunasi dan menumpuk karena pada musim paceklik berikutny anelayan meminjam lagi. Untuk meningkatkan kondisi kehidupan masyarakat nelayan di pesisir Prigi yang demikian, diperlukan
program pemberdayaan yang dapat diwujudkan melalui kemandirian masyarakat nelayan.
Program
pemberdayaan yang dilakukan harus mampu menjawab semua masalah yang di hadapi masyarakat
nelayan di desa Labuan kertasari, selainitu program yang dilakukan harus melibatkan
masyarakat sebagai peranutama dalam pemberdayaan masyarakat nelayan di desa
Labuan kertasari. Keberhasilan program pemberdayaan bergantung pada stakeholders yang terlibat dalam pemberdayaan masyarakat nelayan dengan menempatkan masyarakat nelayan sebagai subyek dan objek pembangunan. Dengana danya pendekatan pembangunan yang berpusat pada masyarakat diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat nelayan, baik fisik maupun non fisik.
Kata Kunci: Pemberdayaan Nelayan
KATA PENGANTAR
Puji
syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan Nikmat, baik
itu Nikmat Iman, Islam dan Ihsan .Kedua kali nyatak lupa pula penulis khaturkan
selawat beserta salam kepada junjungan alam Nabi besar Muhammad SAW. Berkat petunjuk
beliau penulis bias beradadizamansepertiyang
dirasakansekarangini. Terima kasih penulis ucapkan kepada dosen pembimbing
skripsi ini, sehingga penulis bias menyelsesaikanskripsi yang berjudul ANALISA PERAN PEMERINTAH DALAM TENAGA KERJA MARJINAL (Studi
Kasus Moderenisasi Peralatan Kerja Nelayan Didesa KertaSari Kecamatan Taliwang)
Skripsi ini disusun sebagai tugas akhir kuliah dan merupakan salah satu sayarat
untuk memper oleh gelar sarjana pada pendidikan di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Muhamadiyah Mataram. Penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari
bantuan dan bimbingan dari semua pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Rektor UniversitasMuhamadiyahMatarambeserta jajarannya.
2. Bapak Drs. H,
Abdurrahman, MM selaku dekan fisipol.
3. Bapak
Drs. H. M. Junaidi, MM selaku wakil dekan Pembimbing utama.
4. Bapak Alpian Hidayat S. IP,.MA Selaku Pembimbing
pendamping.
5. Bapak Rossi Maunofa W S.IP.,MA selaku Prodi Ilmu Pemerintahan.
6. Orang tua dan keluarga saya yang telah memberikan
dukungan moril dan materil.
7. Semua pihak yang tidak
dapat disebutkan satu persatu namanya atas bantuannya baik berupa materi maupun pemikiran sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi, semoga atas bantuannya merupakan amal baik sampai
akhirat kelak.
Semoga kebaikan dan bantuan dari semua pihak yang penulis sebutkan diatas mendapatkan balasan dari Allah SWT.Penulis menyadari bahwa penulisan
skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, Untuk itu penulis menghimbau kepada
dosen-dosen untuk memberikan kritikan yang bersifat konstruktif sehingga dalam
proses penyelesaian skripsi ini bias menjadi lebih baik kedepannya. Akhir
kata semoga skripsi ini bermanfaat amiiin..
Mataram, 10 maret 2016
Penulis
DAFTAR TABEL
1. Tabel
1.1 data jumblah penduduk desa Labuan kertasari. Halaman 24
2. Table
1.2 data jumblah keluarg desa Labuan
kertasari. Halaman 25
3. Table
1.3 jenis pekerjaan penduduk. Halaman 25
4. Table
1.4 stategi pengentasan kemiskinan structural nelayan tradisional. Halaman 35
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL............................................................................................... I
LEMBAR PERNYATAAN................................................................................... II
LEMBAR PERSETUJUAN.................................................................................. III
HALAMAN PENGESAHAN................................................................................ IV
MOTO ...................................................................................................................... V
PERSEMBAHAN.................................................................................................... VI
ABSTAK.................................................................................................................. VII
KATA PENGATAR............................................................................................... VIII
DAFTAR TABEL................................................................................................... IX
DAFTAR ISI............................................................................................................ X
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................... 1
A.
Latar Belakang............................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah.......................................................................................... 9
C. Batasan Masalah............................................................................................ 9
D. Tujuan Dan Manfaat Penelitian..................................................................... 9
E.
Sistematika Penulisan..................................................................................... 10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................ 12
A.
Tinjauan Umum Ketenaga
Kerjaan................................................................ 12
B. Masyarakat Marjinal....................................................................................... 13
C.
NelayanTradisional........................................................................................ 14
BAB III METODE
PENELITIAN........................................................................ 17
A.
Metode Penelitian.......................................................................................... 17
B. Lokasi Penelitian............................................................................................ 17
C. Sumber Data.................................................................................................. 18
D. Teknik Pengumpulan Data............................................................................. 18
E.
Teknik Analisis
Data...................................................................................... 23
BAB IV HASIL PENELITIAN
DAN PEMBAHASAN..................................... 24
A. Gambaran Umum Desa Labuan Kertasari..................................................... 24
B. Letak Geografis........................................................................................ 24
C. Perkembangan Penduduk Desa Labuan Kertasari......................................... 25
D. Demografi...................................................................................................... 26
E.
Marjinalisasi Nelayan Desa Labuan Kertasari…............................................ 27
F. Pokok Masalah............................................................................................... 29
G. Program PemerintahUntukMenekanNelayanMarjinal…............................... 33
H. Perbandingan Nelayan Tradisional Dan Modern…....................................... 45
BAB V PENUTUP.................................................................................................. 49
A. Kesimpulan.................................................................................................... 49
B. Saran.............................................................................................................. 50
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................. 53
LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Upaya menekan angka kemiskinan sudah menjadi perogram
wajib dan menjadi tolak ukur keberhasilan kerja bagi setiap kepala daerah yang memiliki pendudukan miskin
relatif banyak, selain itu, kemiskinan dapat menyebabkan berbagai permasalahan
social yang lain.seperti masalah
ekonomi, pendidikan dan lain-lain.
Jumlah
penduduk Indonesia sekitar 210 juta jiwa.Pada saat ini setidaknya terdapat 2
juta rumah tangga yang menggantungkan hidupnya pada sektor perikanan.Dengan
asumsi tiap rumah tangga nelayan memiliki 6 jiwa maka sekurang-kurangnya
terdapat 12 juta jiwa yang menggantungkan hidupnya sehari-hari pada sumber daya
laut termasuk pesisir.Mereka pada umumnya mendiami daerah kepulauan, sepanjang
pesisir termasuk danau dan sepanjang aliran sungai. Penduduk tersebut tidak
seluruhnya menggantungkan hidupnya dari kegiatan menangkap ikan akan tetapi
masih ada bidang-bidang lain seperti usaha pariwisata bahari, pengangkutan
antar pulau, danau dan penyeberangan, pedagang perantara atau eceran hasil
tangkapan nelayan, penjaga keamanan laut, penambangan lepas pantai dan usaha-usaha lainnya yang
berhubungan dengan laut dan pesisir. Nelayan merupakan salah satu bagian dari
anggota masyarakat yang mempunyai tingkat kesejahteraan paling rendah. Dengan
kata lain, masyarakat nelayan adalah masyarakat paling miskin dibanding anggota
masyarakat subsisten lainnya (Kusnadi, 2000).
Persoalan
kemiskinan di negara ini semakin merisaukan. Masalah kemiskinan yang terus
meluas di kalangan masyarakat seperti :parapetani, nelayan, yang semakin kasat
mata. Pendapatan kelompok marginal ini semakin rendah dan semakin tak mampu
mengejar lonjakan kenaikan harga-harga barang kebutuhan pokok.Badan Pusat
Statistik (BPS), Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) melansir angka kemiskinan
di provinsi NTB masih tinggi. Pada,
bulan September 2014, angka kemiskinan mencapai 17,05 persen dengan total 816.621orang. Meski trend angka kemiskinan tersebut
mengalamipenurunan dari bulan Maret
2014 yang mencapai 17,24 persendengan
total 820 ribu orang. "Kita masih lumayan tinggi, agak cukup besar
dari sisi persentase," ujar Kepala BPS Provinsi NTB,
Para
nelayan melakukan pekerjaan ini dengan tujuan memperoleh pendapatan untuk
melangsungkan kehidupannya.Sedangkan, dalam pelaksanaannya dibutuhkan beberapa
perlengkapan dan juga dipengaruhi oleh beberapa faktor dalam guna mendukung
keberhasilan kegiatannya.Menurut Salim (1999). faktor yang mempengaruhi
pendapatan nelayan meliputi faktor sosial dan ekonomi yang terdiri dari
modal,jumlah perahu,pengalaman melaut,jarak tempuh melaut, jumlah tenaga
kerja.Dengan demikian, pendapatan nelayan berdasarkan besar kecilnya volume
tangkapan,masih terdapat beberapa faktor yang lainnya yang ikut menentukan
keberhasilan nelayan yaitu faktor sosial dan ekonomi selain tersebut diatas.
Seperti
halnya yang terjadi di desa kertasari kecamatan taliwaang kabupaten sumbawa
barat Sejak dari dahulu sampai sekarang, pekerjaan nelayan merupakan pekerjaan turun
temurun dan umumnya tidak banyak mengalami perubahan yang berarti dalam
masyarakat nelayan di Desa Kertasari.Jumlah penduduk di desa Kertasari ada
sedikitnya 632 KK yang pekerjaannya berbeda,sedangkan yang bekerja sebagai
nelayan hanya 440 dan hanya 200 yang tidak memiliki sarana tangkap memadai
sehingga sangat mempengaruhi pendapatan masyarakat nelayan tradisional. Selain
itu, mereka juga terpinggirkan karena banyaknya nelayan dari luar daerah yang
memiliki sarana tangkap lebih baik.
Terkadang masyarakat nelayan di
Desa Kertasari selalu mencari ikan pada malam hari atau pada saat air laut
surut,karena masyarakat nelayan Desa Kertasaribelum mempunyai faktor produksi
seperti alat tangkap yang modern maupun faktor pendukungnya seperti pukat
cincin,jaring angkat, dan alat modern lainnya Sehingga pendapatan nelayan di Desa kertasari tidak ada
peningkatan. Apabila masyarakat nelayan di Desa Kertasari menguasai alat-alat
modern akan berdampak pada peningkatan pendapatanya.Kalaupun mereka berusaha
memiliki sendiri alat produksi, umumnya masih sangat konvensional, sehingga
produktivitasnya kurang berkembang, kelompok inilah yang terus berhadapan dan
digeluti oleh kemiskinan, Menurut data yang di dapat di kantor desa kertasari kec’taliwang kab.
Sumbawa barat, jumlah nelayan di desa kertasari 440jiwa yang tersebar di 4
dusun.dari jumlah nelayan tersebut masih berada di bawah garis kemiskinan
(kantor desa kertasari kec’taliwang kab. Sumbawa barat).Dengan demikian,
pembahasan masyarakat nelayan yang dimaksudkan dalam tulisan ini adalah nelayan
tradisonal di desa.kertasari kecamatan taliwang kab.sumbawa barat.
Dalam situasi yang sekarang sering sekali kita jumpai
beberapa Masyarakat yang hidupnya jauh dari kata layak, ini dapat dilihat dari
kacaamata sendiri banyak warga yang menggantungkan hidupnya pada nelayan
khususnya di Desa Kertasari. Dapat kita simpulkan bahwa saat ini kurangnya
perhatian dari pemerintah kepada masyarakat, sehingga masyarakat tidak bisa
mencukupi kehidupannya sehari-hari, maka dari itu sudah seharusnya pemerintah
harus mengambil tindakan yang tepat untuk mengatasi masaalaah yang ada,. Dengan
mendorong dari pemerintah desa yang notabenenya dari pemerintah yang berkenaan
langsung pada warga desa harus member sedikit bantuan kepada warga, dengan
mendatangkan alat-alat yang cukup modern sehingga masyarakat dapat mendapatkan
hasil tangkapan yang memadai, karna kalau kita melihat dilapangan para nelayan
yang ada di Desa Kertasari masih menggunakan alat Operasional yang tradisional,
ini juga menjadi salah satu factor lambatnya pertumbuhan ekonomi di Desa
Kertasari, maka sudah seharusnya pemerintah daerah dengan bekerja sama dengan
pemerintah desa sama-sama memberikan atau mendorong bagaimana masyarakat
kertasari bias makmur, sesuai apa yang diharapkan, dan semua bisa mengena
merata tanpa ada pengecualian, maka dari itu kondisi seperti inilah yang mesti
kita liaht bersama supaya kita sebagai masyarakat harus tahu dan jeli dengan
perkembangan alat penangkapan ikan yang modern dengan tujuan hasil tangkapan
yang diburu bias tercukupi untuk keluaraga, dengan melihat kebelakang, tidak
ada lagi masyarakat yang termajinalkan dalam hal perikanan khususnya bagi para
Nelayan di Desa Kertasari.
Modernisasi pada hakikatnya merupakan
proses perubahan atau pem-baharuan. Pembaharuan mencakup bidang-bidang yang
sangat banyak. Bidang mana yang akan diutamakan oleh suatu masyarakat
tergantung dari kebijaksanaan penguasa yang memimpin masyarakat tersebut
(Soekanto, 1990 dalam Ilpizukdi, 2008). Tujuan utama dari modernisasi adalah
untuk membawa masyarakat menuju perubahan ke arah yang lebih maju.Pada intinya,
modernisasi tergantung pada perubahan yang terjadi di masyarakat itu
sendiri.Indikator keberhasilan suatu rencana program tertentu yang berkaitan
dengan modernisasi yaitu terjadinya perubahan dalam masyarakat baik dalam
bidang ekonomi, sosial maupun dalam bentuk pemikiran yang lebih dinamis dan
terbuka.
Perubahan
merupakan dinamika manusia sebagai makhluk ciptaan tuhan yang akan terwujud
dengan adanya interaksi sosial diantara individu tersebut, dalam lingkup yang
lebih besar biasa disebut masyarakat. Dari interaksi masyarakat ini akan timbul
suatu perubahan sosial yang mana Perubahan sosial dialami oleh setiap
masyarakat yang pada dasarnya tidak dapat dipisahkan dengan perubahan
kebudayaan masyarakat yang bersangkutan.Perubahan sosial yang terjadi akibat
adanya modernisasi pada masyarakat, dengan sendirinya akan menghasilkan
stratifikasi atau pelapisan sosial dalam masyarakat itu sendiri. Stratifikasi
merupakan kelas-kelas yang didasarkan pada penilaian baik secara objektif
maupun secara subjektif.
Modernisasi
perikanan merupakan hal yang tepat dilakukan pada masyarakat pesisir yang
notabene tingkat kesejahteraannya kecil bila dibandingkan dengan masyarakat
lain di luar pesisir. Karena kehidupan nelayan yang masih menggantungkan nasib
kepada hasil laut, masih dalam taraf sederhana dengan pola mata pencaharian menggunakan
teknologi tradisionalDisamping alat tangkap mereka sudah jauh tertinggal,
mereka melaut juga pada area penangkapan yang terbatas di wilayah
pesisir.Rendahnya daya jelajah nelayan ini, semakin menambah sulit nelayan
memperbaiki kualitas hidupnya.
Dalam
kehidupan sehari-hari, nelayan tradisional lebih berorientasi pada pemenuhan
kebutuhan sendiri.Dalam arti hasil alokasi hasil tangkapan yang dijual lebih
banyak dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan pokok sehari-hari, khususnya
pangan, dan bukan diinvestasikan kembali untuk pengembangan skala usaha.
Berbeda dengan nelayan modern yang acapkali mampu merespon perubahan dan lebih
kenyal dalam menyiasati tekanan perubahan dan kondisi over fishing,
nelayan tradisional seringkali justru mengalami proses marginalisasi dan
pembangunan dan modernisasi perikanan yang sifatnya historis. Akibat
keterbatasan teknologi yang dimiliki, ruang gerak nelayan tradisional umumnya
sangat terbatas, mereka hanya mampu beroperasi di perairan pantai (inshore).
tapi Sejak peralatan modern musuk dan di perkenalkan kepada masyarakat nelayan
di desa Kertasari, peralatan tradisional sudah tidak pernah digunakan lagi
karena peralatan modern yang sudah menggantikan peralatan tradisional,namun
tidak seperti yang di harapkan, pergantian alat dari yang teradisional menjadi modern ternyata tidak
membawa dampak positif bagi masyarakat di karenakan system bagi hasil yang di
tawarkan oleh pihak penyedia alat modern terkesan tidak menguntungkan bagi
masyarakat nelayan. Justru yang berkembang adalah pemilik modal (pemilik kapal
dan teknologi penangkapan) melalui mekanisme ketergantungan yakni hubungan
antara patron(pemilik modal) dan client (nelayan) dengan sistem bagi hasil
menikmati pendapatan yang lebih besar dan menguasai akses
pasar. Kelembagaan yang pernah ada seperti TPI, asosiasi nelayan, dan
perkreditan ternyata tidak memenuhi harapan nelayan dan buruh nelayan sehingga
mereka lebih tetap memilih kelembagaan lama yakni hubungan
patron-client.Akibatnya, kemiskinan nelayan menjadi permanen..
Bisa
dibayangkan,peralatanModeren ternyata
membawa dampak yang signifikan terhadap penurunan hasil tangkap nelayan
tradisional. Akibat beroperasinya peralatan-peralatan yang modern, maka nelayan
tradisional mengalami penurunan hasil tangkap sampai 58%. Karana peralatan
Modern itu telah menimbulkan dampak terhadap kerusakan terumbu karang karna
nelayan modern menggunakan peralatan seperti puka dan peralatan modrn lainnya.
apa yang dapat dilakukan nelayan tradisional untuk bertahan dan melangsungkan
kehidupannya, jika dari hari ke hari potensi ikan di luat makin langka karena
cara penangkapan yang berlebihan, sedangkan nelayan tradisional hanya
mengandalkan pada perahu tradisional dan alat tangkap ikan yang sederhana,
jelas para nelayan tradisional ini tidak akan pernah mampu bersaing dengan
nelayan modern yang didukung perangkat yang serba canggih dan perahu mesin yang
memiliki daya jangkau yang jauh lebih luas.Pengalaman selama ini telah
menunjukkan bahwa tidak mudah mengatasi kemiskinan struktural yang membelenggu
nelayan tradisional di berbagai segi kehidupan.Kesulitan untuk meningkatkan
kesejahteraan nelayan tradisional, selain dipengaruhi sejumlah kelemahan
internal dan juga karena pengaruh faktor eksternal.oleh karna itu peran
pemerintah sagat di butuhkan oleh nelayan tradisional,agar nelayan tradisional
dapat bersaing dengan nelayan modern.
Keterbatasan
pendidikan, kurangnya kesempatan untuk mengakses dan menguasai teknologi yang
lebih modern, dan tidak dimilikinya modal yang cukup adalah faktor-faktor
internal yang seringkali menyulitkan usaha-usaha untuk memberdayakan kehidupan
para nelayan tradisional.Untuk itulah sekelimit analisa yang di paparkan
selanjudnya,kiraya dapat membantu pihak-pihak yang berkepentingan dan
berkompeten terhadap para nelayan tradisional, yang bertujuan untuk mendapat
solusi yang sistematis dalam memecahkan
persoalan yang dihadapi para nelayan tradisional.
Berdasarkan
latar belakang hal tersebut penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan
judul “ANALISAPERAN PEMERINTAH DALAM
TENAGA KERJA MARJINAL (STUDI KASUS MODERNISASI PERALATAN KERJA NELAYAN DI DESA
KERTASARI KEC,TALIWANG).
B.
Rumusan
Masalah
Pada
hakekatnya masala dalam suatu penelitian merupakan segala bentuk pernyataan
yang perlu dicari jawabannya,atau segala bentuk kesulitan yang datang tentunya
harus ada kegiatan yang memecahkannya sehingga tujuan yang diharapkan dapat
tercapai sesuai yang di harapkan.
Adapun
rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu :
1.
Bagaimanakah
peran pemerintah dalam modernisasi peralatan kerja nelayan di desa kertasari?
C.
Batasan Masalah
Dari
diindentifikasi masalah yang terpapar di atas diperoleh gambaran dimensi
permasalahan yang begitu luas. Namun menyadari adanya keterbatasan waktu dan
kemanpuan, maka penulis memandang perlu memberi batasan masalah secara jelas
dan terfokus. Selanjutnya masalah yang menjadi objek penelitian dibatasi hanya
pada analisis keberadaan tenaga kerja marjinal terhadap modernisasi peralatan
kerja pada nelayan di desa kertasari kec,taliwang kabupaten sumbawa barat.
D.
TUJUAN
DAN MANFAAT PENELITIAN
a.
Tujuan penelitian
adapun tujuan
penelitan ini adalah sebagai berikut:
1.
untuk
mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengahui pendapatan nelayan
tradisional
b.
Manfaat penelitian
1.
manfaat
teoritis
Manfaat
teoritis dari hasil penelitian ini adalah untuk mengetahui analisa peran
pemeritah dalam tenaga kerja marjinal modernisasi peralatan kerja nelayan di desa kertasari kec,taliwang
kabupaten sumbawa barat.
2.
Manfaat
praktis
a.
Bagi
peneliti memberikan wawasan pengetahuan mengenai partisipasi masyarakat nelayan
tradisional secara langsung.
b.
Bagi
pemerintah memberikan pengetahuan pada nelaya tradisional untuk mengunakan
peralatan kerja yang moderen agar pendapata semakin meningkat.
E. SISTEMATIKA PENULISAN
Secara garis besar skripsi ini terdiri dari 5 (lima)
bab dengan beberapa sub bab. Agar mendapatkan arah dan gambaran yang jelas
mengenai hal yang tertulis, berikut ini sistematika penulisannya secara
lengkap:
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini membahas latar belakang masalah, rumusan
masalah, tujuan danmanfaat penelitian, dan sistematika penulisan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Pada bab ini
diuraikan tentang,tenaga kerja,tenaga kerja marjinal,masyarakat
marjinal,nelayan tradisional.
BAB IIIMETODE PENELITIAN
Pada bab ini melipu
jenis penelitian , lokasi penelitian, sumber data, teknik pengumpulan data, dan
teknik analisis data.
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini
dijelaskan tentang deskrpsi lokasi penelitian,hasil penelitian, dan perbahasan.
BAB V PENUTUP
Bab ini berisi
kesimpulan-kesimpulan yang didapat dari hasil pembahasan dan berisi saran-saran
yang sesuai denganpermasalahan yang diteliti.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. TINJAUAN UMUM KETENAGAKERJAAN
Pengertian Tenaga Kerja adalah faktor penting dalam proses produksi
bagi semua manusia yang hidup dan beraktivitas dengan normal. Akan tetapi,
tenaga kerja tidak selalu barmakna karyawan atau buruh dalam sebuah perusahaan
atau badan hukum. Secara umum, tenaga kerja diartikan sebagai seseorang yang
mampu dan mau melakukan pekerjan, entah yang ada di dalam ataupun di luar
hubungan kerja, dengan tujuan untuk menghasilkan produk berupa barang dan jasa
yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan diri sendiri, keluarga, dan
masyarakat pada umumnya. Dalam suatu
negara tenaga kerja merupakan salah satu faktor produksi yang sangat penting
bagi masyarakat, tentunya selain faktor alam dan faktor modal. Hal ini karena
tenaga kerja bertugas untuk mengolah faktor alam dan faktor modal yang telah
disediakan.
penduduk dalam usia
kerja yang siap melakukan pekerjaan, antara lain mereka yang sudah bekerja,
mereka yang sedang mencari pekerjaan, mereka yang bersekolah, dan mereka yang
mengurus rumah tangga. (MT Rionga & Yoga Firdaus, 2007:2) sanggup bekerja,
termasuk mereka yang menganggur meskipun bersedia dan sanggup bekerja dan
mereka yang menganggur terpaksa akibat tidak ada kesempatan kerja.
sedangkan menurut pendapat Sumitro
Djojohadikusumo (1987) mengenai arti tenaga kerja adalah semua orang bersedia
dan sanggupbekerja, termasuk mereka yang menganggur meskipun
bersedia dan sanggup bekerja dan mereka yang menganggur terpaksa akibat tidak
ada kesempatan kerja.
Kerja secara umum diartikan sebagai
suatu keadaan yang mencerminkan jumlah dari total angkatan kerja yang dapat
diserap atau ikut secara aktif dalam kegiatan perekonomian. Kesempatan kerja
adalah penduduk usia 15 tahun keatas yang bekerja atau disebut pula pekerja.
B.
MASYARAKAT MARGINAL
Masyarakat marginal adalah kelompok masyarakat kelas
bawah yang terpingirkan dari kehidupan masyarakat, contoh dari masyarakat
marjinal antara lain : pengemis, pemulung, buruh, petani, nelayan,dan
orang-orang dengan penghasilan pas-pasan atau bahkan kekurangan, Mereka ini
merasah tersisih atau disisihkan,sehingga tidak mendapat kesempatan untuk
menikmati indahnya pembangunan,dan biasanya lebih dekenal di kalangan
umum,masyarakat marginal adalah kelompok-kelompok sosial yang di miskinkan oleh
pembangunan,sehingga biasanya masyarakat marginal pun sering mendapatkan tindak
kekerasan dari elemen masyarakat lainnya dan juga sering mendapatkan kekerasan
sistematik yang di lakukan oleh negara ( penguasa ).Sedangkan disisi lain latar
belakang Ekonomi mendorong warga masyarakat marginal untuk mengandalkan
kekerasan sebagai salah satu metode penyelesaianmasalah.
Hal ini dapat dilihat dari buruh kasar yang bekerja dengan upah subsisten dikawasan industri yang terpusat di perkotaan,dan kemudian para kaum petani yang tercekik struktur sosio ekonomi yang di dominasi para kapitalis,serta pekerja sektor informal di perkotaan yang keberadaannya selalu mengundang stigmatisasi,apriori,dan segenap prasangka negatif lain dari aparat keamanan pemerintah.Dan di satu sisi pemiskinan dinilai merupakan kosukuensi logis dari sebuah Developmentalis,orientasi pembangunan pada pertumbuhan ekonomi yang tinggi,secara bersamaan pula menciptakan lapisan masyarakat dibawah garis kemiskinan. Dan akan tetapi dilihat dari perspektif pemikiran lainnya peroses pemiskinan sebetulnya dapat di hindari seandainya pola pembangunan lebih bersifat emansipatoris ketimbang pola top down planning.
Hal ini dapat dilihat dari buruh kasar yang bekerja dengan upah subsisten dikawasan industri yang terpusat di perkotaan,dan kemudian para kaum petani yang tercekik struktur sosio ekonomi yang di dominasi para kapitalis,serta pekerja sektor informal di perkotaan yang keberadaannya selalu mengundang stigmatisasi,apriori,dan segenap prasangka negatif lain dari aparat keamanan pemerintah.Dan di satu sisi pemiskinan dinilai merupakan kosukuensi logis dari sebuah Developmentalis,orientasi pembangunan pada pertumbuhan ekonomi yang tinggi,secara bersamaan pula menciptakan lapisan masyarakat dibawah garis kemiskinan. Dan akan tetapi dilihat dari perspektif pemikiran lainnya peroses pemiskinan sebetulnya dapat di hindari seandainya pola pembangunan lebih bersifat emansipatoris ketimbang pola top down planning.
C.
NELAYANTRADISIONAL
Nelayan tradisional secara umum disebut nelayan yang
memanfaatkan sumber daya perikanan dengan peralatan tangkap tradisional, modal
usaha yang kecil, dan organisasi penangkapan yang relatif sederhana.Dalam
kehidupan sehari-hari, nelayan tradisional lebih berorientasi pada pemenuhan
kebutuhan sendiri.Dalam arti hasil alokasi hasil tangkapan yang dijual lebih
banyak dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan pokok sehari -hari, khususnya
pangan, dan bukan diinvestasikan kembali untuk pengembangan skala usaha.
Berbeda dengan nelayan modern yang acapkali mampu merespon perubahan dan lebih
kenyal dalam menyiasati tekanan perubahan dan kondisi over fishing,
nelayan tradisional seringkali justru mengalami proses marginalisasi dan
menjadi korban dari program pembangunan dan modernisasi perikanan yang sifatnya
a-historis. Akibat keterbatasan teknologi yang dimiliki, ruang-gerak nelayan
tradisional umumnya sangat terbatas, mereka hanya mampu beroperasi di perairan
pantai (inshore).
Sejak krisis mulai merambah ke berbagai wilayah
pertengahan tahun 1997, nelayan tradisional boleh dikategorikan sebagai
kelompok masyarakat pesisir yang paling menderita dan merupakan korban pertama
dari perubahan situasi sosial -ekonomi yang terkesan tiba-tiba, namun
berkepanjangan. Bisa dibayangkan, apa yang dapat dilakukan nelayan tradisional
selatan untuk bertahan dan melangsungkan kehidupannya, jika dari hari ke hari
potensi ikan di laut makin langka karena cara penangkapan yang berlebihan.
Dengan hanya mengandalkan pada perahu tradisional dan alat tangkap ikan yang
sederhana, jelas para nelayan tradisional ini tidak akan pernah mampu bersaing
dengan nelayan modern yang didukung perangkat yang serba canggih. Beberapa
contoh nelayan yang termasuk tradisional adalah nelayan jukung, nelayan pancingan,dan
lain-lain.
Proses demikian masih terus berlangsung hingga
sekarang dan dampak lebih lanjut yang sangat terasakan oleh nelayan tradisional
yang
ada di desa kertasari adalah semakin menurunnya tingkat pendapatan mereka dan sulitnya
memperoleh hasil tangkapan. Sementara kapal penangkapan dengan teknologi alat
tangkap yang lebih besar dan selayaknya beroperasi di laut lepas terus
membayangi mereka. Bahkan belakangan ini kelompok nelayan dengan alat tangkap
modern seperti trawl dan purse sein semakin mendekati kawasan
pantai yang dapat dikatakan sebagai kawasan sumberdaya hayati laut.
BAB
III
METODE
PENELITIAN
A.
Metode penelitian
Metode yang di gunakan dalam penelitia
ini adalah kualitatif degan pendekatan studi kasus. Metode kualitatif adalah
metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme,digunakan
untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah, (sebagai lawanya adalah
eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai instumen kecil,teknik pengumpulan
data dilakukan secara triangulasi (gabungan), analisis data bersifat indukatif
atau kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari
pada generalisasi. (sugiyono:2013:9).
Studi kasus atau penelitian kasus adalah
penelitian tentang status subjek penelitian berkenaan dengan suatu fas spesifik
atau khas dari keseluruhan personalitas.Subjek penelitian dapat saja
individu,kelompok,lembaga maupun masyarakat. Peneliti ingin mempelajari secara
intensif latar belakang serta intraksi lingkungan dari unit-unit sosial yang
menjadi subjek. Tujuan studi kasus adalah untuk memberikan gambaran secara
detail tentang latar belakang, sifat-sifat serta karakter-karakter yang khas
dari kasus, ataupun status dari individu,yang kemudian dari sifat-sifat khas diatas
akan dijadikan suatu hal yang bersifat umum.
B.
Lokasi penelitian
Dalam penelitian ini peneliti melakukan
penelitian di desa kertasari (kec,taliwang) kabupaten sumbawa barat. Alasan
peneliti melakukan penelitian ditempat ini adalah karena tempatnya yang mudah
dijangkau dan data-data yang dibutuhkan peneliti ada di tempat tersebut.
C.
Sumber Data
Dalam penelitian ini pihak yang dijadikan
sumber data adalah nelayan dan masyarakat di desa kertasari (kec,taliwang)
kabupaten sumbawa barat,yang dianggap mengetahui informasi yaitu dengan
mengunakan.
a.
Data khusus (primer)
Data primer adalah data yang secara
langsung di peroleh dari sumbernya,melalui observasi atau wawancara dengan
sumber informasi terpilih. Hasil wawancara atau observasi dicek kebenarannya
dengan sumber data lain (sekunder) dan yang menjadi informai dalam penelitian
ini yaitu nelayan dan masyarakat di desa kertasari (kec,taliwang) kabupaten
sumbawa barat.
b.
Data umum (sekunder)
Data sekunder adalah data yang diperoleh
tidak secara langsung dari sumbernya,melalui dokumen-dokumen atau catatan
tertulis. Data yang tertulis yang bersumber pada dokumen. Sehingga disebut data
dokumenter,yaitu data atau gambar tentang lokasih penelitian,yang meliput:
keadaan geografis,demografi,ekonomi,sosial budaya serta keadaan tata pemerintah
daerah baik yang berupa data statis maupun data bersifat dinamis.
D.
Teknik Pengumpulan
Data
1.
Teknik observasi
Observasiadalah suatu cara pengumpulan
data dengan mengadakan pengamatan secara langsung maupun tidak langsung
terhadap suatu objek yang diteliti,dan mengadakan pencatatan secara sistematis
tentang hal-hal tertentu yang diamati.
Observasi ini dilakukan untuk mengetahui
perilaku atau keadaan masyarakat desa kertasari terutama mengenai faktor-faktor
yang pempengaruhi partisipasi politik masyarakat pada keberadaan tenaga kerja
marjinal terhadap modernisasi peralatan kerja pada nelayan. Dengan hasil
observasiini,dimaksudkan untuk mempermudah peneliti dalam mewawancarain
informan.
2.
Wawancara
Wawancara digunakan sebagai teknik
pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk
menemukan permasalahan yang harus diteliti, dan juga apabila peneliti ingin
mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam dan jumlah repondennya
sedikit/kecil.Teknik pengumpulan data ini merdasarkan diri pada laporan tentang
diri sendiri atau self-report, atau setidak-tidaknya pada pengetahuan dan atau
keyakinan pribadi.Sutrisni hadi (1986) mengemukakan bahwa anggapan yang perlu
dipegang oleh peneliti dalam menggunakan metode interview adalah sebagai
berikut.
1.
Bahwa informan adalah orang yang paling tahu tentang dirinya
sendiri
2.
Bahwa apa yang dinyatakan oleh subjek kepada peneliti adalah benar
dan dapat dipercaya
3.
Bahwa interpretasi subjek tentang pertanyaan-pertantaan yang
diajukan peneliti kepadanya adalah sama dengan apa yang dimaksud oleh peneliti.
Yang menjadi fokus wawancara adalah toko
masyarakat serta masyarakat desa kertasari dan tujuan peneliti mewancarai
masyarakat desa kertasari adalah agar peneliti mendapatkan kesimpulan sementara
tentang tingkat partisipasi masyakat dan faktor-faktor yang mempengaruhi
tingkat partisipasi politik yang ada di desa kertasari kec,taliwang kabupaten
sumbawa barat.
Wawancara dapat dilakukan secara
terstruktur maupun tidak terstruktur, dan dapat dilakukan melalui tatap muka
maupun degan telpon.
a.
Wawancara terstruktur
Wawancara terstruktur digunakan sebagai
teknik pengumpulan data, bila peneliti atau pengumpulan data telah mengetahui
dengan pasti tentang informasi apa yang akan diperoleh.oleh karena iti dalam melakukan
wawancara, pengumpulan data telah menyiapkan instruman penelitian berupa
pertanyaan-pertanyaan tertulis yang alternative jawabannya pun telah disiapkan.
Dalam melakukan wawancara, selain membawa
instrumen sebagai pedoman untuk wawancara, maka pengumpulan data juga dapat
mengunakan alat bantu seperti hape recorder, gambar, brosur dan material lain
yang dapat membantu pelaksanaan wawancara menjadi lancar.
b.
Wawancara Tidak Terstruktur
Wawancara tidak terstruktur adalah
wawancara yang bebes dimna peneliti tidak mengunakan pedoman wawancara yang
telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya. Pedoman
wawancara yang digunakan hanya berupa garis-garis besar permasalahan yang akan
ditanyakan.
Wawancara tidak terstruktur atau terbuka,sering
digunakan dalam penelitian pendahuluan atau malahan untuk penelitian yang lebih
mendalam tentang responden. Pada penelitian pendahuluan, peneliti berusaha
mendapatkan informasi awal tentang berbagai isu atau permasalahan yang ada pada objek, sehingga peneliti dapat
menemukan secara pasti permasalahan atau variabel apa yang harus diteliti.
1.
Dokumentasi
Dokumentasi adalah data yang relevan
dengan masalah yang diteliti melalui dokumen-dokumen tertulis. Dokumentasi
telah lama digunakan dalam penelitian sebagai sumber data karena dalam banyak
hal dokumen sebagai sumber data dimanfaatkan untuk menguji,menafsirkan bahwa
untuk meramal. Oleh karena itu penggunaan dokumen merupakan yang tidak
terabaikan lagi.Dokumentasi dalam penelitian ini lebih diutamakan untuk
memperoleh data sekunder yang dibutuhkan untuk mendukung data primer.
Dokumentasi yang digunakan peneliti
tekait dalam pokok masalah yang peneliti ambil. Dokumentasi bisa berupa
data-data dari kantor desa kertasari berupa data jumlah nelayan yang ada didesa
kertasari (kec,taliwang) kabupaten sumbawa barat.
E.
Teknik analisis data
Data dalam penelitian ini merupakan data
kualitataip, maka analisis dilakukan adalah bersifat induktif dan deskriptif.
Proses analisa data dimulai dengan mengkaji dan menelaah sumber,baik suber dari
hasil wawancara maupun observasi yang sudah ditulis dalam catatan lapangan dan
proses penafsiran data (moleong:2003:190).
Dari uraian diatas, maka proses analisis
data dalam penelitian ini dilakukan melalui tiga tahap,yaitu:
1.
Reduksi data
Setelah data dikumpulkan, dibaca,
dipelajari maka langkah selanjudnya adalah mengadakan reduksi data.Reduksi data
dilakukan dengan jalan membuat abstraksi. Yaitu membuat rangkuman yang
inti,membuang data yang tidak perlu,mengatur data dan pertanyaan-pertanyaan
yang perlu dijaga agar tetap berada di dalamnya,sehingga penarikan kesimpulan
(verifikasi) akhir dari penelitin dapat di lakukan degan mudah oleh peneliti.
Dalam peneliti ini, data yang diperoleh peneliti dari kegiatan observasi yang
berupa kata-kata inti harus segerah dirangkum agar pertanyaan-pertanyaan tentang tingkat partisipasi politik
masyarakat tetap terjaga dan tidak menyimpang dari pokok permasalahan.
2.
Penyajian data
Proses analisis selanjutnya adalah
penyajian data yaitu mengorganisir informasi secara sistematis untuk
mempermudah penelitian dalam menggabungkan dan merangkai keterikatan antara
data dalam menyusun gambaran proses serta memahami fenomena yang ada pada objek
penelitian. Melalui penyajian data akan memungkinkan peneliti untuk
menginterpresentasikan fenomena-fenomena yang ada.
3.
Penarikan kesimpulan
Dari data yang diperoleh di
lapangan,peneliti sejak awal mulai menarik kesimpulan. Kesimpulan itu mula-mula
masih belum jelas dan masih bersifat pernyataan yang telah memiliki
landasan yang kuat dari proses analisis
data terhadap fenomena-fenomena yang ada. Dalam penelitian ini, dapat diperoleh
dari hasil wawancara dan dokumentasi sehingga dapat segera ditarik suatu
kesimpulan yang bersifat sementara.Agar kesimpulan itu lebih mantap maka
peneliti memperpanjang waktu observasi.Dari observasi tersebut dapat ditemukan
data baru yang dapat mengubah kesimpulan sementara, sehingga diperoleh
kesimpulang yang mantap.
BAB IV
PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Desa Labuhan Kertasari
a.
Profil Desa Labuan
kertasari
Desa Labuhan
Kertasari adalah salah satu Desa yang terdapat di Kecamatan Taliwang, Kabupaten
Sumbawa Barat yang tepatnya berada di sebelah barat Kecamatan Taliwang. Desa
Labuhan Kertasari merupakan Desa terpencil di Kecamatan Taliwang dengan luas
wilayah 2.968 Ha, yang terdiri dari 4 Dusun Secara
adsmintrasi wilayah Desa Labuhan Kertasari terbagi menjadi 4 Dusun, adapun
jumlah dan nama-nama Dusun yang terdapat di wilayah Desa Labuhan Kertasari
yaitu sebagai berikut:
a.
Dusun Kertasari.
b.
Dusun Padak Baru.
c.
Dusun Bone Pute.
d.
Dusun Labuhan.
B. LetakGeografis
Desa Labuhan
Kertasari merupakan salah satu dari 13 Desa yang terdapat diwilayah Kecamatan
Taliwang, yang terletak di sebelah barat Ibukota Kecamatan dari pusat Keacamatan. Wilayah Desa Labuahan
Kertasari terbagi menjadi 4 Dusun, Selain itu wilayah Desa Labuhan Kertasari
memiliki batas-batas administrasi wilayah.
Adapun batas
adsmintrasi wilayah Desa Labuhan Kertasari
berikut :
Utara : Desa Tuananga, Kecamatan
Seteluk.
Selatan : Desa Banjar, Kecamatan
Taliwang.
Barat : Selat Alas.
Timur : Desa Batu Putih,
Kecamatan Taliwang.
C. Perkembangan Penduduk Desa Labuan Kertasari
a.
Data Jumlah Penduduk Desa Labuan Kertasari
Untuk lebih jelas,
jumlah data penduduk kertasari akan di sajikan pada table berikut
Tabel 1.1
Data jumlah penduduk desa Labuan
kertasari
A.
Jumlah Penduduk
|
||
Jumlah
|
Jenis kelamin
|
|
Laki-laki
|
Perempuan
|
|
Jumlah
penduduk tahun ini
|
937
orang
|
1086
orang
|
Jumlah
penduduk tahun lalu
|
1028
orang
|
1036
orang
|
Presentase
perkembangan
|
8,85%
|
4,92%
|
Sumber
: Kantor Desa Labuhan Kertasari 2012
b.
Data Jumlah Keluarga Di Desa Labuan Kertasari
Adapun jumlah
keluarga masyarakat nelayan kertasari adalah sebagai berikut:
Table 1.2
Data jumlah keluarga di desa Labuan
kertasari
B.
Jumlah keluarga
|
|||
Jumlah
|
KK laki-laki
|
KK perempuan
|
Jumlah total
|
Jumlah
kepala keluarga tahun ini
|
530KK
|
102
KK
|
632
KK
|
Jumlah
kepala keluarga tahun lalu
|
480KK
|
57KK
|
537
KK
|
Presentase
perkembangan
|
10,42%
|
78,95%
|
|
Sumber
: Kantor Desa Labuhan Kertasari 2012.
D. Demografi
Sebagian besar penduduknya bermata
pencaharian dalam bidang perikanan dan dalam bidang pertanian.Adapun data
mengenai jenis pekerjaan penduduk Desa Labuhan Kertasari. Untuk lebih jelasnya
dapat dilihat pada tabel sebagi berikut :
Table
1.3
Jenis
Pekerjaan Penduduk
No
|
Pekerjaan
|
Jumlah (jiwa)
|
1
|
Petani
|
1. 115
|
2
|
Nelayan
|
440
|
3
|
Pedagang/pengusaha
|
58
|
4
|
Buruh tani
|
90
|
5
|
Pengrajin
|
3
|
6
|
PNS
|
9
|
7
|
Belum kerja
|
356
|
8
|
Polri
|
2
|
Total
|
2.073
|
Sumber
: Kantor Desa Labuhan Kertasari 2012
E.
Marjinalisasi Nelayan Desa kertasari
Kemiskinan merupakan
salah satu penyakit
sosial yang ada dimasyarakat yang
sampai saat ini
sulit untuk mengatasinya. Kemiskinan secara
umum dapat dibedakan
menjadi beberapa pengertian.Mubyarto,
Nelayan dan Kemiskinan, Di mata sebagian
ahli, kemiskinan acap kali
didefinisikan semata hanya
sebagai fenomena yang ekonomi, dalam arti rendahnya penghasilan atau
tidak dimilikinya mata
pencaharian yang cukup mapan untuk tempat bergantung hidup.
Menurut Soerjono Soekanto
kemiskinan merupakan suatu keadaan di mana seseorang tidak sanggup
memelihara dirinya sandiri sesuai dengan
taraf kehidupan kelompok dan juga tidak mampu memanfaatkan tenaga mental maupun
fisiknya dalam kelompok teresebut”.Kemiskinan
merupakan suatu kondisi
ketidakmampuan seseorang
untuk mencukupi kebutuhan
hidup sehari-hari. Menurut Levitan, kemiskinan di definisikan
sebagai suatu keadaan kekurangan barang-barang
dan pelayanan-pelayanan yang
dibutuhkan untuk mencapai standar
hidup yang layak.Kemiskinan
sesungguhnya bukan semata-mata
kurangya pendapatan untuk memenuhi
kebutuhan hidup pokok
atau standar hidup layak,
namun lebih dari
itu esensi kemiskinan
adalah menyangkut kemungkinan atau
probabilitas orang atau
keluarga miskin itu untuk
melangsungkan dan mengembangkan
usaha serta taraf kehidupannya.
Secara garis besar, kemiskinan dapat dibedakan menjadi dua, yaitu kemiskinan
relatif dan kemiskinan absolut.
a)
.kemiskinan relatif adalah
kemiskinan yang tidak berhubung dengan garis kemiskinan, kemiskinan jenis ini
berasal dari prefektif masing-masing orang, yaitu sebab orang itu merasa
miskin. Kemiskinan jenis ini bisa menimpa siapa saja. Sebagai contoh, bila
seorang pegawai dengan pendapatan 5 juta perbulan mengetahui rekan sekantornya
yang selevel mempunyai pendapatan yang nilainya 3x lipat, seketika pegawai itu
akan merasa marah, geregetan. Pada kondisi itu pegawai itu mengalami kemiskinan
relatif atau orang yang sudah mempunyai tingkat pendapatan yang dapat memenuhi
kebutuhan dasar minimum tidak selalu berarti tidak miskin, ada ahli yang
berpendapat bahwa meskipun sudah mencapai tingkat kebutuhan dasar minimum
tetapi masih jauh lebih rendah di bandingkan dengan keadaan masyarakat
sekitarnya, maka orang itu masih berada dalam keadaan miskin. ini terjadi sebab
kemiskinan lebih banyak di tentukan oleh keadaan sekitarnya, daripada
lingkungan orang yang bersangkutan.
b)
kemiskinan absolut adalah
situasi dimana penduduk atau sebagian penduduk yang hanya dapat memenuhi
makanan, pakaian, dan perumahan yang sangat diperlukan untuk mempertahankan
tingkat kehidupan yang minimum. Sebuah contoh dari pengukuran absolut adalah
persentase dari jumlah makanan yang dikonsumsi dibawah jumlah yang cukup untuk
menopang kebutuhan tubuh manusia (kira kira 2000-2500 kalori per hari untuk
laki laki dewasa). Kemiskinan absolut sebagai hidup dengan pendapatan dibawah
USD $1/hari dan Kemiskinan menengah untuk pendapatan dibawah $2 per hari.
F.
Pokok Masalah
Adapun pokok masalah terkait
penyebab kemiskinan masyarakat nelayan, diantaranya:
1.
Kondisi Alam. Kompleksnya
permasalahan kemiskinan masyarakat nelayan terjadi disebabkan masyarakat
nelayan hidup dalam suasana alam yang keras yang selalu diliputi ketidakpastian
dalam menjalankan usahanya.
2.
Tingkat pendidikan nelayan. Nelayan yang
miskin umumnya belum banyak tersentuh teknologi modern, kualitas sumber daya
manusia rendah dan tingkat produktivitas hasil tangkapannya juga sangat rendah.
3.
Pola kehidupan nelayan. Pola hidup konsumtif
menjadi masalah laten pada masyarakat nelayan, dimana pada saat penghasilan
banyak, tidak ditabung untuk persiapan paceklik, melainkan dijadikan kesempatan
untuk membeli kebutuhan sekunder.
4.
Pemasaran hasil tangkapan. Tidak semua daerah
pesisir memiliki Tempat Pelelangan Ikan (TPI). Hal tersebut membuat para
nelayan terpaksa untuk menjual hasil tangkapan mereka kepada tengkulak dengan
harga di bawah harga pasar.
5.
Program pemerintah yang belum memihak
nelayan, kebijakan pemerintah yang tidak memihak masyarakat miskin, banyak
kebijakan terkait penanggulangan kemiskinan bersifat top down dan selalu
menjadikan masyarakat sebagai objek, bukan subjek. Kebijakan yang pro nelayan
mutlak diperlukan, yakni sebuah kebijakan sosial yang akan mensejahterakan
masyarakat dan kehidupan nelaya.
Gambar 1,
Struktur Masalah Kemiskinan Nelayan
Secara garis besar,
dapat dikatakan bahwa penyebab kemiskinan setidaknya terkait dengan tiga
dimensi (Aulia, 2009), yaitu :
§ Dimensi Ekonomi
Kurangnya sumber daya yang dapat
digunakan untuk meningkatkan kesejahteraan orang, baik secara financial ataupun
segala jenis kekayaan yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
§ Dimensi Sosial dan
Budaya
Kekurangan jaringan sosial dan struktur
yang mendukung untuk mendapatkan kesempatan agar produktivitas seseorang
meningkat.
§ Dimensi Sosial dan
Politik
Rendahnya derajat akses terhadap kekuatan
yang mencakup tatanan sistem sosial politik.
Kusnadi, (2002) mengidentifikasi
sebab-sebab pokok yang menimbulkan kemiskinan pada masyarakat nelayan:
a)
Belum adanya kebijakan dan aplikasi pembangunan kawasan pesisir dan
masyarakat nelayan yang terintegrasi atau terpadu di antara para pelaku
pembangunan.
b)
Mendorong pemda merumuskan blue print kebijakan pembangunaan
kawasan pesisir dan masyarakat nelayan secara terpadu dan berkesinambungan.
c)
Masalah isolasi geografis desa nelayan, sehingga menyulitkan keluar
masuk barang, jasa, kapital, dan manusia. Berimplikasi melambatkan dinamika
sosial, ekonomi, dan budaya masyarakat nelayan.
d)
Keterbatasan modal usaha atau investasi sehingga menyulitkan
nelayan meningkatkan kegiatan ekonomi perikanannya.
e)
Adanya relasi sosial ekonomi ”eksploitatif” dengan pemilik perahu
dan pedagang perantara (tengkulak) dalam kehidupan masyarakat nelayan.
f)
Rendahnya tingkat pendapatan rumah tangga nelayan, berdampak
sulitnya peningkatan skala usaha dan perbaikan kualitas hidup.
g)
Kesejahteraan sosial nelayan yang rendah sehingga mempengaruhi
mobilitas sosial mereka.
Para pakar ekonomi sumberdaya melihat
kemiskinan masyarakat pesisir, khususnya nelayan lebih banyak disebabkan karena
faktor-faktor sosial ekonomi yang terkait karakteristik sumberdaya serta
teknologi yang digunakan.Faktor-faktor yang dimaksud membuat nelayan tetap
dalam kemiskinannya.
Subade dan Abdullah (1993), mengajukan
argumen bahwa nelayan tetap tinggal pada industri perikanan karena rendahnya
opportunity cost mereka. Opportunity cost nelayan, menurut definisi, adalah
kemungkinan atau alternatif kegiatan atau usaha ekonomi lain yang terbaik yang
dapat diperoleh selain menangkap ikan. Dengan kata lain, opportunity cost
adalah kemungkinan lain yang bisa dikerjakan nelayan bila saja mereka tidak
menangkap ikan. Bila opportunity cost rendah maka nelayan cenderung tetap
melaksanakan usahanya meskipun usaha tersebut tidak lagi menguntungkan dan
efisien.
Panayotou (1982), mengatakan bahwa
nelayan tetap mau tinggal dalam kemiskinan karena kehendaknya untuk menjalani
kehidupan itu (preference fora particular way of life).Pendapat Panayotou
(1982) ini dikalimatkan oleh Subade dan Abdullah (1993) dengan menekankan bahwa
nelayan lebih senang memiliki kepuasaan hidup yang bisa diperolehnya dari
menangkap ikan dan bukan berlaku sebagai pelaku yang semata-mata beorientasi
pada peningkatan pendapatan.Karena way of life yang demikian maka apapun yang
terjadi dengan keadaannya, hal tersebut tidak dianggap sebagai masalah baginya.
Way of life sangat sukar dirubah. Karena itu maka meskipun menurut pandangan
orang lain nelayan hidup dalam kemiskinan, bagi nelayan itu bukan kemiskinan
dan bisa saja mereka merasa bahagia dengan kehidupan itu.
G. Program pemerintah untuk menekan nelayan
marjinal
Banyak program telah dilakukan pemerintah
untuk menanggulangi kemiskinan nelayan.Program yang bersifat umum antara lain :
a.
Program Inpres Desa Tertinggal (IDT).
b.
Program Keluarga Sejahtera.
c.
Program Pembangunan Prasarana Pendukung
Desa Tertinggal (P3DT),
d.
Program Pengembangan Kecamatan (PPK).
e.
Program Jaring Pengaman Sosial (JPS).
Sedangkan program yang secara khusus
ditujukan untuk kelompok sasaran masyarakat nelayan antara lain :
a.
program Pemberdayaan Masyarakat Pesisir
(PEMP)
b.
Program Pengembangan Usaha Perikanan
Tangkap Skala Kecil (PUPTSK).
Namun, secara umum program-program
tersebut tidak membuat nasib nelayan menjadi lebih baik daripada sebelumnya.
Salah satu penyebab kurang berhasilnya program-program pemerintah dalam
menanggulangi kemiskinan nelayan adalah formulasi kebijakan yang bersifat top
down. Formula yang diberikan cenderung seragam padahal masalah yang dihadapi
nelayan sangat beragam dan seringkali sangat spesifik lokal.Di samping itu,
upaya penanggulangan kemiskinan nelayan seringkali sangat bersifat teknis
perikanan, yakni bagaimana upaya meningkatkan produksi hasil tangkapan,
sementara kemiskinan harus dipandang secara holistik karena permasalahan yang
dihadapi sesungguhnya jauh lebih kompleks dari itu.
Oleh karena itu, perlu sekali diterbitkan
sebuah kebijakan sosial yang berisikan keterpaduan penanganan kemiskinan
nelayan sebagaimana yang mereka butuhkan, kebijakan tersebut juga harus
didukung oleh kebijakan yang diterbitkan oleh pemerintah kabupaten atau kota
dimana terdapat masyarakat miskin khususnya masyarakat yang berprofesi sebagai
nelayan. Tujuannya adalah untuk menghilangkan keegoan dari masing-masing
pemangku kepentingan. Keterpaduan tersebut adalah sebagai berikut :
Pertama, keterpaduan sektor
dalam tanggung jawab dan kebijakan. Keputusan penanganan kemiskinan nelayan
harus diambil melalui proses koordinasi di-internal pemerintah, yang perlu
digaris bawahi adalah kemiskinan nelayan tidak akan mampu ditangani secara
kelembagaan oleh sektor kelautan dan perikanan, melainkan seluruh pihak
terkait.
Kedua, keterpaduan
keahlian dan pengetahuan, untuk merumuskan berbagai kebijakan, strategi, dan
program harus didukung berbagai disiplin ilmu pengetahuan dan keahlian,
tujuannya adalah agar perencanaan yang disusun betul-betul sesuai dengan
tuntutan kebutuhan masyarakat nelayan.
Ketiga, keterpaduan
masalah dan pemecahan masalah sangat diperlukan untuk mengetahui akar
permasalahan yang sesungguhnya, sehingga kebijakan yang dibuat bersifat
komprehensif, dan tidak parsial.
Keempat, keterpaduan
lokasi, memudahkan dalam melakukan pendampingan, penyuluhan dan pelayanan
(lintas sektor), sehingga program tersebut dapat dilakukan secara efektif dan
efesien.
Kegagalan penanganan kemiskinan nelayan
ini selama ini, disamping kurangnya keterpaduan, juga terdapatnya berbagai
kelemahan dalam perencanaan. Untuk itu dalam proses perencanaan harus
unsur-unsur sebagai berikut :
1.
Perumusan sasaran yang jelas, berupa; hasil akhir yang diharapkan
dari kegiatan yang dibuat, kelembagaan yang bertanggung jawab, serta objek dari
kegiatan.
2.
Pengidentifikasian situasi yang ada, yaitu dengan mempertimbangkan
faktor internal (kekuatan dan kelemahan) dan eksternal (peluang dan ancaman),
tujuannya untuk mengetahui kondisi sesungguhnya tentang objek yang akan
ditangani. Selanjutnya akan memudahkan dalam menyusun berbagai strategi yang
mendukung penanganan kemiskinan nelayan.
3.
Penentuan tujuan harus bersifat spesifik (objek, kegiatan, dibatasi
waktu dan terukur), sehingga pengentasan kemiskinan nelayan jelas siapa
sasarannya dan jenis kegiatan yang akan dilakukan, dan selanjutnya berapa lama
waktu yang dibutuhkan dalam pencapaian tujuan dapat ditentukan dengan jelas.
4.
Menganalisa keadaan, pelaksanaan kegiatan harus disesuaikaan antara
ketentuan yang telah ditetapkan dengan realitas yang ada dilapangan, dan
apabila terjadi permasalahan diluar dugaan, maka perlu segera dibuatkan
strategi dan tindakan baru untuk menutup jurang perbedaan.
5.
Pendampingan, monitoring dan evaluasi, pendampingan harus dilakukan
awal kegiatan dilaksanakan, sampai pasca kegiatan, sehingga akan menjadi bahan
evaluasi, apakah kegiatan telah dilaksanakan sesuai dengan tujuan yang telah
ditetapkan.
Selanjutnya melalui konsep yang
dikemukakan ini akan dapat dirumuskan berbagai strategi pengentasan kemiskinan
seperti: perluasan kesempatan kerja, pemberdayaan kelembagaan masyarakat,
peningkatan kapasitas kelembagaan dan SDM, perlindungan sosial, dan penataan
kemitraan global.
Menurut
Bagong Suyantao, ada
dua strategi yang
dapat dilakukan untuk memberantas
kemiskinan yang ada
pada masyarakat nelayan khususnya
nelayan kecil atau
nelayan tradisional. Strategi tersebut
dapat dilihat dalam
tabel di bawah ini:
Table
1.4
Startegi
pengentasan kemiskinan struktural nelayan tradisionl
Stategi
|
Tujuan
|
Program
|
Modernisasi
nelayan tradisional
|
Memberi
kesempatan nelayan
tradisional berubah
status menjadi
nelayan modern
|
1. Bantuan modal usaha
2. Bantuan
teknologi
Modern
|
Revitalisasi nelayan tadisional
|
Memperkuat
penyangga ekonomi
dan posisi
tawar
nelayan
tradisional
|
1. Diversifikasi usaha non perikanan
2. Bantuan
modal usaha dan kebutuhan
konsumsi di musim paceklik melaut kelompok-kelompok lokal
yang sudah terbentuk
3.Pemberdayaan
permpuan dan lansia keluarga nelayan tradisional
|
Sumber:
Bagong Suyanto, 2004
Gambar : Pola penanggulangan kemiskinan masyarakat nelayan
|
Selanjutnya melalui konsep yang dikemukakan ini akan dapat dirumuskan berbagai strategi pengentasan
kemiskinan seperti: perluasan kesempatan kerja, pemberdayaan kelembagaan
masyarakat, peningkatan kapasitas kelembagaan dan SDM, perlindungan sosial, dan
penataan kemitraan global.
Nelayan desa Labuan
kertasari saat ini sangat termarjinalkan
ini disebabkan karena banyak faktor. Di antara faktor-faktor tersebut adalah
banyaknya pembangunan, alat penangkap ikan modern yang masuk di dalam desa
Labuan kertasari, sehingga banyak nelayan yang merasa tersaingi dan tidak mampu
bersaing dalam hal ini.Nelayan tidak dapat berbuat apa-apa melihat kejadian
ini, mereka hanya pasrah terhadap kejadian yang terjadi.Mereka hanya dapat
mengeluh kesah terhadap nasip mereka yang tidak dapat bersaing dengan nelayan
yang mempunyai alat-alat penangkapan ikan yang modern.
Perhatianpemerintah
akan nelayan-nelayan termajinalkan ini juga sangat kurang. Sehingga nelayan
hanya bisa berharap pada apa yang terjadi sekarang. Mereka ingin berubah,
mereka juga ingin mempunyai peralatan moder seperti apa yang dimiliki oleh
nelayan-nelayan modern, tapi itu adalah sebuah angan-angan mereka yang mungkin
tidak akan dapat di relisasikan.
Nelayan tidak mampu
berbuat apa-apa, apa yang mereka miliki sekarang, itulah yang menjadi suatu
usaha yang harus dimaksimalkan sehingga dapat menghasilkan uang untuk
menghidupi diri dan keluarganya. Terkadang pemerintah menjadi bahan kicauan
ditengah termerjinalkanya nelayan-nelayan ini, namuan bantuan yang diharapkan
tidak mampu mengubah nasip meraka.
Di antara alat-alat
yang digunakan untuk menangkap ikan yaitu jaring dan pancing. Jarring dan
pancing terkadang di anggap ketinggalan zaman karena kalah saing dengan
alat-alat penangkap ikan modern yang lain. Sehingga nelayan yang hanya
manggunakan jarring dan pancing terpengaruh penghasilanya terhadap hadirnya
peralatan-peralatan modern yang hadir ditengah masyarakat saat ini.
Masalah keuangan
selalu menjadi masalah dalam menghadapi sebuah persaingan dalam kehidupan
nelayan.Alat-alat modern hanya dapat dimiliki jika kita mempunyai uang untuk
membelinya.Masalah ini yang menjadi sebuah momok atau masalah besar bagi
nelayan yang tidak memilinya.Mereka mau tidak mau harus kalah bersaing dengan
nelayan-nelayan yang modern yeng memiliki uang untuk membeli alat-alat
penangkap ikan modern.
Jika kita melihat
nelayan di Jepang yang menggunakan peralatan modern dalam menangkap ikan dan
perahu modern pendapatannya jauh lebih besar dibandingkan dengan nelayan yang
ada di Kertasari yang hanya menggunakan peralatan seadanya dalam menangkap
ikan.Sehingga, pendapatanya sangat jauh berbeda.
Nelayan kertasari
saat ini hanya menggunakan peralatan yang ala kadarnya, tidak ada pembaharuan
dari tahun ketahun.Sehingga, pendapatanya tidak kunjung bertambah. Jika, tidak
ada pembaharuan peralatan maupun perahu maka selamanya nelayan desa Labuan
kertasari akan termarjinalkan.
Berdasarkan hasil penelitian atau dinamika
marjinalisasi nelayan di desa kertasari kecamatan taliwang kabupeten sumbawa
barat. Sangat prihatin terhadap kondisi dan keadaan masyarakat nelayan yang saat
ini diperlukan campur tangan pemerintah setenpat agar kebutuhan para nelayan di
desa kertasari kecamatan taliwang dapat terpenuhi,sehingah pencaharian ikan
tidak ada kejanggalan atau kesulitan dalam hal apapun. Kebutuhan-kebutuhan para
nelayan yang dimaksudkan adalah’’
1.
Regulasi atau kebijakan antara nelayan tradisional
Pemerintah setempat kurang memahami atau
kurang perhatian terhadap masalah-masah yang dihadapi para nelayan, salah satu
persoalannya yang di hadapinya tidak sesuai dengan regulasi atau kebijakan
dalam hal wilaya penengkapan ikan antara nelayan tradisional atau nelayn modern
yang saat ini menjadi gejolak antara dua hal itu.karna nelayan tradisional
mempunyai kebebasan dalam penangkapan ikan(wilaya penangkapan tidakjauh dari
bibir laut atau panti).
Sementara nelayan modern mengunakan semua
wilayah laut termasuk wilaya penangkapan nelayan tradisional dan pada akhirnya
sering kali terjadi pertikean di antara kedua belah pihak (nelayan tradisional
dan nelayan modern).
2.
Kebutuhan para nelayan dalam penangkapan
Dari hasil penagkapan,pemerintah hanya
tutup muka dalam hal marjinal nealayann khususnya nelayan di desa kertasari
kecamatan taliwang.
Adapun kebutuhan-kebutuhan nelayan untuk
penangkapan ikan,sebagai berikut :
a)
Perahu mesin
b)
Jarring
c)
Peralatan-peralatan lainnya
Dari uraian diatas para nelayan akan
optimal dan meningkatkan perekonomiannya,dalam hal meningkatkan sehingga
tercipta kesejahtraan masyarakat pesisir pantai (nelayan), itulah harapan
mereka.
Dinamika pemerintah setempat saat ini baik
pemerintah maupun legislatip hanya mementingkan pembangunain infrastruktur
saja,seperti’’ jalan,irigasi,peternakan yang selalu di bahas,karna semua itu
lebih enak dikerjakan daripada program perikanan dan kelautan,yang ruwet dan
tidak megerti ujarnya pemerintah setempat. Oleh karena itu diperlukan akademisi
kebutuhan untuk memberikan sosialisasi kepada pemerintah dan
legislatip,sehingga pengetahun kelautan dan pentingnya memehami kebutuhan masyarakat pesisir
laut(nelayan),dengan demikian tercapailah kesejahtraan nelayan di desa
kertasari kecamatan taliwang.
Untuk
meningkatkan kesejataraan nelayan, peran pemerintah dalam hal ini perlu adanya
pemberdayaan dan perlindungan terhadap para nelayan. Hal ini dapat dilihat dari
instansi pemerintah yang terkait dengan nelayan tradisional, dalam hal ini
Dinas Perikanan dan Kelautan harus melakukan perlindungan dan pemberdayaan
terhadap para nelayan tradisional, dengan maksud untuk kesejatraan masyarakat
nelayan setempat, perlu disadari juga peran pemerintah disini sangat dinanti
oleh masyarakat khususnya para nelayan tradisional agar pendapatan dan taraf
hidupnya bisa tercukupi, hal-hal yang harus ditempuh oleh pemerintah sehingga
para nelayan tidak merasa termarjinalkan. Oleh karna itu peran pemerintah sagat
dibutuhkan, Dengan tujuan agar masyarakat nelayan tradisional bisa hidup layak,
dan bersaing dengan nelayn modern.
Pemerintah
seharusnya memberikan peralata yang dapat menunjang pendapatan nelayan seperti
: jarring, perahu mesin, dan peralatan modern lainnya.
Hasil
wawancara dengan para nelayan di desa Labuan retasari adalah sebagai berikut :
Harus Ada Modernisasi Peralatan Nelayan
Tradisional kesejahteraan nelayan tradisional masih sulit diraih.Karena itu,
perlu modernisasi peralatan."Sebab, nelayan tradisional harus mencari ikan
di wilayah yang lebih jauh dari yang mampu dijangkaunya.dalam mencari ikan,
peralatan yang digunakan nelayan tradisional hanya mengandalkan perahu tanpa
mesin dan jaring ataupun pancing.Akibatnya, hasil tangkapan hanya untuk
memenuhi kebutuhan sehari-hari. "Hanya sebagian kecil saja nelayan
tradisional yang memiliki perahu bermesin 5 PK. Namun, karena di wilayah
perairan di bawah 10 mil dari garis pantai kepiting dan ikan semakin sulit
dicari, nelayan tradisional terpaksa berhadapan dengan nelayan-nelayan yang
mempunyai peralatan melaut yang canggih, mereka dapat melaut kapan saja dia
mau, tidak tergantung dengan kondisi
laut karena per alatan mereka canggih," Selain itu, nelayan yang sudah memiliki peralatan yang
canggih dan bisa mendeteksi keberadaan ikan sehingga bisa menangkap ikan dengan
sangat mudah. "Sementara nelayan tradisional hanya mengandalkan peralatan
sederhana. Seberapa yang bisa mereka tangkap," UjarDaeng sahabbudin .
Daeng sahabbudin menilai, pemerintah seharusnya
memperhatikan nasib nelayan tradisional dengan cara memberikan peralatan
modern,seperti perahu mesin,pukat,jarring dan alat-alat modern lainnya.
"Modernisasi peralatan merupakan keharusan, Kekayaan laut hayati melimpah
ruah, seharusnya nelayan bisa sejahtera, tak ada lagi yang miskin,"
Ujarnya.
Nelayan tradisional juga Ujar Daeng
sahabbudin , harus diberi perlindungan dari
masuknya nelayan-nelayan yang memiliki peralatan canggih dan yang merusak
seperti pukat dan bom ikan yang kerap menganggu dengan memasuki wilayah tangkap
nelayan tradisional."Masalah pukat dan bom ikan dari dulu tidak kunjung
selesai, seolah tak ada penegakan hukum di laut.Bahkan mereka berani mencuri
ikan di tuasan nelayan tradisional, ini sangat memprihatinkan," Ujarnya.
Menurutnya, rusaknya terumbu karang
dan mangrove menjadi penyebab semakin berkurangnya ikan di pinggiran.Padahal,
di lokasi tersebut tempat berkembangbiaknya ikan-ikan dan biota laut yang
mencukung ekosistem pesisir."Kerusakan terumbu karang tidak lepas dari
operasional pukat yang sebenarnya tidak pernah ada regulasi yang mengizinkan
beroperas begitu juga dengan kerusakan mangrove, harus segera
direhabilitasi".
MenurutDaeng pukding, salah seorang nelayan di Desa kertasari,
Kecamatan taliwang mengatakan, sejak beroperasinya pukat di wilayah tangkap
nelayan tradisional, dirinya bersama rekan seprofesinya terpaksa ke tengah
karena di pinggiran sudah sulit mendapatkan ikan. "Kalau tak ke tengah tak
dapat ikan" Ujarnya.
Harapan para nelayan
agar pemerintah harus ikut campur terhadap masalah yang dihadapi oleh nelayan
ini.Agar para nelayan tidak merasa termarjinalkan terus. Meraka butuh peralatan
yang dapat menunjang pendapatan mereka seperti pukat,jaring,perahu mesin dan
alat-alat modern lainnya.
Menurut kusnadi
kemiskinan yang diderita
masyarakat nelayan itu bersumber
dari dua hal:
pertama, faktor alamiah,
yaitu faktor yang berhubungan
dengan Fluktuasi musim
ikan, saat musim ikan
banyak maka pendapatan
yang diperoleh para
nelayan bisa terjamin, sebaliknya
apabila saat tidak musim ikan para nelayan akan mengalami kesulitan
mencukupi kebutuhan sehari-hari
mereka, dan keadaan itu
terus dialami oleh
para nelayan dalam
setiap tahunnya
.Kedua, faktor non alamiah,
faktor ini berhungan dengan keterbatasan daya jangkau teknologi penangkapan,
ketimpangan dalam pranata bagi hasil,
ketiadaan jaminan sosial awak perahu, dan jaringan pemasaran ikan yang
rawan terhadap fluktuasi
harga, keterbatasan teknologi pengolahan hasil ikan, dampak
negatif modernisasi, serta terbatasnya peluang-peluang kerja yang bisa di akses
oleh rumahtangga nelayan.Kondisi-kondisi
aktual yang demikian
dan pengaruh terhadap kelangkaan
sumberdaya akan senantiasa
menghadapkan rumahtangga nelayan ke
dalam lingkaran kekurangan.
H.
Perbandingan Nelayan
Tradisional Dan Nelayan Modern
Adapun table perbandingan nelayan
tradisional dan nelayan modern beserta peralatannya akan tersaji sebagai
berikut :
1. Nelayan
tradisional
Nelayan tradisional secara umum disebut nelayan yang
memanfaatkan sumber daya perikanan dengan peralatan tangkap tradisional, modal
usaha yang kecil, dan organisasi penangkapan yang relatif sederhana.Dalam
kehidupan sehari-hari, nelayan tradisional lebih berorientasi pada pemenuhan
kebutuhan sendiri.Dalam arti hasil alokasi hasil tangkapan yang dijual lebih
banyak dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan pokok sehari -hari, khususnya
pangan, dan bukan diinvestasikan kembali untuk pengembangan skala usaha. Berbeda
dengan nelayan modern yang acapkali mampu merespon perubahan dan lebih kenyal
dalam menyiasati tekanan perubahan dan kondisi over fishing, nelayan
tradisional seringkali justru mengalami proses marginalisasi dan menjadi korban
dari program pembangunan dan modernisasi perikanan yang sifatnya a-historis.
Akibat keterbatasan teknologi yang dimiliki, ruang-gerak nelayan tradisional
umumnya sangat terbatas, mereka hanya mampu beroperasi di perairan pantai (inshore).
Sejak krisis mulai merambah ke berbagai wilayah
pertengahan tahun 1997, nelayan tradisional boleh dikategorikan sebagai
kelompok masyarakat pesisir yang paling menderita dan merupakan korban pertama
dari perubahan situasi sosial -ekonomi yang terkesan tiba-tiba, namun
berkepanjangan. Bisa dibayangkan, apa yang dapat dilakukan nelayan tradisional
selatan untuk bertahan dan melangsungkan kehidupannya, jika dari hari ke hari
potensi ikan di laut makin langka karena cara penangkapan yang berlebihan.
Dengan hanya mengandalkan pada perahu tradisional dan alat tangkap ikan yang
sederhana, jelas para nelayan tradisional ini tidak akan pernah mampu bersaing
dengan nelayan modern yang didukung perangkat yang serba canggih. Beberapa
contoh nelayan yang termasuk tradisional adalah nelayan jukung, nelayan
pancingan,dan lain-lain.
Proses demikian masih terus berlangsung hingga
sekarang dan dampak lebih lanjut yang sangat terasakan oleh nelayan tradisional
yang
ada di desa kertasari adalah semakin menurunnya tingkat pendapatan mereka dan sulitnya
memperoleh hasil tangkapan. Sementara kapal penangkapan dengan teknologi alat
tangkap yang lebih besar dan selayaknya beroperasi di laut lepas terus
membayangi mereka. Bahkan belakangan ini kelompok nelayan dengan alat tangkap
modern seperti trawl dan purse sein semakin mendekati kawasan
pantai yang dapat dikatakan sebagai kawasan sumberdaya hayati laut.
2.
Nelayan modern
Nelayan modern adalah nelayan yang lebih maju
peralatannya seperti motor temple atau kapal motor. semi modern nelayan yang
telah menggunakan teknologi penangkap ikan Penguasaan sarana perahu motor
semakin membuka peluang nelayan untuk menangkap ikan di wilayah perairan yang
lebih jauh dan memperoleh surplus dari hasil tangkapan tersebut karena
mempunyai daya tangkap yang lebih besar. Pada jenis ini, nelayan sudah
berorientasi pasar. Nelayan yang mengunakan teknologi penangkapan modern dan
efektif dilengkapi dengan mesin bantu. Mengunakan motor laut (marine engine)
yang memiliki kemampuan jelajah hingga perairan Zona Ekonomi Eksklusif dan laut
lepas, kemampuan lama operasional dilaut hingga berbulan-bulan. Menggunakan alat penangkap ikan
dengan tingkat eksploitasiproduktif.Penyimpanan ikan dilengkapi dengan mesin
pendingin.
Alattangkap modern yang saat initerusberoperasi di wilaya penangkapan
nelayan tradisional,seharusnya nelayan yang mempunyai pelaratan yang canggi
(modern) sudahtidakselayaknyamenangkap ikan dikawasan nelayan
tradisional.Kondisiinikianmempersulitnelayantradisionapesisir yang
padaumumnya,nelayanmodern yang memiliki peralatan canggi.Disampingdesakanekologiperikanansendiri
yang terusmengalamitekananeksploitasiberlebihandenganmasuknyanelayan modern
degan peralatan modernnya,sehingga membuat nelayan tradisionan semakin
kesulitan untuk mencari ikan.
BAB V
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan
pada bab IV dapat di tarik kesimpulan adalah sebagai berikut:
1.
Strategi
penanggulangan kemiskinan yang dilakukan oleh pemerintah sampai saat ini secara
faktual belum dapat mengangkat tingkat kehidupan dan taraf hidup bagi
masyarakat nelayan. Program yang dicanangkan oleh pemerintah pusat terhadap
masyarakat nelayan hanyalah bersifat sementara dalam arti hanya untuk memenuhi
kebutuhan yang mendesak sementara program program secara berkesinambungan belum
dapat terealisasi.
2.
Berbagai
karakteristik yang turut mempengaruhi masalah kemiskinan bagi masyarakat
nelayan antara lain disebabkan masih rendahnya tingkat pendidikan nelayan
dimana berdasarkan hasil penelitian menunjukan bahwa sebagian besar masyarakat
nelayan memiliki latar belakang pendidikan SLTP. Dengan latar belakang
pendidikan yang rendah tentu akan berdampak pada aktivitas bagi masyarakat
nelayan. Secara umum nelayan yang memiliki latar belakang pendidikan yang
rendah adalah terdapat pada nelayan yang miskin. Pola hidup masyarakat nelayan
secara umum masih bersifat tradisional, hal ini dibuktikan dengan akses dalam
berusaha masih menggunakan teknologi tradisional seperti menggunakan dayung,
serta masih tergantung pada musim, kawanan ikan serta tradisi dalam melaut yang
diwariskan oleh nenek moyang mereka.
3.
Kompleksnya
permasalahan kemiskinan masyarakat nelayan terjadi disebabkan masyarakat
nelayan hidup dalam suasana alam yang keras yang selalu diliputi ketidakpastian
(uncertainty) dalam menjalankan usahanya. Musim paceklik yang selaludatang tiap
tahunnya dan lamanya pun tidak dapat dipastikan akan semakin membuat masyarakat
nelayan terus berada dalam lingkaran setan kemiskinan (vicious circle) setiap
tahunnya.
4.
Ada
berbagai faktor yang mempengaruhi tingkat kemiskinan nelayan antara lain :
minimnya ketrampilan nelayan dalam penguasaan peralatan, kurangnya memperoleh
permodalan, belum tersedianya lembaga yang menampung dan menghimpun masyarakat
nelayan dalam memperoleh wawasan dan pengetahuan terhadap bidang perikanan,
sikap mental nelayan, pola hidup konsumtif serta kurangnya perhatian pemerintah
khususnya pemerintah desa dalam memberikan motivasi kepada masyarakat nelayan.
B. Saran
Berdasarkan
kesimpulan yang yang telah dikemukakan diatas , maka pemerintah Desa harus
memperhatikan beberapa hal antara lain:
1.
Dilihat
dari segi teknologi yang digunakan masyarakat nelayan, pada umumnya masih
bersifat tradisional. Karena itu maka produktivitas rendah dan akhirnya
pendapatan rendah. Melalui kesempatan ini diperlukan upaya meningkatkan pendapatan
melalui perbaikan teknologi, yakni mulai dari teknologi produksi hingga pasca
produksi dan pemasaran.
2.
Perlunya
pemberian bantuan berupa paket modal untuk pembelian peralatan seperti alat
pendingin antara lain coolbooks serta peralatan yang lebih canggih serta usaha
motorisasi melalui paket kredit ringan serta perlu mengevaluasi setiap nelayan
yang layak diberikan peralatan modern.
3.
Hendaknya
pemerintah desa lebih berperan aktif dalam memberikan peralatan-peralatan seperti perahu mesin, jarring, dan peralatan
lainnya. Agar dapat direalisasikan tingkat produktivitas serta pendapatan bagi
masyarakat nelayan.
4.
Perlunya
merubah pola kehidupan nelayan. Hal ini terkait dengan pola pikir dan
kebiasaan. Pola hidup konsumtif harus dirubah agar nelayan tidak terpuruk
ekonominya serta pendapatan para nelayan.
5.
Perlunya
sebuah kebijakan sosial dari pemerintah yang berisikan program yang memihak
nelayan .Kebijakan pemerintah terkait penanggulangan kemiskinan harus bersifat
bottom up sesuai dengan kondisi, karakteristik dan kebutuhan masyarakat
nelayan. Kebijakan yang lahir berdasarkan partisipasi atau keterlibatan
masyarakat nelayan, bukan lagi menjadikan nelayan sebagai objek program,
melainkan sebagai subjek. Selain itu penguatan dalam hal hukum terkait zona
tangkap, penguatan armada patroli laut, dan pengaturan alat tangkap yang tidak
mengeksploitasi kekayaan laut dan ramah lingkungan, serta perlunya hak-hak yang
diberikan kepada masyarakat nelayan dalam mengelola laut dan wilayah pesisir
tanpa dibatasi dengan UU ataupun dalam bentuk hukum lainnya.
Daftar Pustaka
https://wongdesmiwati.wordpress.com/2013/01/22/bab-i-pendahuluan. di unduh selasa 18
agustus 2015
Sugiyono; 2013
.metode penelitian kuantitatif
kualitatif dan R&D. Bandung : A lfabeta
Moleong ;2003 .
metode penelitian kualitatif.Bandung : Alfabeta
http://nasional.tempo.co/read/news/2015/05/25/058669287/tingkat-kemiskinan-di-ntb-masih-cukup-tinggi. di unduh sabtu 12
sebtember 2015
http://www.republika.co.id/berita/nasional/daerah/15/01/07/nht8sy-angka-kemiskinan-provinsi-ntb-masih-tinggi. di unduh sabtu 12
sebtember 2015
http://andreaspieter.blogspot.co.id/2012/04/masyarakat-marginal.html. di unduh selasa 18 agustus 2015
http://azisthediver.blogspot.co.id/2009/11/nelayan-tradisional-secara-umum-disebut.html. di unduh rabu 22
juli 2015
http://ipsgampang.blogspot.co.id/2015/10/kemiskinan-mutlak-absolut-dan.html. diunduh rabu 10
februari 2016
Tidak ada komentar:
Posting Komentar