Kamis, 31 Maret 2016

MAKALAH KEBUTUHAN DASAR MANUSIA II ELIMINASI URINE



BAB I
PENDAHULUAN


  1. LATAR BELAKANG
Makhluk hidup khususnya manusia hidup melakukan aktivitas yang bervariasi. Dari aktivitas yang bervariasi tersebut tubuh manusia banyak sekali malakukan aktivitas. Sistem-sistem yang ada dalam tubuh manusia yang terdiri dari sistem syaraf, sistem muskuloseletal, sistem respirasi, dan masih banyak yang lainnya termasuk sisten urinasi atau perkemihan. Organ yang berperan dalam sistem ini adalah ginjal, uretra, kandung kemih, ureter dengan fungsinya masing-masing. Umumnya keringat keluar ketia kita beraktivitas baik secara normal maupun maksimal, tetapi keringat, air dan zat-zat tubuh yang sudah tidak digunakan lagi dapat juga dieluarkan melalui vesika urinaria atau kandung kemih. Dalam pengeluaran urine adapun proses-prosesnya yaitu filtrasi, absorbsi, reabsorbsi semua proses tersebut akan dibahas dalam makalah yang akan  kami sajikan. Dalam urinisasi sendiri itu terkadang terdapat permasalahan yang menyangkut proses pengeluaran urinasi dan dalam makalah ini juga aan ditampilkan beserta askep nya. Pembahasan ini akan dibahas dari proses sampai permasalahan-permasalahan yang dihadapi.
  1. RUMUSAN MASALAH
1)    Apa pengertian dari eliminasi urine?
2)    Bagaimana proses berkemih?
3)    Apa faktor-faktor yang mempangaruhi proses berkemih?
4)    Apa permasalahan yang berhubungan dengan kebutuhan eliminasi urine?
5)     Bagaimana ASKEP yang dilakukan terhadap masalah kebutuhan eliminasi urine?



  1. TUJUAN MAKALAH
                          I.    Menjelaskan pengertian eliminasi urine.
                        II.    Menjelaskan proses berkemih
                       III.    Menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi proses berkemih
                      IV.            Menjelaskan permasalahan yang berhubungan dengan kebutuhan eliminasi urine.
                       V.            Menjelaskan ASKEP yang dilakukan terhadap masalah kebutuhan eliminasi urine.























BAB II
PEMBAHASAN


  1. PENGERTIAN ELIMINASI URINE
Eliminasi materi sampah merupakan salah satu dari proses metabolik tubuh. Produk sampah dikeluarkan melalui paru-paru, kulit, ginjal dan pencernaan. Sistem tubuh yang berperan dalam proses eliminasi urine adalah ginjal, ureter, kandung kemih, dan uretra.
§      GINJAL
Ginjal merupakan organ retroperitonial (dibelakang selaput perut), terdiri atas ginjal sebelah kanan dan kiri tulang punggung. Ginjal berperan sebagai pengatur komposisi dan volume cairan dalam tubuh serta penyaring darah untuk dibuang dalam bentuk urine sebagai zat sisa yang tidak diperlukan oleh tubuh dan menahannya agar tidak bercampur dengan zat-zat yang dibutuhkan oleh tubuh. Pada bagian ginjal terdapat nefron (berjumlah kurang lebih 1juta) yang merupakan unit dari struktur ginjal. Melalui nefron, urine disalurkan kedalam bagian pelvis ginjal, kemudian disalurkan melaluin ureter ke kandung kemih.
§      URETER
Air kemih yang disekresi oleh ginjal akan dialirkan oleh vesika urinaria (kandung kemih) melalui ureter. Ureter berada pada daerah kiri dan kanan yang menghubungkan pelvis renalis dengan kandung kemih. Panjang ureter urang lebih 25-30 cm dan diameternya 0,5 cm. Ureter sebagian terletak dalam rongga panggul (pars abdominalis) dan selanjutnya berjalan didalam rongga panggul. Ureter terletak pada retroperitro renalis. Dindingnya terdiri dari tiga lapisan otot yaitu lapisan mukosa, lapisan otot polos dan lapisan jaringan mukosa.
Lapisan dinding menimbulkan gerakan-gerakan peristaltik tiap 5menit yang mendorong air kemih ke dalam kandung air kemih. Batu ginjal yang turun kedalam vesika urinaria akan melalui ureter dan menyebabkan gesekan pada dinding ureter yang menimbulkan rasa kolik ureter.
§      KANDUNG KEMIH (VESIKA URINARIA)
Kandung kemih (buli-buli sampai blader)merupakan sebuah kantong yang terdiri atas otot halus, berfungsi menampung urine. Dalam kandung kemih terdapat beberapa lapisan jaringan otot yang paling dalam, memanjang ditengah, dan melingkar yang disebut sebagai detrusor, berfungsi untuk mengeluarkan urine bila terjadi kontraksi. Pada dasarnya kandung kemih terdapat lapisan tengah jaringan otot berbentu lingkaran bagian dalam atau disebut sebagai otot lingkar yang berfungsi menjaga saluran antara kandung kemih dan uretra, srhingga uretra dapat menyalurkan urine dari kandung kemih keluar tubuh.
      Penyaluran rangsangan ke kandung kemih dan rangsangan motoris ke otot lingkar bagian dalam diatur oleh sistem simpatis. Akibat dari rangsangan ini, otot lingkar menjadi kendordan terjadi kontraksi sfingter bagian dalam sehingga urine tetap tinggal dalam kandung kemih. Sistem parasimpatis menyalurkan rangsangan motoris kandung kemih dan rangsangan penghalang ke bagian dalam otot lingkar. Rangsangan ini dapat menyebabkan terjadinya kontraksi otot detrusor dan kendurnya sfingter.
§      URETRA
Merupakan organ yang menyalurkan urine kebagian luar. Fungsi uertra pada wanita berbeda dengan pria. Pada pria, uretra digunakan sebagai tempat pengaliran urine dan sistem reproduksi, berukuran panjang 13,7-16,2cm, dan terdiri atas 3bagian yaitu prostat, selaput,dan ruang (bagian yang berongga). Pada wanita, uretra memiliki panjang 3,7-6,2cm dan hanya berfungsi sebagai tempat menyalurkan urine kebagian luar tubuh.
Saluran perkemihan dilapisi oleh membran mukosa, dimulai dari meatus uretra hingga ginjal. Meskipun mikroorganisme  secara normal tidak ada yang bisa melewati uretra bagian bawah, membran mukosa ini pada keadaan patologis yang terus menerus akan menjadikan media ini baik untuk pertumbuhan beberapa patogen.
  1. PROSES BERKEMIH
Berkemih(mictio, mycturition, voiding atau urination) adalah proses pengosongan vesika urinaria(kandung kemih). Proses ini dimulai dimulai dengan terkumpulnya urine  dalam kandung kemih yang merangsang saraf-saraf sensorik dlam dinding kandung kemih. Vesika urinaria dapat menimbulkan rangsangan saraf bila berisi kurang lebih 250-400cc (pada orang dewasa) dan 200-250cc (pada anak-anak).
            Mekanisme berkemih terjadi karena vesika urinaria berisi urine yang dapat menimbulkan rangsangan melalui medula spinalis diantaran kepusat pengontrol berkemih yang terdapat dikorteks selebra, kemudian otak memberikan impuls atau rangsangan melalui medula spinalis e neuro motoris didaerah sakral, serta terjadi koneksasi otot detrusor dan relaksi otot sfingter.
Komposisi urine :
1.    air        (96%)
2.    larutan (4%)
a.    larutan organik
terdiri dari urea, amoniak, kreatin, dan urine acid
b.    larutan anorganik
terdiri dari natrium (sodium), klorida, kalium (postasium), sulfat, magnesium, dan fosfor.
Natrium lorida merupakan garam anorgani yang paling banyak.
  1. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ELIMINASI URINE
Ø  Diet dan Asupan
Jumlah dan tipe makanan merupakan faktor utama yang mempengaruhi out put atau jumlah urine. Protein dan natrium dapat menentukan jumlah urine yang dibentuk. Selain itu, kopi juga dapat meningkatkan pembentukan urine.
Ø  Respon Keinginan Awal untuk Berkemih
Kebiasaan mengabaikan keinginan awal untuk berkemih dapat menyebabkan urine banyak tertahan di dalam vesika urinaria sehingga mempengaruhi ukuran vesika urinaria dan jumlah pengeluaran urine.
Ø  Gaya Hidup
Perubahan gaya hidup dapat mempengaruhi pemenuhan kebutuhan eliminasi dalam kaitannya dan jumlah pengeluaran urine.
Ø  Stress Psikologis
Meningkatnya sterss dapat mengakibatkan seringnya frekuensi keinginan berkemih. Hal ini karena meningkatnya sensitifitas untuk keinginan berkemih dan jumlah urine yang diproduksi.
Ø  Tingkat Aktivitas
Eliminasi urine membutuhkan tonus otot vesia urinaria yang bai untuk fungsi sfingter. Hilangnya tonus otot vesia urinaria menyebabkan kemampuan pengontrolan berkemih menurun dan kemampuan tonus otot didapatkan dengan beraktivitas.
Ø  Tingkat Perkembangan
Tiingkat tumbang mempengaruhi proses berkemih. Hal tersebut terdapat pada anak-anak disebabkan akibat esulitan mengontrol buang air kecil.
Ø  Kondisi Penyakit
Kondisi penyakit seperti DM akan mempengaruhi produksi urine.
Ø  Kebiasaan Seseorang
Seseorang yang memiliki kebiasan berkemih di toilet dapat mengalami kesulitan untuk berkemih melalui urinal atau pot urine bila dalam keadaan sakit.


Ø  Sosiokultural
Budaya dapat mempengaruhi pemenuhan kebutuhan eliminasi urine, seperti adanya kultur masyarakat yang melarang untuk buang air kecil di tempat tertentu.
Ø  Tonus otot
Tonus otot yang memiliki peran penting dalam membantu proses berkemih adalah kandung kemih, otot abdomen dan pelvis. Ketiganya sangat berperan dalam kontraksi pengontrolan pengeluaran urine.
Ø  Pembedahan
Efe pembedahan dapat menurunkan filtrasi glomerulus yang dapat menyebabkan penurunan jumlah produksi urine karena dampak dari pemberian obat anestesi.
Ø  Pengobatan
Efek pengobatan menyebabkan peningkatan atau penurunan jumlah urine. Misalnya, pemberian deuretik dapat meningkatan jumlah urine, sedangkan pemberian obat antikolinergik atau antihipertensi dapat menyebabkan retensi urine.
D.   MASALAH KEBUTUHAN ELIMINASI URINE
1)    RETENSI URINE
           Merupakan penumpukan urine dalam kandung kemih akibat ketidakmampuan kandung kemih untuk mengosongkan isinya, sehingga menyebabkan distensi dari vesika urinaria atau suatu keadaan dimana seseorang mengalami pengosongan kandung kemih yang tidak lengkap.
           Tanda-tanda linis pada retensi :
§      Ketidaknyamannya daerah pubis
§      Distensi vesika urinaria
§      Ketidaksanggupan untuk berkemih
§      Sering berkemih saat vesika urinaria berisi sedikit urine (25-50 ml)
§      Meningkatnya keresahan dan einginan berkemih
§      Adanya urine sebanyak 3000-4000 ml dalam kandung kemih
                        Penyebab :
   Operasi pada daerah abdomen bawah, pelvis vesika urinaria
   Trauma sumum tulang belakang
   Tekanan uretra yang tinggi disebabkan oleh otot detrusor yang lemah
   Sfingter yang kuat
   Sumbatan (striktur uretra dan pembesaran kelenjar prostat)
2)    INKONTINENSIA URINE
Inkontinensia urine adalah ketidakmampuan otot sfingter eksternal sementara atau menetap untuk mengontrol ekskresi urine. Inkontinensia urine terdiri atas :
a)    Inkontinensia dorongan
Merupakan keadaan dimana seseorang mengalami pengeluaran urine tanpa sadar, terjadi segera setelah merasa dorongan yang kuat untuk berkemih.
     Kemugkinan penyebab :
§  Penurunan kapasitas kandung kemih
§  Iritasi pada reseptor regangan kandung kemih yang menyebabkan spasme (iritasi saluran kemih)
§  Minum alkohol atau kafein
§  Peningkatan cairan
§  Peningkatan konsentrasi urine
§  Distensi kandung kemih yang berlebihan
Tanda-tanda inkontinensia dorongan :
§  Sering miksi (miksi lebih dari 2jam sekali)
§  Spasme kandung kemih
b)   Inkontinensia total
Merupakan keadaan dimana seseorang mengalami pengeluaran urine yang terus-menerus dan tidak dapat diperkirakan.
     Kemungkinan penyebab :
§  Disfungsi neurologis
§  Kontraksi independen dan refleks detrusor karena pembedahan
§  Trauma atau penyakit yang mempengaruhi saraf medula spinalis
§  Fistula
§  Neuropati
Tanda-tanda inkontinensia total :
§  Aliran konstan yang terjadi pada saat tidak diperkirakan
§  Tidak ada distensi kandung kemih
§  Noturia
§  Pengobatan inkontinensia tidak berhasil
c)    Inkontinensia stres
Merupakan keadaan seseorang yang mengalami kehilangan urine kurang dari 50 ml, terjadi dengan peningkatan tekanan abdomen.
                 Kemungkinan penyebab :
§  Perubahan degeneratif pada otot pelvis dan struktur penunjang yang berhubungan dengan penuaan
§  Tekanan intra abdominal tinggi (obesitas)
§  Distensi kandung kemih
§  Otot pelvis dan struktur penunjang lemah
Tanda-tanda inkontinensia stres
§  Adanya urine menetes dengan peningkatan tekanan abdomen
§  Adanya dorongan berkemih
§  Sering miksi (lebih dari 2jam sekali)
d)   Inkontinensia refleks
Merupakan keadaan dimana seseorang mengalami pengeluaran urine yang tidak dirasakan, terjadi pada interval yang dapat diperkirakan bila volume kandung kemih mencapai jumlah tertentu.
                 Kemungkinan penyebab :
                 Kerusakan neurologis (lesi medula spinalis)
                 Tanda-tanda inkontinensia refleks :
# Tidak ada dorongan untuk berkemih
# Merasa bahwa kandung kemih penuh
# Kontraksi atau spasme kandung kemih tidak dihambat pada interrval teratur
e)    Inkontinensia fungsional
Merupakan keadaan seseorang yang mengalami pengeluaran urine secara tanpa disadari dan tidak dapat diperkirakan.
                 Kemungkinan penyebab :
                 Kerusakan neurologis (lesi medula spinalis)
                 Tanda-tanda inkontinensia fungsional :
# Adanya dorongan untuk berkemih
# Kontraksi kandung kemih cukup kuat untuk mengeluarkan urine
3)    ENURESIS
Merupakan ketidaksanggupan menahan kemih (mengompol) yang diakibatkan tidak mampu mengontrol sfingter eksternal. Biasanya terjadi pada anak atau orang jompo, umumnya pada malam hari.
     Faktor penyebab :
Kapasitas vesika urinaria lebih besar dari kondisi normal
Anak yang takut jalan gelap untuk kekamar mandi
Makanan yang banyak mengandung garam dan mineral, atau makanan pedas
Infeksi saluran kemih atau neurologis sistem perkemihan
Vesika urinaria peka rangsang dan seterusnya tidak dapat menampung urine dalam jumlah besar



4)    URETEROTOMI
Ureterotomi adalah tindakan operasi dengan jalan membuat stoma pada dinding perut untuk drainase urine. Operasi ini dilakukan karena adanya penyakit atau disfungsi pada kandung kemih.
5)    FREKUENSI BAK SERING
Normal bila seseorang meningkatkan jumlah pemasukan cairan. Tetapi bila peningkatan frekuensi BAK terjadi tanpa diikuti pemasukan cairan yang meningkat kemungkinan terjadi sistitis (peradangan kandung kemih akut). Stres atau adanya penekanan pada kandung kemih seperti pada waktu kehamilan.
6)    NOKTURIA/NIKTURIA
Nikturia yaitu terjadinya peningkatan urinasi pada malam hari bukan karena intake cairan.
7)    URGENSI
Urgensi adalah perasaan atau dorongan BAK yang sering walaupun jumlah urine yang terkandung dalam kandung kemih sedikit.
8)    DISURIA
Disuria adalah pengosongan kandung kemih yang disertai dengan rasa nyeri. Hal ini dapat terjadi karena adanya striktur, infeksi atau perlukaan pada uretra dan kandung kemih.
9)    NEUROGENIK BLADDER
Perubahan fungsi saraf dapat mengganggu mekanisme normal eliminasi. Pasien dengan neurogenik bladder tidak dapat merasakan kandung kemih penuh atau tidak mampu mengontrol sfingter urinari.
E)   ASUHAN KEPERAWATAN pada Masalah Kebutuhan Eliminasi Urine
1.    Pengkajian Keperawatan
Pengkajian pada kebutuhan eliminasi urine meliputi:
F Kebiasaan Berkemih
pengkajian ini meliputi bagaimana kebiasaan berkemih serta hambatannya. Frekuensi berkemih bergantung pada kebiasaan dan kesempatan. Banyak orang berkemih setiap hari pada waktu bangun tidur dan tidak memerlukan waktu untuk berkemih pada malam hari.
F Volume urine
Volume urine menentukan berapa jumlah urine yang dikeluarkan dalam waktu 24 jam.
F Faktor yang mempengaruhi kebiasaan buang air kecil:
·         Diet dan asupan dapat mempengaruhi jumlah urine yang dibentuk.
·         Gaya hidup
·         Stres psikologis dapat meningkatkan frekuensi keinginan berkemih
·         Tingkat aktivitas
F Keadaan urine meliputi : warna, bau, berat jenis, kejernihan, pH, protein, darah, glukosa.
F Tanda klinis gangguan eliminasi urine seperti tanda retensi urine, inkontinensia urine, enuresis.
2)    Diagnosis Keperawatan
Diagnosis yang terjadi pada masalah kebutuhan eliminasi urine adalah :
a)    Perubahan pola eliminasi urine berhubungan dengan :
·         Ketidakmampuan saluran kemih akibat anomali saluran urinaria
·         Penurunan kapasitas atau iritasi kandung kemih akibat penyakit
·         Kerusakan pada saluran kemih
·         Efek pembedahan saluran kemih
·         Penurunan tonus otot akibat dampak pengobatan, dehidrasi, atau faktor psikologis
·         Pasca pemasangan kateter indwelling
·         Lemahnya otot dasar pelvis akibat obesitas atau proses penuaan
·         Ketidakmampuan mengomunikasikan kebutuhan
·         Obstruksi saluran kandung kemih akibat konstipasi
·         Hambatan lingkungan ke kamar mandi
·         Ketidakmampuan ke kamar mandi akibat kerusakan mobilitas
·         Kapasitas kandung kemih sedikit (pada anak)
·         Kurangnya motivasi (pada anak)
b)    Inkontensia fungsional berhubungan dengan
F Penurunan isyarat kandung kemih dan kerusakan kemampuan untuk mengenal isyarat akibat cidera atau kerusakan saraf
F Penurunan tonus kandung kemih akibat dampak pengobatan, dehidrasi, atau fator psikologis
F Kerusakan mobilitas
F Hambatan lingkungan
F Kehilangan kemampuan motoris dan sensoris(lansia)
c)    Inkontenisia refleks berhubungan dengan
o   Gagalnya konduksi rangsangan diatas tingkatan arkus refleks akibat cedera pada medula spinalis
d)    Inkontensia stres berhubungan dengan
Ketidakmampuan kandung kemih mengeluarkan urine akibat kelainan kongenital
Perubahan degeneratif pada otot pelvis akibat kekurangan hormon ekstrogen
Tinginya tekanan intraabdominal dan lemahnya otot pelvis akibat obesitas dan kehamilan.
Penurunan tonus otot (pada lansia)
e)    Inkontinensia total berhubungan dengan
§  Defisit komunikasi atau persepsi
f)     Inkontinensia dorongan berhubungan dengan
§      Penurunan kapasitas kandung kemih akibat penyakit infeksi, trauma, tindakan pembedahan, faktor penuaan.
§      Iritasi pada reseptor peregang kandung kemih akibat penggunaan alkohol, asupan berlebih, dan lain sebagainya.
g)    Retensi urine berhubungan dengan
# Adanya hambatan pada sfingter akibat penyakit striktur dan BPH
# Kerusakan atau ketidak kuatan jaras aferen akibat cedera dan penggunaan obat seperti antihistamin atau antiolinergik
# Obstruksi jalan keluar kandung kemih akibat impaksi feses
# Stres atau ketidaknyamanan
h)   Perubahan body image berhubungan dengan inkontinensia, ureterostomi, dan eneuresis
i)     Resiko terjadinya infeksi saluran kemih berhubungan dengan pemasangan kateter, pemeriksaan sistoskopi, dan kebiasaan kebersihan perineum yang kurang
j)      Resiko perubahan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan gangguan drainase ureterostomi
3)    PERENCANAAN KEPERAWATAN
Tujuan :
a)    Memahami arti eliminasi urine
b)    Membantu mengosongkan kandung kemih secara penuh
c)    Mencegah infeksi
d)    Mempertahankan integritas kulit
e)    Memberikan rasa nyaman
f)     Mengembalikan fungsi kandung kemih
g)    Memberikan asupan cairan secara tepat
h)   Mencegah kerusakan kulit
i)     Memulihkan self esteem atau mencegah tekanan emosional
Rencana Tindakan :
a)    Monitor atau observasi perubahan faktor, tanda gejala terhadap masalah perubahan eliminasi urine, retensi, inkontinensia
b)    Kurangi faktor yang mempengaruhi/penyebab masalah
c)    Monitor terus perubahan retensi urine
d)    Lakukan kateterisasi urine
Retensi Urine
Latih teknik pengosongan kandung kemih, seperti :
1)    Teknik manuver valsava (meregangkan abdomen) dengan cara
# Membungkuk arah paha
# Mengontraksikan otot abdomen dengan mengejan atau tahan napas selama mengejan
# Menahan regangan atau napas sampai aliran urine berhenti, tunggu satu menit dan tegangkan kembali
# Lakukan hingga urine tidak dapat lagi dibuang
2)    Teknik manuver crede
§  Tempatkan kepalan tangan dibawah area umbilikal
§  Letakkan salah satu tangan di puncak tangan yang lain
§  Tekan hingga kuat ke bawah dan ke arah arkus pelvis
§  Ulangi enam sampai tujuh kali sampai tidak ada lagi urine yang dapat dibuang
§  Lakukan hingga pengosongan sempurna
3)    teknik manuver regangan anal
# Duduk pada toilet (pispot)
# Membungkuk pada paha
# Tempatkan sebuah sarung tangan di belakang bokong
# Masukkan salah satu jari-jari tangan yang sudah diberi pelumas ke dalam anus sampai sfingter anal
# Lebarkan jari-jari atau tarik ke arah posterior
# Lakukan regangan sfingter anak dan pertahankan distensi
# Lakukan mengejan dan berkemih
# Tarik napas dalam dan tahan sampai mengejan
# Relaksasi
Inkontinensia dorongan
1)    Pertahankanhidrasi secara optimal
2)    Ajarkan untuk meningkatkan kapasitas kandung kemih dengan cara
# Tentukan volume emih tiap kali melakukannya
# Anjurkan untuk menahan selama mungkin
# Hindari sering berkemih yang merupakan kebiasaan
# Kembangkan program rekondisi kandung kemih
3)    Ajarkan pola berkemih terencana
4)     Anjurkan berkemih pada saat terjaga seperti setelah makan, latihan fisik, dan mandi
5)    Anjurkan untuk menahan sampai waktu berkemih
6)    Lakukan kolaborasi dengan tim dokter dalam mengatasi iritasi kandung kemih
Inkontinensia total
1)    Pertahankan jumlah cairan dan berkemih
2)    Rencanakan program keteterisasi intermiten apabila ada indikasi
3)    Apabila terjadi kegagalan pada latihan kandung kemih pertimbangkan untuk pemasangan kateter indweeling
Inkontinensia stres
Kurangi faktor penyebab seperti :
1)    Kehilangan jaringan atau tonus otot, dengan cara :
§  Ajarkan untuk mengidentifikasi otot dasar pelvis dan kekuatan kelemahannya saat melakukan latihan
§  Untuk otot dasar pelvis posterior dengan imajinasi, coba hentikan aliran feses dan kencangkan otot-otot anus dalam waktu 10 detik tanpa merapatkan kaki atau otot-otot abdomen
§  Untuk otot dasar pelvis anterior bayangkan anda mencoba menghentikan aliran urine, kencangkan otot-otot belakang dan depan dalam waktu 10 detik, kemudian lepaskan atau rileks, ulangi hingga 10 kali dan lakukan 4kali sehari
§  Hentikan dan mulailah aliran urine beberapa saat selama berkemih
2)    Meningkatkan tekanan abdomen, dengan cara :
#                      Latih untuk menghindari duduk lama
#                      Latih untuk sering berkemih sedikitnya tiap 2 jam
Inkontinensia refleks
Ajarkan teknik merangsang refleks berkemih seperti :
1)    Ketuk supra pubis secara dalam, tajam, dan berulang
2)    Anjurkan pasien untuk
#   Posisi setengah duduk
#   Mengetuk kandung kemih secara langsung dengan rata-rata 7-8 kali setiap 5detik
#   Gunakan satu tangan
#   Pindahkan sisi rangsangan di atas kandung kemih untuk menentukan posisi paling berhasil
#   Lakukan hingga aliran baik
#   Tunggu kurang lebih 1menit dan ulangi hingga kandung kemih kosong
#   Apabila rangsangan 2kali lebih dan tidak ada respons, berarti sudah tidak ada lagi yang dikeluarkan
3)    Apabila belum berhasil, lakukan hal berikut ini selama 2-3 menit dan berikan jeda waktu 1menit di antara setiap kegiatan
§    Tekan gland penis
§    Pukul perut di atas ligamen inguinal
§    Tekan paha bagian dalam
4)    Catat jumlah asupan dan pengeluaran
5)    Jadwalkan program kateterisasi pada saat tertentu
Inkontinensia fungsional
1)    Tingkatkan faktor yang berperan dalam kontinen, seperti :
a)   Pertahankan hidrasi optimal dengan cara
§  Berikan asupan cairan 200-300 ml/hari, kecuali bila terdapat kontraindiasi
§  Ajarkan untuk tidak tergantung pada rasa haus baru minum
§  Atur jarak minum, sebaiknya setiap 2jam
§  Kurangi asupan cairan pada malam hari
§  Kurangi minuman seperti kopi, jus anggur, teh, atau minuman yang berdampak diuretik
§  Jangan memakan tomat dan jus jeruk dalam jumlah banyak karena dapat menyebabkan sifat basa
b)    Pertahankan nutrisi yang adekuat
c)    Tingkatan integritas diri dan berikan motivasi kemampuan mengontrol kandung kemih, dengan cara menghindari penggunaan bedpan (pispot)
d)    Tingkatkan integritas kulit, dengan cara
·         Bersihkan area dan keringkan
·         Berian salep pelindung
e)    Tingkatkan higiene perseorangan, dengan cara
# Mandi dengan air mengalir
# Bersihkan perineum dan uretra dari depan ke belakang(bagi wanita)
2)    Jelaskan cara mengenali perubahan urine yang abnormal seperti adanya peningkatan mukosa, darah dalam urine, dan perubahan warna
3)    Ajarkan cara memantau adanya tanda dan gejala ISK, seperti peningkatan suhu, perubahan keadaan urine, nyeri pubis bagian atas,nyeri saat berkemih, dan sering meningkatnya pH urine.
4)   PELAKSANAAN (TINDAKAN) KEPERAWATAN
      Pengumpulan urine untuk bahan pemeriksaan
      Mengingat tujuan pemeriksaan dengan bahan urine berbeda-bada, maka pengambilan atau pengumpulan urine juga dibedakan sesuai dengan tujuannya. Cara pengambilan urine tersebut antara lain : pengambilan urine biasa, pengambilan urine steril, dan pengumpulan selama 24 jam.
1)    Pengambilan urine biasa merupakan pengambilan urine dengan cara mengeluarkan urine secara biasa, yaitu buang air kecil. Biasanya digunakan untuk memeriksa gula atau kehamilan.
2)     Pengambilan urine steril merupakan pengambilan urine dengan menggunakan alat steril, dilakukan dengan kateterisasi atau pungsi supra pubis. Fungsinya yaitu untuk mengetahui adanya infeksi pada uretra, ginjal, atau saluran kemih lainnya.
3)    Pengambilan urine selama 24 jam merupakan pengambilan urine yang dikumpulkan dalam waktu 24 jam, bertujuan untuk mengetahui jumlah urine selama 24 jam dan mengukur berat jenis, asupan, dan pengeluaran serta mengetahui fungsi ginjal.
ALAT :
1)    Botol penampung beserta penutup
2)    Etiket khusus
PROSEDUR KERJA :
1)    Cuci tangan
2)    Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
3)    Bagi pasien tidak mampu buang air kecil sendiri, keluarkan urine, setelah itu tampung dengan menggunakan botol
4)    Bagi pasien yang mampu buang air kecil sendiri, anjurkan pasien untuk buang air kecil dan anjurkan untuk menampung urine ke dalam botol
5)    Catat nama pasien dan tanggal pengambilan bahan pemeriksaan
6)    Cuci tangan
Menolong Buang Air Kecil dengan Menggunakan Urinal 
 Menolong buang air kecil dengan menggunakan urinal merupakan tindakan keperawatan dengan membantu pasien yang tidak mampu buang air kecil sendiri di kamar mandi menggunakan alat penampungf (urinal) dengan tujuan menampung urine (air kemih) dan mengetahui kelainan dari urine (warna dan jumlah).
Alat dan bahan :
1)    Urinal
2)    Pengalas
3)    Tisu
Prosedur kerja
1)    Cuci tangan
2)    Jelaskan prosedur pada pasien
3)    Pasang alas urinal di bawah glutea
4)    Lepas pakain bawah pasien
5)    Pasang urinal di bawah glutea/ pinggul atau diantara kedua paha
6)    Anjurkan pasien untuk berkemih
7)    Setelah selesai rapikan alat
8)    Cuci tangan dan catat warna serta jumlah produksi urine
Melakukan Kateterisasi
 Kateterisasi merupakan tindakan keperawatan dengan cara memasukkan kateter ke dalam kandung kemih melalui uretra yang bertujuan membantu memenuhi kebutuhan eliminasi dan senagai pemngambilan bahan pemeriksaan, pelaksanaan kateterisasi dapat dilakukan dua cara : intermiten (straight kateter) dan indwelling (foley kateter)
Indikasi :
Tipe intermiten
§  Tidak mampu berkemih 8-12 jam setelah operasi
§  Retensi akut setelah trauma uretra
§  Tidak mampu berkemih akibat obat sedatif atau analgesik
§  Cedera pada tulang belakang
§  Degenerasi neuromuskular secara progresif
§  Pengeluaran urine residual
Tipe indwelling
# Obstruksi aliran urine
# Pascaoperasi uretra dan strutuk di sekitarnya (TUR-P)
# Obstruksi uretra
# Inkontinensia dan disorientasi berat
Alat dan Bahan
1)    Sarung tangan steril
2)     Kateter steril (sesuia dengan ukuran dan jenis)
3)    Duk steril
4)    Minyak pelumas/ jeli
5)    Larutan pembersih antiseptik (kapas sublimat)
6)    Spuit yang berisi cairan
7)    Perlak dan alasnya
8)    Pinset anatomi
9)    Bengkok
10) Urinal bag
11) Sampiran
Prosedur kerja :
Untuk pasien pria 
1)    Cuci tangan
2)    Jelaskan prosedur
3)    Atur ruangan atau pasang sampiran
4)    Pasang perlak atau alas
5)    Gunakan sarung steril
6)    Pasang duk steril
7)    Pagang penis dengan tangan sebelah kiri, lalu preputium ditarik sedikit ke pangkalnya dan bersihkan dengan kapas sublimat/savlon
8)    Beri minyak pelumas atau jeli pada ujung kateter (kurang lebih 12,5-17,5cm), lalu masukkan pelan-pelan (kurang lebih 17,5-20cm) sambil anjurkkan untuk menarik napas
9)    Jika tertahan jangan dipaksa/tegangkan
10) Setelah kateter masuk, isi balon dengan cairan aquades atau sejenisnya untuk yang dipasang tetap, dan bila tidak dipasang tetap tarik kembali sambil pasien disuruh napas dalam
11) Sambung kateter dengan urobag dan fiksasi ke arah atas paha/ abdomen
12) Rapikan alat
13) Cuci tangan
Untuk pasien wanita
1)    Cuci tangan
2)    Jelaskan prosedur
3)    Atur ruangan
4)    Pasang perlak/ alas
5)    Gunakan sarung steril
6)    Pasang duk steril
7)    Bersihkan vulva dengan kapas sublimat dari atas ke bawah (kurang lebih 3 kali hingga bersih)
8)    Buka labia mayor dengan ibu jari dan telunjuk tangan kiri lalu bersihkan bagian dalam
9)    Beri minyak pelumas atau jeli pada ujung kateter (kurang lebih 2,5-5cm), lalu masukkan pelan-pelan sambil anjurkan pasien untuk menarik napas, masukkan (2,5-5cm) atau hingga urine keluar
10) Setelah selesai, isi balon dengan cairan aquades atau sejenisnya menggunakan spuit untuk yang dipasang tetap dan bila tidak dipasang tetap tarik kembali sambil suruh pasien untuk napas dalam
11) Sambung kaeter dengan urobag dan fiksasi kearah samping
12) Rapikan alat
13) Cuci tangan
Menggunakan Kondom Kateter
Merupakan tindakan keperawatan dengan cara memberikan kondom kateter pada pasien yang tidak mampu mengontrol berkemih dengan tujuan agar pasien dapat berkemih dan mempertahankannya.
Alat dan bahan :
1)    Sarung tangan
2)    Air sabun
3)    Pengalas
4)    Kondom kateter
5)    Urinal bag
6)    Sampiran
Prosedur kerja :
1)    Cuci tangan
2)    Jelaskan prosedur
3)    Atur ruangan atau pasang sampiran
4)    Pasang perlak atau alas
5)    Gunakan sarung tangan
6)    Atur posisi pasien dengan telentang
7)    Bersihkan daerah genetalia dengan sabun dan bilas dengan air hingga bersih kemidian keringkan
8)    Lakukan pemasangan kondom dengan menyisakan 2,5-5cm ruang antara glans penis dengan ujung kondom
9)    Letakkan batang penis dengan perekat elastis, tapi jangan terlalu ketat
10) Hubungkan ujung kondom kateter dengan saluran uroibag
11) Rapikan alat
12) Cuci tangan

5)   EVALUASI KEPERAWATAN
Evaluasi keperawatan terhadap gangguan kebutuhan eliminasi urine secara umum dapat dinilai dari adanya kemampuan dalam :
1      miksi secara normal, ditunjukkan dengan kemampuan pasien berkkemih sesuai dengan asupan cairan dan pasien mampu berkemih tanpa menggunakan obat, kompresi pada kandung kemih atau kateter
2     Mengosongkan kandung kemih, ditunjukkandengan berkurangnya distensi, volume urine residu, dan lancarnya kepatenan drainase
3     Mencegah infeksi, ditujukkan dengan tidak adanya tanda infeksi, tidak ditemukan adanya dissuria, urgensi, frekunsi, dan terbakar
4     Mempertahankan integritas kulit, ditunjukkan dengan adanya perineal kering tanpa inflamasi dan kulit sekitar ureteostomi kering
5     Memberikan rasa nyaman, ditunjukan dengan brekurangnya disuria, tidak ditemukan adanya distensi pada kandungan kemih, dan adanya espresi senang menganai perasan
6     Melakukan blodder training, ditunjukan dengan berkurangnya frekuensi inkontinensia dan mampu berkemih di saat ingin berkemih.









BAB III
PENUTUP


A. KESIMPULAN
          Dari materi yang kita bahas di atas kita bisa mengambil kesimpulan bahwa eliminasi urine merupakan proses pengeluaran urin yang melalui ginjal(renal), ureter, kandung kemih(vesika urinaria), uretra. Eliminasi urine dipengaruhi oleh diet dan asupan, respon keinginan awal untuk berkemih, gaya hidup, stress psikologis, tingkat aktivitas, tingkat perkembangan, kondisi penyakit, sosiokultural, kebiasaan seseorang, tonus otot, pembedahan, dan pengobatan. Dalam eliminasi urine terdapat masalah yang sering kita jumpai salah satunya retensi urine dan inkontinensial urine.

B. SARAN
          Setelah kita membahas materi tentang eliminasi urine kami berharap agar pembaca mampu memahi tentang eliminasi urine itu sendiri dan bagi para pembaca dapat mengambil tindakan dalam asuhan keperawatan yang berhubungan dengan masalah eliminasi urine.






DAFTAR PUSTAKA

Alimul, A. Aziz. 2006. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia Buku 2.
Jakarta: Salemba Medika.
Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah.
Jakarta: EGC.

























KATA PENGANTAR


Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan YME yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya. Sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini.
Dalam penyusunan makalah ini, penulis banyak mendapatkan bantuan baik dari segi materi maupun masukan dari pihak lain. Untuk itu penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada pihak yang telah berkenan memberikan bantuan kepada penulis.
Dengan segala kerendahan hati penulis menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun senantiasa kami harapkan dari pembaca sekalian.





Semarang, 26 APRIL 2008


PENULIS









DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...............................................................................              i 
KATA PENGANTAR .............................................................................              ii
DAFTAR ISI ..........................................................................................                iii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................             1
A.                                                                                                                                                                                                                                              LATAR BELAKANG ..................................................................   1
B.                                                                                                                                                               RUMUSAN MASALAH ..............................................................   1
C.                                                                                                                                                               TUJUAN MAKALAH .................................................................   2
BAB II PEMBAHASAN .........................................................................             3
A.                                                                                                                                                                                                                                              PENGERTIAN ELIMINASI URINE ……………………………….  3
B.                                                                                                                                                                                                                                               PROSES BERKEMIH ................................................................   5
C.                                                                                                                                                                                                                                               FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ELIMINASI URINE ............ 5
D.                                                                                                                                                                                                                                              MASALAH KEBUTUHAN ELIMINASI URINE ............................           7
  1. ASUHAN KEPERAWATAN pada Masalah Kebutuhan
 Eliminasi Urine .........................................................................              11
BAB III PENUTUP ...............................................................................                25
A.                                                                                                                                                               KESIMPULAN ...........................................................................   25
B.                                                                                                                                                                                                                                               SARAN ......................................................................................   25
DAFTAR PUSTAKA

Tidak ada komentar:

Posting Komentar