BAB I
PENDAHULUAN
- LATAR BELAKANG
Makhluk hidup khususnya
manusia hidup melakukan aktivitas yang bervariasi. Dari aktivitas
yang bervariasi tersebut tubuh manusia banyak sekali malakukan aktivitas. Sistem-sistem
yang ada dalam tubuh manusia yang terdiri dari sistem syaraf, sistem
muskuloseletal, sistem respirasi, dan masih banyak yang lainnya termasuk sisten
urinasi atau perkemihan. Organ yang berperan dalam sistem ini adalah ginjal,
uretra, kandung kemih, ureter dengan fungsinya masing-masing. Umumnya keringat
keluar ketia kita beraktivitas baik secara normal maupun maksimal, tetapi
keringat, air dan zat-zat tubuh yang sudah tidak digunakan lagi dapat juga
dieluarkan melalui vesika urinaria atau kandung kemih. Dalam pengeluaran urine
adapun proses-prosesnya yaitu filtrasi, absorbsi, reabsorbsi semua proses
tersebut akan dibahas dalam makalah yang akan kami sajikan. Dalam urinisasi sendiri itu
terkadang terdapat permasalahan yang menyangkut proses pengeluaran urinasi dan
dalam makalah ini juga aan ditampilkan beserta askep nya. Pembahasan ini
akan dibahas dari proses sampai permasalahan-permasalahan yang dihadapi.
- RUMUSAN MASALAH
1) Apa
pengertian dari eliminasi urine?
2) Bagaimana
proses berkemih?
3) Apa
faktor-faktor yang mempangaruhi proses berkemih?
4) Apa
permasalahan yang berhubungan dengan kebutuhan eliminasi urine?
5) Bagaimana ASKEP yang dilakukan terhadap
masalah kebutuhan eliminasi urine?
- TUJUAN MAKALAH
I. Menjelaskan
pengertian eliminasi urine.
II. Menjelaskan
proses berkemih
III. Menjelaskan
faktor-faktor yang mempengaruhi proses berkemih
IV.
Menjelaskan permasalahan yang berhubungan dengan
kebutuhan eliminasi urine.
V.
Menjelaskan ASKEP yang dilakukan terhadap masalah
kebutuhan eliminasi urine.
BAB
II
PEMBAHASAN
- PENGERTIAN ELIMINASI URINE
Eliminasi materi sampah merupakan salah satu dari proses metabolik tubuh. Produk
sampah dikeluarkan melalui paru-paru, kulit, ginjal dan pencernaan. Sistem
tubuh yang berperan dalam proses eliminasi urine adalah ginjal, ureter, kandung
kemih, dan uretra.
§ GINJAL
Ginjal merupakan organ retroperitonial (dibelakang selaput perut), terdiri
atas ginjal sebelah kanan dan kiri tulang punggung. Ginjal berperan sebagai
pengatur komposisi dan volume cairan dalam tubuh serta penyaring darah untuk
dibuang dalam bentuk urine sebagai zat sisa yang tidak diperlukan oleh tubuh
dan menahannya agar tidak bercampur dengan zat-zat yang dibutuhkan oleh tubuh.
Pada bagian ginjal terdapat nefron (berjumlah kurang lebih 1juta) yang
merupakan unit dari struktur ginjal. Melalui nefron, urine disalurkan kedalam
bagian pelvis ginjal, kemudian disalurkan melaluin ureter ke kandung kemih.
§ URETER
Air kemih yang disekresi oleh ginjal akan dialirkan oleh vesika urinaria
(kandung kemih) melalui ureter. Ureter berada pada daerah kiri dan kanan yang
menghubungkan pelvis renalis dengan kandung kemih. Panjang ureter urang lebih
25-30 cm dan diameternya 0,5 cm. Ureter sebagian terletak dalam rongga panggul
(pars abdominalis) dan selanjutnya berjalan didalam rongga panggul. Ureter
terletak pada retroperitro renalis. Dindingnya terdiri dari tiga lapisan
otot yaitu lapisan mukosa, lapisan otot polos dan lapisan jaringan mukosa.
Lapisan dinding menimbulkan gerakan-gerakan peristaltik
tiap 5menit yang mendorong air kemih ke dalam kandung air kemih. Batu ginjal
yang turun kedalam vesika urinaria akan melalui ureter dan menyebabkan gesekan
pada dinding ureter yang menimbulkan rasa kolik ureter.
§ KANDUNG KEMIH (VESIKA URINARIA)
Kandung kemih (buli-buli sampai blader)merupakan sebuah kantong yang
terdiri atas otot halus, berfungsi menampung urine. Dalam kandung kemih
terdapat beberapa lapisan jaringan otot yang paling dalam, memanjang ditengah,
dan melingkar yang disebut sebagai detrusor, berfungsi untuk mengeluarkan urine
bila terjadi kontraksi. Pada dasarnya kandung kemih terdapat lapisan tengah
jaringan otot berbentu lingkaran bagian dalam atau disebut sebagai otot lingkar
yang berfungsi menjaga saluran antara kandung kemih dan uretra, srhingga uretra
dapat menyalurkan urine dari kandung kemih keluar tubuh.
Penyaluran rangsangan ke kandung
kemih dan rangsangan motoris ke otot lingkar bagian dalam diatur oleh sistem
simpatis. Akibat dari rangsangan ini, otot lingkar menjadi kendordan terjadi
kontraksi sfingter bagian dalam sehingga urine tetap tinggal dalam kandung
kemih. Sistem parasimpatis menyalurkan rangsangan motoris kandung kemih dan
rangsangan penghalang ke bagian dalam otot lingkar. Rangsangan ini dapat
menyebabkan terjadinya kontraksi otot detrusor dan kendurnya sfingter.
§ URETRA
Merupakan organ yang menyalurkan urine kebagian luar. Fungsi uertra pada
wanita berbeda dengan pria. Pada pria, uretra digunakan sebagai tempat
pengaliran urine dan sistem reproduksi, berukuran panjang 13,7-16,2cm, dan
terdiri atas 3bagian yaitu prostat, selaput,dan ruang (bagian yang berongga).
Pada wanita, uretra memiliki panjang 3,7-6,2cm dan hanya berfungsi sebagai
tempat menyalurkan urine kebagian luar tubuh.
Saluran perkemihan dilapisi oleh membran mukosa, dimulai
dari meatus uretra hingga ginjal. Meskipun mikroorganisme secara normal tidak ada yang bisa melewati
uretra bagian bawah, membran mukosa ini pada keadaan patologis yang terus
menerus akan menjadikan media ini baik untuk pertumbuhan beberapa patogen.
- PROSES BERKEMIH
Berkemih(mictio, mycturition, voiding atau urination)
adalah proses pengosongan vesika urinaria(kandung kemih). Proses ini dimulai
dimulai dengan terkumpulnya urine dalam
kandung kemih yang merangsang saraf-saraf sensorik dlam dinding kandung kemih. Vesika
urinaria dapat menimbulkan rangsangan saraf bila berisi kurang lebih 250-400cc
(pada orang dewasa) dan 200-250cc (pada anak-anak).
Mekanisme berkemih terjadi
karena vesika urinaria berisi urine yang dapat menimbulkan rangsangan melalui
medula spinalis diantaran kepusat pengontrol berkemih yang terdapat dikorteks
selebra, kemudian otak memberikan impuls atau rangsangan melalui medula
spinalis e neuro motoris didaerah sakral, serta terjadi koneksasi otot detrusor
dan relaksi otot sfingter.
Komposisi urine :
1.
air (96%)
2.
larutan (4%)
a.
larutan organik
terdiri dari urea,
amoniak, kreatin, dan urine acid
b.
larutan
anorganik
terdiri dari natrium (sodium), klorida, kalium (postasium), sulfat,
magnesium, dan fosfor.
Natrium lorida merupakan garam anorgani yang paling banyak.
- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ELIMINASI URINE
Ø Diet dan Asupan
Jumlah dan tipe makanan merupakan faktor utama yang mempengaruhi out put
atau jumlah urine. Protein dan natrium dapat menentukan jumlah urine yang
dibentuk. Selain itu, kopi juga dapat meningkatkan pembentukan urine.
Ø
Respon Keinginan Awal untuk Berkemih
Kebiasaan mengabaikan keinginan awal untuk berkemih dapat menyebabkan urine
banyak tertahan di dalam vesika urinaria sehingga mempengaruhi ukuran vesika
urinaria dan jumlah pengeluaran urine.
Ø Gaya Hidup
Perubahan gaya hidup dapat mempengaruhi pemenuhan kebutuhan eliminasi dalam
kaitannya dan jumlah pengeluaran urine.
Ø Stress Psikologis
Meningkatnya sterss dapat mengakibatkan seringnya frekuensi keinginan
berkemih. Hal ini karena meningkatnya sensitifitas untuk keinginan berkemih dan
jumlah urine yang diproduksi.
Ø Tingkat Aktivitas
Eliminasi urine membutuhkan tonus otot vesia urinaria yang bai untuk fungsi
sfingter. Hilangnya tonus otot vesia urinaria menyebabkan kemampuan
pengontrolan berkemih menurun dan kemampuan tonus otot didapatkan dengan
beraktivitas.
Ø Tingkat Perkembangan
Tiingkat tumbang mempengaruhi proses berkemih. Hal tersebut terdapat pada
anak-anak disebabkan akibat esulitan mengontrol buang air kecil.
Ø Kondisi Penyakit
Kondisi penyakit seperti DM akan mempengaruhi produksi urine.
Ø Kebiasaan Seseorang
Seseorang yang memiliki kebiasan berkemih di toilet dapat mengalami
kesulitan untuk berkemih melalui urinal atau pot urine bila dalam keadaan
sakit.
Ø Sosiokultural
Budaya dapat mempengaruhi pemenuhan kebutuhan eliminasi urine, seperti
adanya kultur masyarakat yang melarang untuk buang air kecil di tempat
tertentu.
Ø Tonus otot
Tonus otot yang memiliki peran penting dalam membantu proses berkemih
adalah kandung kemih, otot abdomen dan pelvis. Ketiganya sangat berperan dalam
kontraksi pengontrolan pengeluaran urine.
Ø Pembedahan
Efe pembedahan dapat menurunkan filtrasi glomerulus yang dapat menyebabkan
penurunan jumlah produksi urine karena dampak dari pemberian obat anestesi.
Ø Pengobatan
Efek pengobatan menyebabkan peningkatan atau penurunan jumlah urine. Misalnya,
pemberian deuretik dapat meningkatan jumlah urine, sedangkan pemberian obat
antikolinergik atau antihipertensi dapat menyebabkan retensi urine.
D. MASALAH KEBUTUHAN ELIMINASI URINE
1) RETENSI URINE
Merupakan
penumpukan urine dalam kandung kemih akibat ketidakmampuan kandung kemih untuk
mengosongkan isinya, sehingga menyebabkan distensi dari vesika urinaria atau
suatu keadaan dimana seseorang mengalami pengosongan kandung kemih yang tidak
lengkap.
Tanda-tanda
linis pada retensi :
§ Ketidaknyamannya
daerah pubis
§ Distensi
vesika urinaria
§ Ketidaksanggupan
untuk berkemih
§ Sering
berkemih saat vesika urinaria berisi sedikit urine (25-50 ml)
§ Meningkatnya
keresahan dan einginan berkemih
§ Adanya
urine sebanyak 3000-4000 ml dalam kandung kemih
Penyebab :
Operasi pada
daerah abdomen bawah, pelvis vesika urinaria
Trauma
sumum tulang belakang
Tekanan
uretra yang tinggi disebabkan oleh otot detrusor yang lemah
Sfingter
yang kuat
Sumbatan
(striktur uretra dan pembesaran kelenjar prostat)
2) INKONTINENSIA URINE
Inkontinensia urine adalah ketidakmampuan otot sfingter eksternal sementara
atau menetap untuk mengontrol ekskresi urine. Inkontinensia urine terdiri atas
:
a) Inkontinensia dorongan
Merupakan keadaan dimana seseorang mengalami pengeluaran urine tanpa sadar,
terjadi segera setelah merasa dorongan yang kuat untuk berkemih.
Kemugkinan penyebab :
§ Penurunan
kapasitas kandung kemih
§ Iritasi
pada reseptor regangan kandung kemih yang menyebabkan spasme (iritasi saluran
kemih)
§ Minum
alkohol atau kafein
§ Peningkatan
cairan
§ Peningkatan
konsentrasi urine
§ Distensi
kandung kemih yang berlebihan
Tanda-tanda inkontinensia dorongan :
§ Sering
miksi (miksi lebih dari 2jam sekali)
§ Spasme
kandung kemih
b) Inkontinensia total
Merupakan keadaan dimana seseorang mengalami pengeluaran urine yang terus-menerus
dan tidak dapat diperkirakan.
Kemungkinan
penyebab :
§ Disfungsi
neurologis
§ Kontraksi
independen dan refleks detrusor karena pembedahan
§ Trauma
atau penyakit yang mempengaruhi saraf medula spinalis
§ Fistula
§ Neuropati
Tanda-tanda inkontinensia total :
§ Aliran
konstan yang terjadi pada saat tidak diperkirakan
§ Tidak ada
distensi kandung kemih
§ Noturia
§ Pengobatan
inkontinensia tidak berhasil
c) Inkontinensia stres
Merupakan keadaan seseorang yang mengalami kehilangan urine kurang dari 50
ml, terjadi dengan peningkatan tekanan abdomen.
Kemungkinan
penyebab :
§ Perubahan
degeneratif pada otot pelvis dan struktur penunjang yang berhubungan dengan
penuaan
§ Tekanan
intra abdominal tinggi (obesitas)
§ Distensi
kandung kemih
§ Otot
pelvis dan struktur penunjang lemah
Tanda-tanda inkontinensia stres
§ Adanya
urine menetes dengan peningkatan tekanan abdomen
§ Adanya
dorongan berkemih
§ Sering
miksi (lebih dari 2jam sekali)
d) Inkontinensia refleks
Merupakan keadaan dimana seseorang mengalami pengeluaran urine yang tidak
dirasakan, terjadi pada interval yang dapat diperkirakan bila volume kandung
kemih mencapai jumlah tertentu.
Kemungkinan
penyebab :
Kerusakan
neurologis (lesi medula spinalis)
Tanda-tanda
inkontinensia refleks :
# Tidak ada
dorongan untuk berkemih
# Merasa
bahwa kandung kemih penuh
# Kontraksi
atau spasme kandung kemih tidak dihambat pada interrval teratur
e) Inkontinensia fungsional
Merupakan keadaan seseorang yang mengalami pengeluaran urine secara tanpa
disadari dan tidak dapat diperkirakan.
Kemungkinan
penyebab :
Kerusakan
neurologis (lesi medula spinalis)
Tanda-tanda
inkontinensia fungsional :
# Adanya
dorongan untuk berkemih
# Kontraksi
kandung kemih cukup kuat untuk mengeluarkan urine
3) ENURESIS
Merupakan ketidaksanggupan menahan kemih (mengompol) yang diakibatkan tidak
mampu mengontrol sfingter eksternal. Biasanya terjadi pada anak atau orang
jompo, umumnya pada malam hari.
Faktor penyebab :
Kapasitas
vesika urinaria lebih besar dari kondisi normal
Anak yang
takut jalan gelap untuk kekamar mandi
Makanan
yang banyak mengandung garam dan mineral, atau makanan pedas
Infeksi
saluran kemih atau neurologis sistem perkemihan
Vesika
urinaria peka rangsang dan seterusnya tidak dapat menampung urine dalam jumlah
besar
4) URETEROTOMI
Ureterotomi adalah tindakan operasi dengan jalan membuat stoma pada dinding
perut untuk drainase urine. Operasi ini dilakukan karena adanya penyakit atau
disfungsi pada kandung kemih.
5) FREKUENSI BAK SERING
Normal bila seseorang meningkatkan jumlah pemasukan cairan. Tetapi bila
peningkatan frekuensi BAK terjadi tanpa diikuti pemasukan cairan yang meningkat
kemungkinan terjadi sistitis (peradangan kandung kemih akut). Stres atau adanya
penekanan pada kandung kemih seperti pada waktu kehamilan.
6) NOKTURIA/NIKTURIA
Nikturia yaitu terjadinya peningkatan urinasi pada malam hari bukan karena
intake cairan.
7) URGENSI
Urgensi adalah perasaan atau dorongan BAK yang sering walaupun jumlah urine
yang terkandung dalam kandung kemih sedikit.
8) DISURIA
Disuria adalah pengosongan kandung kemih yang disertai dengan rasa nyeri.
Hal ini dapat terjadi karena adanya striktur, infeksi atau perlukaan pada
uretra dan kandung kemih.
9) NEUROGENIK BLADDER
Perubahan fungsi saraf dapat mengganggu mekanisme normal eliminasi. Pasien
dengan neurogenik bladder tidak dapat merasakan kandung kemih penuh atau tidak
mampu mengontrol sfingter urinari.
E) ASUHAN KEPERAWATAN pada Masalah Kebutuhan Eliminasi Urine
1. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian pada kebutuhan eliminasi urine meliputi:
F Kebiasaan
Berkemih
pengkajian ini meliputi bagaimana kebiasaan berkemih serta hambatannya.
Frekuensi berkemih bergantung pada kebiasaan dan kesempatan. Banyak orang
berkemih setiap hari pada waktu bangun tidur dan tidak memerlukan waktu untuk
berkemih pada malam hari.
F Volume
urine
Volume urine menentukan berapa jumlah urine yang dikeluarkan dalam waktu 24
jam.
F Faktor
yang mempengaruhi kebiasaan buang air kecil:
·
Diet dan asupan dapat mempengaruhi jumlah urine yang
dibentuk.
·
Gaya hidup
·
Stres psikologis dapat meningkatkan frekuensi keinginan
berkemih
·
Tingkat aktivitas
F Keadaan urine
meliputi : warna, bau, berat jenis, kejernihan, pH, protein, darah, glukosa.
F Tanda
klinis gangguan eliminasi urine seperti tanda retensi urine, inkontinensia
urine, enuresis.
2) Diagnosis Keperawatan
Diagnosis yang terjadi pada masalah kebutuhan eliminasi
urine adalah :
a)
Perubahan pola eliminasi urine berhubungan dengan :
·
Ketidakmampuan saluran kemih akibat anomali saluran
urinaria
·
Penurunan kapasitas atau iritasi kandung kemih akibat
penyakit
·
Kerusakan pada saluran kemih
·
Efek pembedahan saluran kemih
·
Penurunan tonus otot akibat dampak pengobatan, dehidrasi,
atau faktor psikologis
·
Pasca pemasangan kateter indwelling
·
Lemahnya otot dasar pelvis akibat obesitas atau proses
penuaan
·
Ketidakmampuan mengomunikasikan kebutuhan
·
Obstruksi saluran kandung kemih akibat konstipasi
·
Hambatan lingkungan ke kamar mandi
·
Ketidakmampuan ke kamar mandi akibat kerusakan mobilitas
·
Kapasitas kandung kemih sedikit (pada anak)
·
Kurangnya motivasi (pada anak)
b)
Inkontensia fungsional berhubungan dengan
F Penurunan
isyarat kandung kemih dan kerusakan kemampuan untuk mengenal isyarat akibat
cidera atau kerusakan saraf
F Penurunan
tonus kandung kemih akibat dampak pengobatan, dehidrasi, atau fator psikologis
F Kerusakan
mobilitas
F Hambatan
lingkungan
F Kehilangan
kemampuan motoris dan sensoris(lansia)
c)
Inkontenisia refleks berhubungan dengan
o
Gagalnya konduksi rangsangan diatas tingkatan arkus refleks
akibat cedera pada medula spinalis
d)
Inkontensia stres berhubungan dengan
Ketidakmampuan
kandung kemih mengeluarkan urine akibat kelainan kongenital
Perubahan
degeneratif pada otot pelvis akibat kekurangan hormon ekstrogen
Tinginya
tekanan intraabdominal dan lemahnya otot pelvis akibat obesitas dan kehamilan.
Penurunan
tonus otot (pada lansia)
e)
Inkontinensia total berhubungan dengan
§ Defisit
komunikasi atau persepsi
f)
Inkontinensia dorongan berhubungan dengan
§ Penurunan
kapasitas kandung kemih akibat penyakit infeksi, trauma, tindakan pembedahan,
faktor penuaan.
§ Iritasi
pada reseptor peregang kandung kemih akibat penggunaan alkohol, asupan
berlebih, dan lain sebagainya.
g)
Retensi urine berhubungan dengan
# Adanya
hambatan pada sfingter akibat penyakit striktur dan BPH
# Kerusakan
atau ketidak kuatan jaras aferen akibat cedera dan penggunaan obat seperti
antihistamin atau antiolinergik
# Obstruksi
jalan keluar kandung kemih akibat impaksi feses
# Stres
atau ketidaknyamanan
h)
Perubahan body image berhubungan dengan inkontinensia,
ureterostomi, dan eneuresis
i)
Resiko terjadinya infeksi saluran kemih berhubungan
dengan pemasangan kateter, pemeriksaan sistoskopi, dan kebiasaan kebersihan
perineum yang kurang
j)
Resiko perubahan keseimbangan cairan dan elektrolit
berhubungan dengan gangguan drainase ureterostomi
3) PERENCANAAN KEPERAWATAN
Tujuan :
a)
Memahami arti eliminasi urine
b)
Membantu mengosongkan kandung kemih secara penuh
c)
Mencegah infeksi
d)
Mempertahankan integritas kulit
e)
Memberikan rasa nyaman
f)
Mengembalikan fungsi kandung kemih
g)
Memberikan asupan cairan secara tepat
h)
Mencegah kerusakan kulit
i)
Memulihkan self
esteem atau mencegah tekanan emosional
Rencana Tindakan :
a)
Monitor atau observasi perubahan faktor, tanda gejala
terhadap masalah perubahan eliminasi urine, retensi, inkontinensia
b)
Kurangi faktor yang mempengaruhi/penyebab masalah
c)
Monitor terus perubahan retensi urine
d)
Lakukan kateterisasi urine
Retensi Urine
Latih teknik pengosongan kandung kemih, seperti :
1)
Teknik manuver valsava (meregangkan abdomen) dengan cara
# Membungkuk
arah paha
# Mengontraksikan
otot abdomen dengan mengejan atau tahan napas selama mengejan
# Menahan
regangan atau napas sampai aliran urine berhenti, tunggu satu menit dan
tegangkan kembali
# Lakukan
hingga urine tidak dapat lagi dibuang
2)
Teknik manuver crede
§ Tempatkan
kepalan tangan dibawah area umbilikal
§ Letakkan
salah satu tangan di puncak tangan yang lain
§ Tekan
hingga kuat ke bawah dan ke arah arkus pelvis
§ Ulangi
enam sampai tujuh kali sampai tidak ada lagi urine yang dapat dibuang
§ Lakukan
hingga pengosongan sempurna
3)
teknik manuver regangan anal
# Duduk
pada toilet (pispot)
# Membungkuk
pada paha
# Tempatkan
sebuah sarung tangan di belakang bokong
# Masukkan
salah satu jari-jari tangan yang sudah diberi pelumas ke dalam anus sampai
sfingter anal
# Lebarkan
jari-jari atau tarik ke arah posterior
# Lakukan
regangan sfingter anak dan pertahankan distensi
# Lakukan
mengejan dan berkemih
# Tarik
napas dalam dan tahan sampai mengejan
# Relaksasi
Inkontinensia
dorongan
1) Pertahankanhidrasi
secara optimal
2) Ajarkan
untuk meningkatkan kapasitas kandung kemih dengan cara
# Tentukan
volume emih tiap kali melakukannya
# Anjurkan
untuk menahan selama mungkin
# Hindari
sering berkemih yang merupakan kebiasaan
# Kembangkan
program rekondisi kandung kemih
3)
Ajarkan pola berkemih terencana
4)
Anjurkan berkemih
pada saat terjaga seperti setelah makan, latihan fisik, dan mandi
5)
Anjurkan untuk menahan sampai waktu berkemih
6)
Lakukan kolaborasi dengan tim dokter dalam mengatasi iritasi
kandung kemih
Inkontinensia total
1)
Pertahankan jumlah cairan dan berkemih
2)
Rencanakan program keteterisasi intermiten apabila ada
indikasi
3)
Apabila terjadi kegagalan pada latihan kandung kemih
pertimbangkan untuk pemasangan kateter indweeling
Inkontinensia stres
Kurangi faktor penyebab seperti :
1)
Kehilangan jaringan atau tonus otot, dengan cara :
§ Ajarkan
untuk mengidentifikasi otot dasar pelvis dan kekuatan kelemahannya saat
melakukan latihan
§ Untuk
otot dasar pelvis posterior dengan imajinasi, coba hentikan aliran feses dan
kencangkan otot-otot anus dalam waktu 10 detik tanpa merapatkan kaki atau
otot-otot abdomen
§ Untuk
otot dasar pelvis anterior bayangkan anda mencoba menghentikan aliran urine,
kencangkan otot-otot belakang dan depan dalam waktu 10 detik, kemudian lepaskan
atau rileks, ulangi hingga 10 kali dan lakukan 4kali sehari
§ Hentikan
dan mulailah aliran urine beberapa saat selama berkemih
2)
Meningkatkan tekanan abdomen, dengan cara :
#
Latih untuk menghindari duduk lama
#
Latih untuk sering berkemih sedikitnya tiap 2 jam
Inkontinensia refleks
Ajarkan teknik merangsang refleks berkemih seperti :
1)
Ketuk supra pubis secara dalam, tajam, dan berulang
2)
Anjurkan pasien untuk
# Posisi
setengah duduk
# Mengetuk
kandung kemih secara langsung dengan rata-rata 7-8 kali setiap 5detik
# Gunakan
satu tangan
# Pindahkan
sisi rangsangan di atas kandung kemih untuk menentukan posisi paling berhasil
# Lakukan
hingga aliran baik
# Tunggu
kurang lebih 1menit dan ulangi hingga kandung kemih kosong
# Apabila
rangsangan 2kali lebih dan tidak ada respons, berarti sudah tidak ada lagi yang
dikeluarkan
3)
Apabila belum berhasil, lakukan hal berikut ini selama
2-3 menit dan berikan jeda waktu 1menit di antara setiap kegiatan
§ Tekan
gland penis
§ Pukul
perut di atas ligamen inguinal
§ Tekan
paha bagian dalam
4)
Catat jumlah asupan dan pengeluaran
5)
Jadwalkan program kateterisasi pada saat tertentu
Inkontinensia fungsional
1)
Tingkatkan faktor yang berperan dalam kontinen, seperti :
a) Pertahankan
hidrasi optimal dengan cara
§ Berikan
asupan cairan 200-300 ml/hari, kecuali bila terdapat kontraindiasi
§ Ajarkan
untuk tidak tergantung pada rasa haus baru minum
§ Atur
jarak minum, sebaiknya setiap 2jam
§ Kurangi
asupan cairan pada malam hari
§ Kurangi
minuman seperti kopi, jus anggur, teh, atau minuman yang berdampak diuretik
§ Jangan
memakan tomat dan jus jeruk dalam jumlah banyak karena dapat menyebabkan sifat
basa
b)
Pertahankan nutrisi yang adekuat
c)
Tingkatan integritas diri dan berikan motivasi kemampuan
mengontrol kandung kemih, dengan cara menghindari penggunaan bedpan (pispot)
d)
Tingkatkan integritas kulit, dengan cara
·
Bersihkan area dan keringkan
·
Berian salep pelindung
e)
Tingkatkan higiene perseorangan, dengan cara
# Mandi
dengan air mengalir
# Bersihkan
perineum dan uretra dari depan ke belakang(bagi wanita)
2)
Jelaskan cara mengenali perubahan urine yang abnormal
seperti adanya peningkatan mukosa, darah dalam urine, dan perubahan warna
3)
Ajarkan cara memantau adanya tanda dan gejala ISK,
seperti peningkatan suhu, perubahan keadaan urine, nyeri pubis bagian
atas,nyeri saat berkemih, dan sering meningkatnya pH urine.
4) PELAKSANAAN (TINDAKAN) KEPERAWATAN
Pengumpulan
urine untuk bahan pemeriksaan
Mengingat
tujuan pemeriksaan dengan bahan urine berbeda-bada, maka pengambilan atau
pengumpulan urine juga dibedakan sesuai dengan tujuannya. Cara pengambilan
urine tersebut antara lain : pengambilan urine biasa, pengambilan urine steril,
dan pengumpulan selama 24 jam.
1)
Pengambilan urine biasa merupakan pengambilan urine
dengan cara mengeluarkan urine secara biasa, yaitu buang air kecil. Biasanya
digunakan untuk memeriksa gula atau kehamilan.
2)
Pengambilan urine
steril merupakan pengambilan urine dengan menggunakan alat steril, dilakukan
dengan kateterisasi atau pungsi supra pubis. Fungsinya yaitu untuk mengetahui
adanya infeksi pada uretra, ginjal, atau saluran kemih lainnya.
3)
Pengambilan urine selama 24 jam merupakan pengambilan
urine yang dikumpulkan dalam waktu 24 jam, bertujuan untuk mengetahui jumlah
urine selama 24 jam dan mengukur berat jenis, asupan, dan pengeluaran serta
mengetahui fungsi ginjal.
ALAT :
1)
Botol penampung beserta penutup
2)
Etiket khusus
PROSEDUR KERJA :
1)
Cuci tangan
2)
Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
3)
Bagi pasien tidak mampu buang air kecil sendiri,
keluarkan urine, setelah itu tampung dengan menggunakan botol
4)
Bagi pasien yang mampu buang air kecil sendiri, anjurkan
pasien untuk buang air kecil dan anjurkan untuk menampung urine ke dalam botol
5)
Catat nama pasien dan tanggal pengambilan bahan
pemeriksaan
6)
Cuci tangan
Menolong Buang Air Kecil dengan
Menggunakan Urinal
Menolong buang air kecil dengan
menggunakan urinal merupakan tindakan keperawatan dengan membantu pasien yang
tidak mampu buang air kecil sendiri di kamar mandi menggunakan alat penampungf
(urinal) dengan tujuan menampung urine (air kemih) dan mengetahui kelainan dari
urine (warna dan jumlah).
Alat dan bahan :
Alat dan bahan :
1)
Urinal
2)
Pengalas
3)
Tisu
Prosedur kerja
1)
Cuci tangan
2)
Jelaskan prosedur pada pasien
3)
Pasang alas urinal di bawah glutea
4)
Lepas pakain bawah pasien
5)
Pasang urinal di bawah glutea/ pinggul atau diantara
kedua paha
6)
Anjurkan pasien untuk berkemih
7)
Setelah selesai rapikan alat
8)
Cuci tangan dan catat warna serta jumlah produksi urine
Melakukan Kateterisasi
Kateterisasi merupakan tindakan
keperawatan dengan cara memasukkan kateter ke dalam kandung kemih melalui
uretra yang bertujuan membantu memenuhi kebutuhan eliminasi dan senagai
pemngambilan bahan pemeriksaan, pelaksanaan kateterisasi dapat dilakukan dua
cara : intermiten (straight kateter)
dan indwelling (foley kateter)
Indikasi :
Tipe intermiten
§ Tidak
mampu berkemih 8-12 jam setelah operasi
§ Retensi
akut setelah trauma uretra
§ Tidak
mampu berkemih akibat obat sedatif atau analgesik
§ Cedera
pada tulang belakang
§ Degenerasi
neuromuskular secara progresif
§ Pengeluaran
urine residual
Tipe indwelling
# Obstruksi
aliran urine
# Pascaoperasi
uretra dan strutuk di sekitarnya (TUR-P)
# Obstruksi
uretra
# Inkontinensia
dan disorientasi berat
Alat dan Bahan
1)
Sarung tangan steril
2)
Kateter steril
(sesuia dengan ukuran dan jenis)
3)
Duk steril
4)
Minyak pelumas/ jeli
5)
Larutan pembersih antiseptik (kapas sublimat)
6)
Spuit yang berisi cairan
7)
Perlak dan alasnya
8)
Pinset anatomi
9)
Bengkok
10)
Urinal bag
11)
Sampiran
Prosedur kerja :
Untuk pasien pria
1)
Cuci tangan
2)
Jelaskan prosedur
3)
Atur ruangan atau pasang sampiran
4)
Pasang perlak atau alas
5)
Gunakan sarung steril
6)
Pasang duk steril
7)
Pagang penis dengan tangan sebelah kiri, lalu preputium
ditarik sedikit ke pangkalnya dan bersihkan dengan kapas sublimat/savlon
8)
Beri minyak pelumas atau jeli pada ujung kateter (kurang
lebih 12,5-17,5cm), lalu masukkan pelan-pelan (kurang lebih 17,5-20cm) sambil anjurkkan
untuk menarik napas
9)
Jika tertahan jangan dipaksa/tegangkan
10)
Setelah kateter masuk, isi balon dengan cairan aquades
atau sejenisnya untuk yang dipasang tetap, dan bila tidak dipasang tetap tarik
kembali sambil pasien disuruh napas dalam
11)
Sambung kateter dengan urobag dan fiksasi ke arah atas
paha/ abdomen
12)
Rapikan alat
13)
Cuci tangan
Untuk pasien wanita
1)
Cuci tangan
2)
Jelaskan prosedur
3)
Atur ruangan
4)
Pasang perlak/ alas
5)
Gunakan sarung steril
6)
Pasang duk steril
7)
Bersihkan vulva dengan kapas sublimat dari atas ke bawah
(kurang lebih 3 kali hingga bersih)
8)
Buka labia mayor dengan ibu jari dan telunjuk tangan kiri
lalu bersihkan bagian dalam
9)
Beri minyak pelumas atau jeli pada ujung kateter (kurang
lebih 2,5-5cm), lalu masukkan pelan-pelan sambil anjurkan pasien untuk menarik
napas, masukkan (2,5-5cm) atau hingga urine keluar
10)
Setelah selesai, isi balon dengan cairan aquades atau
sejenisnya menggunakan spuit untuk yang dipasang tetap dan bila tidak dipasang
tetap tarik kembali sambil suruh pasien untuk napas dalam
11)
Sambung kaeter dengan urobag dan fiksasi kearah samping
12)
Rapikan alat
13)
Cuci tangan
Menggunakan Kondom Kateter
Merupakan tindakan keperawatan dengan cara memberikan kondom kateter pada
pasien yang tidak mampu mengontrol berkemih dengan tujuan agar pasien dapat berkemih
dan mempertahankannya.
Alat dan bahan :
1)
Sarung tangan
2)
Air sabun
3)
Pengalas
4)
Kondom kateter
5)
Urinal bag
6)
Sampiran
Prosedur kerja :
1)
Cuci tangan
2)
Jelaskan prosedur
3)
Atur ruangan atau pasang sampiran
4)
Pasang perlak atau alas
5)
Gunakan sarung tangan
6)
Atur posisi pasien dengan telentang
7)
Bersihkan daerah genetalia dengan sabun dan bilas dengan
air hingga bersih kemidian keringkan
8)
Lakukan pemasangan kondom dengan menyisakan 2,5-5cm ruang
antara glans penis dengan ujung kondom
9)
Letakkan batang penis dengan perekat elastis, tapi jangan
terlalu ketat
10)
Hubungkan ujung kondom kateter dengan saluran uroibag
11)
Rapikan alat
12)
Cuci tangan
5) EVALUASI KEPERAWATAN
Evaluasi keperawatan terhadap gangguan kebutuhan eliminasi urine secara
umum dapat dinilai dari adanya kemampuan dalam :
1
miksi secara
normal, ditunjukkan dengan kemampuan pasien berkkemih sesuai dengan asupan
cairan dan pasien mampu berkemih tanpa menggunakan obat, kompresi pada kandung
kemih atau kateter
2
Mengosongkan kandung kemih, ditunjukkandengan
berkurangnya distensi, volume urine residu, dan lancarnya kepatenan drainase
3
Mencegah infeksi, ditujukkan dengan tidak adanya tanda
infeksi, tidak ditemukan adanya dissuria, urgensi, frekunsi, dan terbakar
4
Mempertahankan integritas kulit, ditunjukkan dengan
adanya perineal kering tanpa inflamasi dan kulit sekitar ureteostomi kering
5
Memberikan rasa nyaman, ditunjukan dengan brekurangnya
disuria, tidak ditemukan adanya distensi pada kandungan kemih, dan adanya
espresi senang menganai perasan
6
Melakukan blodder training, ditunjukan dengan
berkurangnya frekuensi inkontinensia dan mampu berkemih di saat ingin berkemih.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dari
materi yang kita bahas di atas kita bisa mengambil kesimpulan bahwa eliminasi
urine merupakan proses pengeluaran urin yang melalui ginjal(renal), ureter,
kandung kemih(vesika urinaria), uretra. Eliminasi urine dipengaruhi oleh diet
dan asupan, respon keinginan awal untuk berkemih, gaya hidup, stress
psikologis, tingkat aktivitas, tingkat perkembangan, kondisi penyakit, sosiokultural,
kebiasaan seseorang, tonus otot, pembedahan, dan pengobatan. Dalam eliminasi
urine terdapat masalah yang sering kita jumpai salah satunya retensi urine dan
inkontinensial urine.
B. SARAN
Setelah
kita membahas materi tentang eliminasi urine kami berharap agar pembaca mampu
memahi tentang eliminasi urine itu sendiri dan bagi para pembaca dapat
mengambil tindakan dalam asuhan keperawatan yang berhubungan dengan masalah
eliminasi urine.
DAFTAR
PUSTAKA
Alimul, A. Aziz. 2006. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia Buku 2.
Jakarta: Salemba
Medika.
Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah.
Jakarta: EGC.
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan YME yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya. Sehingga kami dapat menyelesaikan
tugas makalah ini.
Dalam penyusunan makalah ini, penulis banyak mendapatkan
bantuan baik dari segi materi maupun masukan dari pihak lain. Untuk itu penulis
mengucapkan banyak terima kasih kepada pihak yang telah berkenan memberikan
bantuan kepada penulis.
Dengan segala kerendahan hati penulis menyadari
sepenuhnya bahwa makalah ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, saran
dan kritik yang membangun senantiasa kami harapkan dari pembaca sekalian.
Semarang,
26 APRIL 2008
PENULIS
DAFTAR
ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................... i
KATA PENGANTAR ............................................................................. ii
DAFTAR ISI .......................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................ 1
A.
LATAR
BELAKANG .................................................................. 1
B.
RUMUSAN
MASALAH .............................................................. 1
C.
TUJUAN
MAKALAH ................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN ......................................................................... 3
A.
PENGERTIAN
ELIMINASI URINE ………………………………. 3
B.
PROSES BERKEMIH
................................................................ 5
C.
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ELIMINASI URINE ............ 5
D.
MASALAH KEBUTUHAN ELIMINASI URINE ............................ 7
- ASUHAN KEPERAWATAN pada Masalah Kebutuhan
Eliminasi Urine ......................................................................... 11
BAB III PENUTUP ............................................................................... 25
A.
KESIMPULAN ........................................................................... 25
B.
SARAN ...................................................................................... 25
DAFTAR PUSTAKA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar