Jumat, 15 April 2016

SHALAT JAMAK DAN SHALAT QASAR



Shalat Jamak dan Shalat Qasar

A. Shalat Jamak
1.  Pengertian Shalat jamak
Yaitu mengumpulkan / menggabungkan 2 jenis shalat dalam satu waktu. Contohnya : Shalat Juhur dan Ashar dilaksanakan pada waktu juhur atau ashar.

2.  Tatacara dan Ketentuan Shalat Jamak
·       Dalam perjalanan jauh ( + 80 KM ) bukan untuk maksiat atau dalam keadaan genting/ darurat
·       Dimulai dengan waktu shalat yang pertama
·       Niat menjamak shalat ( Shalat ke 1 )
·       Melaksanan shalat ke 1 ( 4 Rakaat untuk Juhur atau 3 Rakat untuk Magrib)
·       Sesudah selesai shalat ke 1,berdiri kembali untuk melaksanakan shalat ke 2 ( Ashar 4 Rakaat atau  4 Rakaat Isya
·       Niat Shalat ke 2, kemudian shalat hingga salam.
·       Berturut-turut antara shalat ke 1 dan ke 2.

3.  Jenis-jenis Shalat Jamak
a) Jamak Taqdim, 
Yaitu menggabungkan 2 jenis shalat dalam satu waktu yang pelaksanaannya diawal waktu /  shalat pertama
·       Contoh : Menjamak Shalat juhur dan ashar dilaksanakan pada juhur dan Menjamak Shalat magrib isya dilaksanakan pada magrib
·       Contoh Lafadz Niat Shalat Jamak Taqdim Juhur dan Ashar
·       Niat Shalat ke 1 ( Shalat Juhur )
·     اصلي فرض الجهر جمع تقديم مع  العصر ا ربع ركعت  الله تعالي
·       ( Usholli fardhol juhri jam’aan taqdiiman ma’al ashri arba’a rakatin lillahi ta’aalaa )
·       ( Niat Saya Shalat Fardhu Juhur beserta Asar di Jamak Taqdim 4 rakaat karena Allah Ta’aalaa )
·       Niat Shalat ke 2 ( Shalat Ashar  )

·     اصلي فرض العصر جمع تقديم الي الجهر اربع ركعت  الله تعالي
·       ( Usholli fardhol ashri jama’an taqdiiman ilal juhri arba’a rakatin lillahi ta’aalaa )
·       ( Niat Saya Shalat Fardhu asar beserta juhur di Jamak Taqdim 4 rakaat karena Allah Ta’aala )
b) Shalat Jamak Takhir
Yaitu mengabungkan 2 jenis shalat dalam satu waktu yang pelaksanaannya diakhir waktu /  shalat kedua. Contoh : Menjamak Shalat juhur dan ashar dilaksanakan pada ashar atau Menjamak Shalat magrib isya dilaksanakan pada isya
·       Contoh Lafadz Niat Shalat Jamak Takhir Juhur dan Ashar
·       Niat Shalat ke 1 ( Shalat Ashar )
·     اصلي فرض العصر جمع تعحر مع الجهر ا ربع ركعت  الله تعالي
·       ( Usholli fardhol asri jam’aan takhiri ma’al  juhri arba’a rakatin lillahi ta’aalaa )
·       ( Niat Saya Shalat asar beserta juhur di Jamak Takhir 4 rakaat karena Allah Ta’aalaa )
·       Niat Shalat ke 2 ( Shalat Juhur  )
·     اصلي فرض الجهر جمع تعحر الي العصر اربع ركعت  الله تعالي
·       ( Usholli fardhol juhri jam’an takhiri ilal ashri arba’a rakatin lillahi ta’aalaa )
·       ( Niat Saya Shalat juhur ke asar Jamak Takhir 4 rakaat karena Allah Ta’aalaa ).
·       Atau dengan menggunakan lafadz ( baik jamak taqdim ataupun takhir ) :
·     اصلي فرض ….. جمع  مع …….  الله تعالي
·       ( Usholli fardho …………….. jam’an ma’a ……………… lillahi ta’aalaa )
·       ( Niat saya shalat fardu …….. dijamak beserta ……… lillahi ta’aalaa )
Catatan :
Dalam Jama' ta’khir tidak disyaratkan mendahulukan shalat pertama atau shalat kedua. Misalnya shalat Dzuhur dan Ashar boleh mendahulukan Ashar baru Dzuhur atau sebaliknya. Muadz bin Jabal menerangkan bahwasanya Nabi SAW dipeperangan Tabuk, apabila telah tergelincir matahari sebelum beliau berangkat, beliau kumpulkan antara Dzuhur dan Ashar dan apabila beliau ta’khirkan shalat Ashar. Dalam shalat Maghrib begitu juga, jika terbenam matahari sebelum berangkat, Nabi SAW mengumpulkan Maghrib dengan Isya’ jika beliau berangkat sebelum terbenam matahari beliau ta’khirkan Maghrib sehingga beliau singgah (berhenti) untuk Isya’ kemudian beliau menjama'kan antara keduanya.

HUKUM MENJAMA’ SHOLAT JUM’AT DENGAN ASHAR
Tidak diperbolehkan
 menjama’ antara shalat Jum’at dengan shalat Ashar dengan alasan apapun baik musafir, orang sakit, turun hujan atau ada keperluan lain. Walaupun dia adalah orang yang diperbolehkan menjama’ antara Dhuhur dengan Ashar.

Hal ini disebabkan tidak adanya dalil tentang menjama’ antara Jum’at dan Ashar, dan yang ada adalah menjama’ antara Dhuhur dan Ashar dan antara Maghrib dan Isya’. Jum’at tidak bisa diqiyaskan dengan Dhuhur karena sangat banyak perbedaan antara keduanya. Ibadah harus dengan dasar dan dalil, apabila ada yang mengatakan boleh maka silahkan dia menyebutkan dasar dan dalilnya dan dia tidak akan mendapatkannya karena tidak ada satu dalilpun dalam hal ini.
Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam bersabda : “Barangsiapa membuat perkara baru dalam urusan kami ini (dalam agama) yang bukan dari padanya (tidak berdasar) maka tertolak.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Dalam riwayat lain : “Barangsiapa mengamalkan suatu amalan yang tidak ada perintah kami (tidak ada ajarannya) maka amalannya tertolak.” (HR.Muslim).

Jadi kembali pada hukum asal, yaitu wajib mendirikan shalat pada waktunya masing-masing kecuali apabila ada dalil yang membolehkan untuk menjama’ dengan shalat lain.(Lihat Majmu’ Fatawa Syaihk Utsaimin 15/369-378).

HUKUM MUSAFIR SHALAT DIBELAKANG MUKIM
Shalat berjama’ah adalah wajib bagi orang mukim ataupun musafir, apabila seorang musafir shalat dibelakang imam yang mukim maka dia mengikuti shalat imam tersebut yaitu 4 raka’at, namun apabila ia shalat bersama-sama musafir maka shalatnya di qashar (dua raka’at). Hal ini didasarkan atas riwayat yang shahih dari Ibnu Abbas Radhiallahu Anhuma. Berkata Musa bin Salamah : Suatu ketika kami di Makkah (musafir) bersama Ibnu Abbas, lalu aku bertanya :”Kami melakukan shalat 4 raka’at apabila bersama kamu (penduduk Makkah), dan apabila kami kembali ke tempat kami (bersama-sama musafir) maka kami shalat dua raka’at?” Ibnu Abbas Radhiallahu Anhuma menjawab: “Itu adalah sunnahnya Abul Qasim (Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam).” (Riwayat Imam Ahmad dengan sanad shahih. Lihat Irwa’ul Ghalil no 571 dan Tamamul Minnah, Syaikh AL ALbani 317).

HUKUM MUSAFIR MENJADI IMAM MUKIM
Apabila musafir dijadikan sebagai imam orang-orang mukim dan dia meng-qashar shalatnya maka hendaklah orang-orang yang mukim meneruskan shalat mereka sampai selesai (4 raka’at), namun agar tidak terjadi kebingungan hendaklah imam yang musafir memberi tahu makmumnya bahwa dia shalat qashar dan hendaklah mereka (makmum yang mukim) meneruskan shalat mereka sendiri-sendiri dan tidak mengikuti salam setelah dia (imam) salam dari dua raka’at. Hal ini pernah dilakukan Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam ketika berada di Makkah (musafir) dan menjadi imam penduduk Makkah, beliau Shalallahu ‘Alaihi Wassalam berkata : “Sempurnakanlah shalatmu (4 raka’at) wahai penduduk Makkah! Karena kami adalah musafir.” (HR. Abu Dawud). Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam shalat dua-dua (qashar) dan mereka meneruskan sampai empat raka’at setelah beliau salam. (lihat Al Majmu Syarah Muhadzdzab 4/178 dan Majmu’ Fatawa Syaikh Utsaimin 15/269).

Apabila imam yang musafir tersebut khawatir membingungkan makmumnya dan dia shalat 4 raka’at (tidak meng-qashar) maka tidaklah mengapa karena hukum qashar adalah sunnah mu’akkadah dan bukan wajib. (lihat Taudhihul Ahkam, Syaikh Abdullah bin Abdir Rahman Al Bassam 2/294-295).

HUKUM SHALAT JUM’AT BAGI MUSAFIR
Kebanyakan ulama berpendapat bahwa tidak ada shalat jum’at bagi musafir, namun apabila musafir tersebut tinggal disuatu daerah yang diadakan shalat Jum’at maka wajib atasnya untuk mengikuti shalat Jum’at bersama mereka. Ini adalah pendapat imam Malik, imam Syafi’i, Ats Tsauriy, Ishaq, Abu Tsaur, dll. (lihat AL Mughni, Ibnu Qudamah 3/216, Al Majmu’ Syar Muhadzdzab, Imam Nawawi 4/247-248, lihat pula Majmu’ Fatawa Syaikh Utsaimin 15/370).

Dalilnya adalah bahwasanya Nabi Muhammad SAW apabila safar (bepergian) tidak shalat jum’at dalam safarnya, juga ketika haji wada’, beliau SAW tidak melaksanakan shalat Jum’at dan menggantinya dengan shalat Dhuhur yang dijama’ dengan Ashar. (lihat Hajjatun Nabi SAW Kama Rawaaha Anhu Jabir, karya Syaikh Muhammad Nasiruddin Al Albani hal 73). Demikian pula para Khulafaur Rasyidin (4 khalifah) Radhiallahu Anhum dan para sahabat lainnya serta orang-orang yang setelah mereka, apabila safar tidak shalat Jum’at dan menggantinya dengan Dhuhur. (lihat Al Mughni, Ibnu Qudamah 3/216).

Dari Al Hasan Al Basri, dari Abdur Rahman bin Samurah berkata : “Aku tinggal bersama dia (Al Hasan Al Basri) di Kabul selama dua tahun meng-qashar shalat dan tidak shalat Jum’at.”

Sahabat Anas Radhiallahu Anhu tinggal di Naisabur selama satu atau dua tahun, beliau tidak melaksanakan shalat Jum’at.

Ibnul Mundzir Rahimahullahu menyebutkan bahwa ini adalah Ijma’ (kesepakatan para ulama) yang berdasar hadist shahih dalam hal ini sehingga tidak diperbolehkan menyelisihinya. (lihat Al Mughni, Ibnu Qudamah 3/216).
B. Shalat Qasar
1.  Pengertian Shalat Qasar
Yaitu Shalat yang dilakukan dengan cara meringkas jumlah rakaat shalatnya, dari 4 rakaat menjadi 2 rakaat. Contohnya : Shalat Juhur atau ashar dikerjakan dengan 2 rakaat.
2.  Cara Pelaksaanaan Shalat Qasar
·       Dalam perjalanan jauh ( + 80 KM ) bukan untuk maksiat atau dalam keadaan genting/ darurat
·       Shalat dilaksanakan pada waktunya ( juhur pada waktu juhur, ashar pada waktu ashar dan isya pada waktu isya )
·       Jumlah rakaat diringkas ( dari 4 menjadi 2 rakaat )
·       Contoh Lafadz Niat Shalat Juhur Yang di Qasar
·     اصلي فرض الجهر قصر  ركعتين  الله تعالي
·       ( Usholli fardhol juhri qasran rak’ataini lillahi ta’aalaa )
·       ( Niat Saya Shalat Fardhu Juhur di Qasar 2 rakaat karena Allah Ta’aalaa )
Syarat Meng-qashar :
1. Bepergian yang bukan untuk tujuan maksiat
2. Jauh perjalanan minimal 88,5 km
3. Shalat yang di-qashar adalah ada' (bukan qadla') yang empat rakaat.
4. Tidak boleh bermakmum pada orang yang shalat sempurna (tidak di-qashar).

Perhatikan Hadist Nabi SAW :
”Rasulullah SAW tidak bepergian, melainkan mengerjakan shalat dua raka’at saja sehingga beliau kembali dari perjalanannya dan bahwasanya beliau telah bermukim di Mekkah di masa Fathul Mekkah selama delapan belas malam, beliau mengerjakan shalat dengan para Jama’ah dua raka’at kecuali shalat Maghrib. Kemudian bersabda Rasulullah SAW : ”Wahai penduduk Mekkah, bershalatlah kamu sekalian dua raka’at lagi, kami adalah orang-orang yang dalam perjalanan.” (HR. Abu Daud).

Sedangkan Cara Melaksanakan Shalat Qashar :
1. Niat shalat qashar ketika takbiratul ihram.
2. Mengerjakan shalat yang empat rakaat dilaksanakan dua rakaat kemudian salam.



Firman Allah SWT :
”Bila kamu mengadakan perjalanan dimuka bumi, tidaklah kamu berdosa jika kamu memendekkan shalat...” (QS. An-Nisa: 101).

Nabi SAW bersabda :
”Dari Ibnu Abbas R.A. ia berkata : ”Shalat itu difardhu-kan atau diwajibkan atas lidah Nabimu didalam hadlar (mukim) empat rakaat, didalam safar (perjalanan) dua rakaat dan didalam khauf (keadaan takut/perang) satu rakaat.” (HR. Muslim).

JARAK DIPERBOLEHKAN MENG-QASHAR SHOLAT
Qashar hanya boleh dilakukan oleh Musafir baik safar dekat atau safar jauh, karena tidak ada dalil yang membatasi jarak tertentu dalam hal ini, jadi seseorang yang bepergian boleh melakukan qashar apabila bepergiannya bisa disebut safar menurut pengertian umumnya. sebagian ulama memberikan batasan dengan safar yang lebih dari 80 km agar tidak terjadi kebingungan dan tidak rancu, namun pendapat ini tidak berdasarkan dalil shahih yang jelas. (lihat Al Muhalla, Ibnu Hazm 21/5, Zaadul Ma’ad, Ibnul Qayyim 1/481, Fiqhua Sunnah, Sayyid Sabiq 1/307-308, As Shalah, Prof. Dr. Abdullah Ath Thayyar 160-161, Al Wajiz, Abdul Adhim Al Khalafi 138).

Apabila terjadi kerancuan dan kebingungan dalam menentukan jarak atau batasan diperbolehkannya meng-qashar shalat maka tidak mengapa kita mengikuti pendapat yang menentukan jarak dan batasan tersebut-yaitu sekitar 80 atau 90 Km, karena pendapat ini juga merupakan pendapat para Imam dan Ulama yang layak ber-ijtihad. (lihat Majmu’ Fatawa Syaikh Utsaimin 15/265).

Seorang musafir diperbolehkan meng-qashar shalatnya apabila telah meninggalkan kampung halamannya sampai dia pulang kembali ke rumahnya. (Al Wajiz, Abdul ‘Adhim Al Khalafi 138).

Berkata Ibnu Mundzir : “Aku tidak mengetahui (satu dalil-pun) bahwa Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam meng-qashar dalam safarnya melainkan setelah keluar (meninggalkan) kota Madinah.”

Berkata Anas Radhiallahu ‘Anhu : “Aku shalat bersama Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam di kota Madinah 4 raka’at dan di Dzul Hulaifah (luar kota Madinah) dua raka’at.” (HR. Bukhari, Muslim dll).

C. Shalat Jamak Qasar
1.  Pengertian Shalat Jamak Qasar
Yaitu Mengumpulkan 2 jenis shalat dalam satu waktu dan jumlah rakaatnya diringkas. Contohnya : Shalat Juhur dan Ashar dilaksanakan pada waktu juhur atau ashar, yang masing masing 2 rakaat.
2.  Tatacara dan Ketentuan Shalat Jamak
·       Tatacara pelaksanaannya, sama dengan shalat jamak, hanya rakaat diringkas  menjadi 2 rakaat, yaitu
·       Dalam perjalanan jauh ( + 80 KM ) bukan untuk maksiat atau dalam keadaan genting/ darurat
·       Dimulai dengan waktu shalat yang pertama
·       Niat menjamak Qasar pada waktu shalat pertama
·       Berturut-turut antara shalat ke 1 dan ke 2.
·       Contoh Lafadz Niat Shalat Jamak Qasar Taqdim Juhur dan Ashar
·        Niat Shalat ke 1 ( Shalat Juhur )

·     اصلي فرض الجهرجمع قصر تقيم  مع العصر ركعتين الله تعالي
·       ( Usholli fardhol juhri jam’an qasran taqdiiman ma’al ashar rak’ataini  lillahi ta’aalaa )
·       (Niat Saya Shalat Fardhu Juhur jamak qasar taqdim dengan ashar 2 rakaat karena Allah Ta’aalaa )
·       Niat Shalat ke 2 ( Shalat Ashar  )
·     اصلي فرض العصر جمع قصر تقديم الي الجهر ركعتين الله تعالي
·       ( Usholli fardhol ashri jam’aan qasran taqdiman  ilal juhuri rak’ataini lillahi ta’aalaa )
·        ( Niat Saya Shalat Fardhu asar jamak qasar taqdim ke juhur 2 rakaat karena Allah Ta’aalaa )
·       Atau dengan menggunakan lafadz :
·      اصلي فرض ………… جمع قصرمع …………..ركعتين الله تعالي
·       ( Usholli fardho ……………… jam’an qasran ma’a ………….. rak’ataini lillahi ta’aalaa )
·       ( Niat Saya Shalat Fardhu …….  jamak qasar dengan …… juhur 2 rakaat karena Allah Ta’aalaa )

Tidak ada komentar:

Posting Komentar