KATA
PENGANTAR
Puji
syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala petunjuk-Nya sehingga
makalah dengan judul Proses penyembuhan luka dapat terselesaikan dengan baik
dan lancar.
Penyusun
mengucapankan terima kasih kepada semua pihak yang telah mendukung penyusunan
makalah baik secara moral, material dan spiritual. Tidak lupa terima kasih juga
penulis haturkan kepada sunarto s,kep Selaku dosen Pembimbing serta teman -
teman sekalian yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu.
Makalah
ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah manajemen wound. Serta Penugasan
harian ini bertujuan untuk memberikan pemahaman lebih lanjut mengenai pross
perawatan luka,
Demikian
penulisan makalah ini kami buat, semoga bermanfaat bagi penulis khusunya, dan
pembaca pada umumnya. Penyusun mohon maaf jika dalam penulisan terdapat
kesalahan. Tidak lupa penulis menantikan kritik dan saran yang membangun untuk
perbaikan makalah yang akan datang.
Semarang, 12 desember 2010
Penyusun
BAB
I
PENDAHULUAN
- LATAR BELAKANG
Luka
adalah rusaknya struktur dan fungi anatomis normal akibat proses patologis yang
berasal dari internal maupun external dan mengenai organ tertentu. (Layarus et
al,1994). Sistem klasifikasi luka memberikan gambaran tentang status integritas
kulit, penyebab luka, keparahan atau luasnya cidera atau kerusakan jaringan,
kebersihan luka atau gambaran kualitas luka misalnya luka.
Berbagai
klasifikasiitu tumpang tindih misalnya luka terkena pisau disebut luka terbuka,
dan luka kontensio di sebut luka tertutup. Adanyaberbagai klasifikasi luka
memudahkan perawat untuk memahami resiko yang brhubungan dengan luka dan implikasi keperawatanya
Penyembuhan
luka melibatkan integritas proses fisiologos , sifat peda penyembuhan luka
prinsipnya sama. Dengan variasinya bergantung pada lokasi, keparahan dan
luasnya cidera. Kemampuan sel dan jaringan melakukan regenerasi atau kembali ke
struktur normal melalui pertumbuhan sel juga mempengaruhi penyembuhan luka,
- TUJUAN
1. Untuk memahami
pengertian luka
2. Untuk memahami fase-fase penyembuhan luka
BAB
II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN
Luka adalah kerusakan struktur dan fungsi anatomis normal akibat proses
patologis yang berasal dari internal dan ekstenal dan mengenai organ tertentu.
(lazatuset al, 1994 )
Luka adalah rusaknya kesatuan/komponen jaringan, dimana
secara spesifik terdapat substansi jaringan yang rusak atau hilang.
Ketika luka
timbul, beberapa efek akan muncul :
1. Hilangnya
seluruh atau sebagian fungsi organ
2. Respon
stres simpatis
3.
Perdarahan dan pembekuan darah
4. Kontaminasi
bakteri
5. Kematian
sel
Berdasarkan kedalaman dan luasnya luka, dibagi menjadi :
1.
Stadium I : Luka Superfisial
(“Non-Blanching Erithema) : yaitu luka yang terjadi pada lapisan epidermis
kulit.
2.
Stadium II : Luka “Partial
Thickness” : yaitu hilangnya lapisan kulit pada lapisan epidermis dan bagian
atas dari dermis. Merupakan luka superficial dan adanya tanda klinis seperti
abrasi, blister atau lubang yang dangkal.
3.
Stadium III : Luka “Full Thickness”
: yaitu hilangnya kulit keseluruhan meliputi kerusakan atau nekrosis jaringan
subkutan yang dapat meluas sampai bawah tetapi tidak melewati jaringan yang
mendasarinya. Lukanya sampai pada lapisan epidermis, dermis dan fasia tetapi
tidak mengenai otot. Luka timbul secara klinis sebagai suatu lubang yang dalam dengan
atau tanpa merusak jaringan sekitarnya.
4.
Stadium IV : Luka “Full Thickness”
yang telah mencapai lapisan otot, tendon dan tulang dengan adanya
destruksi/kerusakan yang luas.
B.
FASE-FASE PEYEMBUHAN LUKA
Pada
dasarnya proses penyembuhan ditandai dengan terjadinya proses pemecahan atau
katabolik dan proses pembentukan atau anabolik. Dari penelitian diketahui bahwa
proses anabolik telah dimulai sesaat setelah terjadi perlukaan dan akan terus
berlanjut pada keadaan dimana dominasi proses katabolisme selesai.
Setiap
proses penyembuhan luka akan terjadi melalui 3 tahapan yang dinamis, saling
terkait dan berkesinambungan serta tergantung pada tipe/jenis dan derajat luka.
Tahap
penyembuhan luka adalah:
1.
Fase Inflamasi
Fase inflamasi adalah adanya respons
vaskuler dan seluler yang terjadi akibat perlukaan yang terjadi pada jaringan
lunak. Tujuan yang hendak dicapai adalah menghentikan perdarahan dan
membersihkan area luka dari benda asing, sel-sel mati dan bakteri untuk
mempersiapkan dimulainya proses penyembuhan. Pada awal fase ini, kerusakan
pembuluh darah akan menyebabkan keluarnya platelet yang berfungsi hemostasis.
Platelet akan menutupi vaskuler yang terbuka (clot) dan juga mengeluarkan
substansi “vasokonstriksi” yang mengakibatkan pembuluh darah kapiler vasokonstriksi,
selanjutnya terjadi penempelan endotel yang yang akan menutup pembuluh darah.
Periode ini hanya berlangsung 5-10
menit, dan setelah itu akan terjadi vasodilatasi kapiler stimulasi saraf
sensoris (local sensoris nerve ending), local reflex action, dan adanya
substansi vasodilator: histamin, serotonin dan sitokins. Histamin kecuali
menyebabkan vasodilatasi juga mengakibatkan meningkatnya permeabilitas vena,
sehingga cairan plasma darah keluar dari pembuluh darah dan masuk ke daerah
luka dan secara klinis terjadi edema jaringan dan keadaan lokal lingkungan
tersebut asidosis.
Eksudasi ini jugamengakibatkan migrasi
sel lekosit (terutama netrofil) ke ekstra vaskuler. Fungsi netrofil adalah
melakukan fagositosis benda asing dan bakteri di daerah luka selama 3 hari dan
kemudian akan digantikan oleh sel makrofag yang berperan lebih besar jika
dibanding dengan netrofil pada proses penyembuhan luka. Fungsi makrofag
disamping fagositosis adalah:
a. Sintesa
kolagen
b. Pembentukan
jaringan granulasi bersama-sama dengan fibroblas
c. Memproduksi
growth factor yang berperan pada re-epitelisasi
d. Pembentukan
pembuluh kapiler baru atau angiogenesis
Dengan berhasilnya dicapai luka yang bersih, tidak terdapat
infeksi atau kuman serta terbentuknya makrofag dan fibroblas, keadaan ini dapat
dipakai sebagai pedoman/parameter bahwa fase inflamasi ditandai dengan adanya:
eritema, hangat pada kulit, edema dan rasa sakit yang berlangsung sampai hari
ke-3 atau hari ke-4.
2.
Fase Proliferasi
Proses kegiatan seluler yang
penting pada fase ini adalah memperbaiki dan menyembuhkan luka dan ditandai
dengan proliferasi sel. Peran fibroblas sangat besar pada proses perbaikan,
yaitu bertanggung jawab pada persiapan menghasilkan produk struktur protein
yang akan digunakan selama proses rekonstruksi jaringan.
Pada jaringan lunak yang normal
(tanpa perlukaan), pemaparan sel fibroblas sangat jarang dan biasanya
bersembunyi di matriks jaringan penunjang. Sesudah terjaid luka, fibroblas akan
aktif bergerak dari jaringan sekitar luka ke dalam daerah luka, kemudian akan
berkembang (proliferasi) serta mengeluarkan beberapa substansi (kolagen,
elastin, hyaluronic acid, fibronectin dan profeoglycans) yang berperan dalam
membangun (rekonstruksi) jaringan baru.
Fungsi kolagen yang lebih
spesifik adalah membnetuk cikal bakal jaringan baru (connective tissue matrix)
dan dengan dikeluarkannnya subtrat oleh fibroblast, memberikan tanda bahwa
makrofag, pembuluh darah baru dan juga fibroblas sebagai satu kesatuan unit
dapat memasuki kawasan luka.
Sejumlah sel dan pembuluh darah
baru yang tertanam di dalam jaringan baru tersebut disebut sebagai jaringan
granulasi, sedangkan proses proliferasi fibroblas dengan aktifitas sintetiknya
disebut fibroblasia. Respons yang dilakukan fibroblas terhadap proses
fibroplasia adalah:
a. Proliferasi
b. Migrasi
c. Deposit jaringan matriks
d. Kontraksi luka
Angiogenesis suatu proses
pembentukan pembuluh kapiler baru didalam luka, mempunyai arti penting pada
tahap proleferaswi proses penyembuhan luka. Kegagalan vaskuler akibat penyakit
(diabetes), pengobatan (radiasi) atau obat (preparat steroid) mengakibatkan
lambatnya proses sembuh karena terbentuknya ulkus yang kronis. Jaringan
vaskuler yang melakukan invasi kedalam luka merupakan suatu respons untuk
memberikan oksigen dan nutrisi yang cukup di daerah luka karena biasanya pada
daerah luka terdapat keadaan hipoksik dan turunnya tekanan oksigen. Pada fase
ini fibroplasia dan angiogenesis merupakan proses terintegrasi dan dipengaruhi
oleh substansi yang dikeluarkan oleh platelet dan makrofag (grwth factors).
Proses selanjutnya adalah
epitelisasi, dimana fibroblas mengeluarkan “keratinocyte growth factor (KGF)
yang berperan dalam stimulasi mitosis sel epidermal. Keratinisasi akan dimulai
dari pinggir luka dan akhirnya membentuk barrier yang menutupi permukaan luka.
Dengan sintesa kolagen oleh fibroblas, pembentukan lapisan dermis ini akan
disempurnakan kualitasnya dengan mengatur keseimbangan jaringan granulasi dan
dermis. Untuk membantu jaringan baru tersebut menutup luka, fibroblas akan
merubah strukturnya menjadi myofibroblast yang mempunyai kapasitas melakukan
kontraksi pada jaringan. Fungsi kontraksi akan lebih menonjol pada luka dengan
defek luas dibandingkan dengan defek luka minimal.
Fase proliferasi akan berakhir
jika epitel dermis dan lapisan kolagen telah terbentuk, terlihat proses
kontraksi dan akan dipercepat oleh berbagai growth factor yang dibentuk oleh
makrofag dan platelet.
3. Fase Maturasi
Fase ini dimulai pada minggu ke-3
setelah perlukaan dan berakhir sampai kurang lebih 12 bulan. . Tujuan dari fase
maturasi adalah menyempurnakan terbentuknya jaringan baru menjadi jaringan
penyembuhan yang kuat dan bermutu. Fibroblas sudah mulai meninggalkan jaringan
garunalasi, warna kemerahan dari jaringan mulai berkurang karena pembuluh mulai
regresi dan serat fibrin dari kolagen bertambah banyak untuk memperkuat
jaringan parut. Kekuatan dari ajringan parut akan mencapai puncaknya pada
minggu ke-10 setelah perlukaan. Sintesa kolagen yang telah dimulai sejak fase
proliferasi akan dilanjutkan pada fase maturasi. Kecuali pembentukan kolagen
juga akan terjadi pemecahan kolagen oleh enzim kolagenase. Kolagen muda (
gelatinous collagen) yang terbentuk pada fase proliferasi akan berubah menjadi
kolagen yang lebih matang, yaitu lebih kuat dan struktur yang lebih baik
(proses re-modelling).
Untuk mencapai penyembuhan yang optimal
diperlukan keseimbangan antara kolagen yang diproduksi dengan yang dipecahkan.
Kolagen yang berlebihan akan terjadi penebalan jaringan parut atau hypertrophic
scar, sebaliknya produksi yang berkurang akan menurunkan kekuatan jaringan
parut dan luka akan selalu terbuka.
Luka dikatakan sembuh jika terjadi
kontinuitas lapisan kulit dan kekuatan ajringan kulit mampu atau tidak
mengganggu untuk melakukan aktivitas yang normal. Meskipun proses penyembuhan
luka sama bagi setiap penderita, namun outcome atau hasil yang dicapai sangat
tergantung dari kondisi biologik masing-masing individu, lokasi serta luasnya
luka. Penderita muda dan sehat akan mencapai proses yang cepat dibandingkan
dengan kurang gizi, disertai dengan penyakit sistemik (diabetes melitus).
BAB III
KESIMPULAN
1.
Tenaga kesehatan diharapkan memahami
konsep penyembuhan luka serta aplikasi perawatan luka yang dihubungkan dengan
jenis luka serta bahan yang diperlukan.
2.
Perawatan luka dengan suasana lembab
(occlusive dressing) perlu dikembangkan implementasinya di klinik dalam
meningkatkan angka kesembuhan secara kuantitatif maupun kualitatif.
DAFTAR PUSTAKA
Perry & potter. 2005. Fundamental keperawatan.
Jakarta:EGC
Szabo Z. et al., eds:
Surgical Technology-International III. Universal Medical Press Inc.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar